Layanan streaming entertainment Netflix baru saja merilis laporan keuangan kuartal pertama tahun 2020. Laporan keuangan netflix itu menunjukkan hal yang mengejutkan. Di tengah kenaikan jumlah pelanggan, Netflix justru mengeluarkan laporan laba rugi.
Kamu tentu tak asing lagi dengan Netflix. Popularitas layanan streaming ini memang luar biasa. Apalagi di tengah pandemi COVID-19 di mana orang-orang butuh hiburan saat berada di rumah. Netflix menjadi salah satu opsi hiburan itu.
Netflix adalah layanan hiburan streaming terkemuka di dunia dengan lebih dari 167 juta keanggotaan berbayar di lebih dari 190 negara menikmati serial TV, film dokumenter, dan film layar lebar dengan berbagai genre dan bahasa.
Pelanggan dapat menonton sebanyak yang mereka inginkan, kapan saja, di mana saja, pada layar yang terhubung ke internet. Pelanggan Netflix dapat memutar film, berhenti sebentar dan melanjutkan menonton, semua tanpa iklan atau komitmen. Laporan laba rugi ini disinyalir karena ketatnya persaingan di pasar streaming entertainment.
Baca juga: Cuan Hingga Rp629 M, Netflix Ternyata Tidak Bayar Pajak Sejak 2016
Pada 21 April 2020, rilis laporan keuangan netflix menunjukkan peningkatan jumlah pelanggan secara drastis sejak kuartal pertama 2019. Namun, sebenarnya jumlah pelanggan lambat laun menurun sejak laporan itu dirilis.
Hal ini disinyalir karena ketatnya persaingan di pasar streaming service. Layanan kompetitor seperti Amazon Prime, Disney+, Hulu, hingga Apple TV menjadi pesaing yang sangat kuat dan sulit dikalahkan. Wajar jika dalam laporan keuangan Netflix, terlampir adanya laporan laba rugi.
Laporan laba rugi dalam laporan keuangan netflix mencakup adanya penurunan harga atau nilai saham mereka pada 2019. Harga saham itu turun secara dramatis sebanyak 29.7 % per lembar saham. Earnings per share (EPS) Netflix tersebut turun drastis pada kuartal keempat 2018 dan kuartal kedua 2019.
Laporan keuangan netflix menunjukkan bahwa total pendapatan (revenue) Netflix mengalami peningkatan dari USD 4,5 M pada kuartal pertama 2019, menjadi USD 5,7 M pada kuartal pertama 2020. Namun, sejumlah analis menyatakan peningkatan pendapatan itu tidak signifikan dan Netflix masih menunjukkan laporan laba rugi karena peningkatan laba pada 2020 harus digunakan menutup kerugian laba tahun 2019.
Tak hanya itu, jumlah pelanggan di Amerika Serikat juga turun drastis untuk pertama kalinya sejak 10 tahun terakhir. Salah satu faktor yang memicu turunnya jumlah pelanggan Netflix adalah adanya kultur berbagi akun dan kata sandi Netflix.
Magid, sebuah firma riset di Amerika Serikat melaporkan bahwa sembilan persen pengguna Netflix mempraktikkan kultur berbagi akun. Meski tampak kecil, praktik ini dapat membuat perusahaan Netflix menunjukkan laporan laba rugi hingga USD 135 Juta (sekitar Rp1,9 T).
Baca juga: Hindari Bosan WFH dengan Maraton Film, Begini Caranya Langganan Netflix
Dalam laporan keuangan netflix, tercantum laporan laba rugi di mana Netflix merugi lebih dari USD 16 M atau setara Rp222 T.
Salah satu penyebab Netflix merugi adalah turunnya Earnings Per Share (EPS) perusahaan layanan video ini.
Dikutip dari Simulasi Kredit, Earning per share (EPS) atau yang disebut juga sebagai laba per saham merupakan rasio keuangan yang mengukur jumlah laba bersih yang diperoleh per lembar saham yang beredar.
EPS ini merepresentasikan jumlah uang yang akan diterima oleh para pemegang saham atas setiap lembar saham yang dimilikinya saat pembagian keuntungan saham yang beredar pada akhir tahun.
Dalam laporan keuangan Netflix, jika dicermati memang tampak adanya kenaikan EPS. Pada kuartal pertama 2018, EPS Netflix berada di angka USD 0,64. Selanjutnya, pada kuartal pertama 2019 EPS itu naik menjadi USD 0,76. Pada kuartal pertama 2020, EPS itu memang naik. Namun, kenaikannya hanya menjadi USD 1,57. Jauh lebih kecil dari ekspektasi USD 1,65.
Kenaikan EPS ini menjadi sebuah laporan laba rugi jika dijadikan laporan secara triwulanan. Di situ dapat dilihat terjadi penurunan year over year (YoY) yang tajam.
Kenapa EPS Netflix turun dari ekspektasi? Beberapa analis menyebutkan ini karena Netflix kehilangan banyak pelanggan berbayarnya di Amerika Serikat untuk pertama kalinya sejak 2011.
Kenaikan biaya berlangganan serta turunnya kuantitas dan kualitas konten disinyalir sebagai penyebab penurunan jumlah pelanggan ini.
Belum lagi adanya kompetitor penantang dalam streaming wars kian menurunkan jumlah pelanggan Netflix. Sejumlah layanan lain seperti Amazon Prime dan Disney+ tak dapat dimungkiri membuat banyak pelanggan Netflix hengkang.
Namun, masih ada angin segar. Laporan keuangan netflix masih bisa berubah menjadi catatan laba karena meski banyak pelanggan Netflix di Amerika Serikat hengkang, jumlah pelanggan internasional Netflix justru naik bertambah 2,83 Juta pelanggan.
Netflix masih punya harapan untuk mengubah laporan laba rugi pada kuartal berikutnya. Netflix memprediksi akan ada tambahan 7 juta pelanggan berbayar, dan mereka memprediksi akan meraup laba USD 5,25 Juta (Rp72,9 T) dalam laporan keuangan netflix di kuartal berikutnya.
Sumber: Investopedia
9 Rekomendasi Buku Keuangan Terbaik Ini Dijamin Bikin Kamu ‘Melek’ Finansial
Laundromat, Film Netflix yang Bongkar Pengaruh Panama Papers pada Hidup Orang Kaya
Mencoba Peruntungan di 7 Negara dengan Gaji Tertinggi di Dunia, Minat?
Investasi di Perfilman Indonesia dengan Patuangan Rp10.000 Aja, Mau?
Perusahaan Start Up Ramai Pilih Co-Working Space, Apa Alasannya?
Bagikan artikel ini