Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro (Segera Hadir)
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Advanced Order

support-icon
Dirancang untuk Investor (Segera Hadir)
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

chatRoomImage

Scan kode QR untuk download Pluang di Android dan iOS.

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Blog

Meski Jadi Pionir Altcoin, Mengapa Harga Litecoin Masih Terbilang ‘Murah’?

Meski Jadi Pionir Altcoin, Mengapa Harga Litecoin Masih Terbilang ‘Murah’?

21 Jul 2021, 5:11 AM·Waktu baca: 5 menit
Kategori
Meski Jadi Pionir Altcoin, Mengapa Harga Litecoin Masih Terbilang ‘Murah’?

Sobat Cuan pasti tahu bahwa Litecoin adalah salah satu altcoin paling pionir yang ada di dunia ini. Apalagi, Litecoin pun terkenal dengan julukan versi perak dari Bitcoin, yang dianggap sebagai “emas utama” di kancah cryptocurrency.

Meski demikian, nasib Litecoin nampaknya bertolak belakang dengan Bitcoin. Utamanya dari sisi pergerakan harganya. Sejak dulu, ada satu pertanyaan yang masih menjadi perhatian komunitas aset kripto: Kenapa harga Litecoin murah?

Saat ini, satu keping Litecoin dibanderol US$135. Jika menjejak harganya di awal 2013 yang hanya di kisaran US$4 per keping, maka nilai aset kripto besutan Charlie Lee ini tumbuh 3.275% dalam rentang tujuh tahun.

Sementara itu, Bitcoin sendiri di awal 2013 tercatat di kisaran US$13 per keping dan kini sudah menyentuh kisaran US$31.000. Alias, dalam waktu yang sama, harga Bitcoin melesat 238.300%.

Lantas, kenapa sih harga Litecoin masih “murah” dan belum bisa mengejar Bitcoin meski digadang sebagai versi perak dari sang raja aset kripto tersebut? Yuk, kita baca penjelasannya berikut!

Apa Itu Litecoin?

Sebelum beranjak ke pembahasan tersebut, ada baiknya kita mengenal Litecoin, cryptocurrency yang merupakan “adik tiri” dari Bitcoin.

Litecoin diciptakan oleh mantan insinyur Google Charlie Lee yang berawal dari “keisengan” dia dalam mereplikasi jaringan blockchain Bitcoin.

Baik Litecoin dan Bitcoin menggunakan algoritma konsensus yang sama, yakni proof of work, dan sama-sama memiliki suplai yang terbatas meski jumlahnya berbeda. Adapun jumlah suplai Bitcoin di angka 21 juta keping sementara Litecoin berjumlah 84 juta keping.

Bedanya, sistem jaringan blockchain Litecoin dianggap lebih aman peretasan karena berbasiskan teknologi bernama Scrypt. Yakni, teknologi yang mengharuskan penggunanya menyelesaikan teka-teki sebelum bisa membuat transaksi baru di blockchain tersebut.

Selain itu, waktu pembuatan blok transaksi di Litecoin pun terbilang cepat, yakni hanya 2,5 menit saja. Bandingkan dengan Bitcoin yang membutuhkan 10 menit hanya demi menyelesaikan kegiatan yang dimaksud.

Secara kasat mata, sistem blockchain Litecoin terlihat lebih daripada Bitcoin, bukan? Namun, kenapa harga Litecoin seolah-olah murah dan tidak bisa mengungguli Bitcoin?

Jangankan soal harga, nilai kapitalisasi pasar Litecoin pun kalah jauh dibanding Bitcoin. Per 21 Juli 2021, nilai kapitalisasi pasar Bitcoin ada di angka US$562,19 miliar, sementara “saudara tirinya” Litecoin hanya mengambil US$7,31 miliar.

Baca juga: Mengapa Harus Investasi Emas?

Teori Ihwal Kenapa Harga Litecoin Murah

Pertanyaan mengenai nilai Litecoin yang sulit melesat memang sudah menjadi buah bibir di komunitas kripto selama bertahun-tahun lamanya. Dan untuk menjawab hal ini, terdapat beberapa asumsi mengapa hal itu bisa terjadi.

Perlu diketahui bahwa alasan-alasan di bawah ini adalah pendapat komunitas kripto. Sehingga, asumsi-asumsi ini masih perlu diuji lebih jauh lagi.

1. Litecoin adalah Jiplakan Bitcoin

Teori ini adalah yang sering dijadikan argumen komunitas kripto dalam mengkaji kenapa harga Litecoin masih murah meski jadi salah satu punggawa altcoin.

Komunitas aset kripto menganggap bahwa konsep Litecoin tidak orisinil. Ia mengikuti konsep soal algoritma konsensus proof of work dilengkapi dengan tujuan sebagai alat tukar digital di dunia maya.

Dengan kondisi teknologi blockchain, pun dengan karakteristik koin, yang serupa, tak heran jika komunitas kripto masih lebih memilih Bitcoin.

Apalagi, pamor Bitcoin kemudian lambat laun menjelma sebagai alat penyimpan kekayaan (store of value) karena suplainya yang terbatas. Pasokan Litecoin yang empat kali lipat dari Bitcoin menjadikannya sulit menyamai posisi Bitcoin sebagai aset penyimpan kekayaan yang utama.

Hal itu kemudian menyebabkan permintaan Bitcoin jauh lebih besar dari Litecoin. Yang ujungnya, tentu mempengaruhi harga Litecoin sebagai aset kripto.

Baca juga: Kenapa Investasi Emas Online Lebih Praktis dari Emas Fisik?

2. Munculnya Teknologi Blockchain yang Lebih Canggih

Seperti yang disinggung sebelumnya, teknologi blockchain Litecoin kurang lebih mirip layaknya Bitcoin. Sayangnya, hal itu menghambat permintaan Litecoin ketika banyak teknologi blockchain baru bermunculan setelahnya.

Terlebih, seluruh teknologi blockchain tersebut memiliki nilai manfaat yang lebih baik dibandingkan blockchain besutan Litecoin.

Sebagai contoh adalah Ethereum. Sistem blockchain Ethereum dilengkapi teknologi smart contract sehingga bisa digunakan untuk kegiatan ekonomi sehari-hari. Mulai dari kegiatan simpan-pinjam, asuransi, bahkan hingga investasi. Apalagi, sistem blockchain Ethereum menjadi cikal bakal aktivitas ekonomi baru yang disebut sebagai ekonomi terdesentralisasi (DeFi).

Nah, minimnya inovasi di blockchain Litecoin membuat komunitas kripto lebih selera untuk mengerubungi sistem blockchain baru ini. Terlebih, sistem Ethereum juga muncul pada 2013, dua tahun setelah proyek Litecoin resmi diluncurkan. Sehingga, kehadiran Litecoin dianggap “layu sebelum berkembang”.

Apalagi kini posisi Litecoin kian terancam setelah munculnya blockchain baru lebih canggih, seperti yang ditawarkan oleh Polkadot atau Cardano. Alhasil, permintaan Litecoin pun terpengaruh dan tentu saja bikin harganya stagnan.

Adapun terpojoknya Litecoin tercermin dari posisi kapitalisasi pasarnya. Setahun silam, Litecoin masih menduduki posisi lima besar cryptocurrency berkapitalisasi pasar jumbo. Kini, pada Juli 2021, Litecoin menduduki peringkat ke-13.

3. Sentimen Anti Litecoin Bikin Kenapa Litecoin Murah

Hal ini mungkin menjadi alasan paling kontroversial dalam menjawab kenapa harga Litecoin terbilang murah meski kalibernya sebagai pionir altcoin.

Sentimen ini bermula pada Oktober 2017, di mana harga Litecoin sempat menyentuh angka tertingginya yakni US$310 per keping. Sayangnya, peristiwa tersebut bertepatan dengan keputusan Lee untuk menjual seluruh keping-keping Litecoin-nya.

Hal ini membuat orang menuduh Lee melakukan pompom harga Litecoin demi keuntungan pribadinya. Namun di sisi lain, Litecoin sendiri berdalih bahwa aksi itu dilakukan Lee demi menghindari konflik kepentingan. Sebab, kala itu Lee melepas posisiya di Litecoin demi menjabat posisi sebagai insinyur di Coinbase.

Namun, malang tak dapat dihindari, sebab komunitas kripto memilih untuk tidak mau menggenggam Litecoin lagi.

Setelahnya, banyak thread bertebaran di forum Reddit yang kian memanaskan situasi tersebut. Adapun sebagai dugaan sementara, thread-thread tersebut juga ditunggangi oleh mereka yang mengaku sebagai kelompok Bitcoin maximalist. Alias, fans garis keras yang menganggap bahwa blockchain Bitcoin adalah blockchain mata uang kripto terbaik.

Baca juga: Tetap Bisa Traveling Saat Kantong Tipis dengan 9 Trik Ini!

Kenapa Litecoin Masih Layak Digenggam Meski Murah?

Hanya saja, di tengah kontroversi tersebut, masih banyak analis yang menganggap Litecoin masih layak digenggam. Lantas, apa alasannya?

Tentu saja alasannya adalah potensi kenaikan harganya. Beberapa analis menilai bahwa harga Litecoin bisa saja menyentuh US$1.000 dalam lima tahun ke depan. Beberapa analisis itu berasal dari WalletInvestor, Trading Beasts, dan The Economy Forecast Agency.

Memang, mereka semua menilai bahwa Litecoln mirip seperti Bitcoin, yakni sebagai aset pelindung nilai mengingat jumlah pasokannya yang terbatas. Tentu saja, aset-aset dengan karakteristik seperti ini akan laris manis di kala tingkat inflasi meradang. Kebetulan, saat ini inflasi Amerika Serikat memang tengah memuncak imbas pemulihan ekonomi selepas dihantam pandemi COVID-19.

Selain itu, pelaku pasar pun masih menimbang Litecoin sebagai aset pelindung nilai yang jauh lebih murah dibandingkan Bitcoin. Hal ini bisa menjadi katalis positif bagi Litecoin ke depan.

Di samping itu, kini Lee pun sudah “pulang kampung” ke Litecoin, sebuah peristiwa yang disebut komunitas aset kripto bisa memulihkan lagi kredibilitas Litecoin.

Kalau kamu bagaimana Sobat Cuan? Apakah juga tertarik menggenggam Litecoin? Yuk, segera dapatkan Litecoin di Pluang!

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emasS&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: Trading Education, Trading Education, Inverse.com

Ditulis oleh
channel logo

Adi Putro

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Artikel Terkait

Artikel Terkait

Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar