Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Blog

Sobat Cuan, Simak Sejarah Altcoin dalam Satu Dekade Terakhir di Sini!
shareIcon

Sobat Cuan, Simak Sejarah Altcoin dalam Satu Dekade Terakhir di Sini!

14 Jul 2021, 4:59 AM·READING_TIME
shareIcon
Kategori
Sobat Cuan, Simak Sejarah Altcoin dalam Satu Dekade Terakhir di Sini!

Jagat cryptocurrency memang luas sekali, Sobat Cuan. Tapi siapa yang menyangka bahwa pesatnya perkembangan sektor ini terjadi dalam kurun satu dekade saja.

Sejarah mencatat bahwa dunia ini hanya mengenal satu aset kripto yang beredar 12 tahun silam, yakni Bitcoin. Namun kini, menurut data Coinmarketcap, terdapat 5.912 jenis aset digital dalam bentuk koin dan token yang beredar di pasaran sebagai alternatif Bitcoin. Atau, yang sering disebut sebagai altcoin.

Kondisi ini pun memunculkan beberapa pertanyaan. Mengapa altcoin bisa menjamur seperti sekarang? Selain itu, bagaimana sejarah altcoin sejak awal hingga saat ini?

Untuk menguak hal tersebut, Sobat Cuan perlu baca artikel ini hingga akhir, ya!

Baca juga: Di Tengah Harga Altcoin yang Lagi Melonjak, Kenapa Bitcoin Masih Lebih Baik?

Sejarah Singkat Di Balik Menjamurnya Altcoin

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Bitcoin adalah koin kripto pertama yang diperkenalkan ke publik. Aset kripto besutan anonim bernama Satoshi Nakamoto ini awalnya ditujukan untuk menjadi uang digital yang bisa digunakan untuk transaksi daring.

Seluruh transaksi itu pun memanfaatkan teknologi yang disebut dengan blockchain. Di mana, seluruh transaksi dan pertambangan koin baru di dalamnya harus divalidasi dalam sebuah algoritma konsensus bernama proof of work.

Hanya saja, teknologi blockchain Bitcoin pun memiliki banyak kelemahan sebagai pionir. Dan pada akhirnya, berbagai kelemahan itu menjadi inspirasi pengembang lain untuk menciptakan sistem blockchain yang lebih andal dibandingkan Bitcoin.

Di waktu yang sama, para pengembang tersebut juga memperkenalkan koin native baru sebagai alat tukar di jenis blockchain anyar tersebut. Nah, koin-koin inilah yang disebut dengan altcoin, atau secara harfiah adalah “alternatif dari Bitcoin”.

Namun, sistem blockchain baru yang bermunculan pun ternyata tak hanya sekadar menambal kelemahan kekurangan Bitcoin. Beberapa pengembang juga merasa bahwa teknologi blockchain bisa digunakan untuk kegiatan ekonomi sehari-hari. Sehingga, mereka pun kemudian mengintegrasikan teknologi baru bernama smart contract di dalamnya.

Jenis teknologi blockchain yang baru ini pun kemudian ikut memperkenalkan koin native sebagai alat transaksi di dalamnya. Alias, menambahkan altcoin-altcoin baru ke skena cryptocurrency global. Akibatnya, jagat cryptocurrency pun kian berkembang menjadi lebih luas dengan nilai manfaat yang kian variatif.

Secara lebih rinci, berikut adalah beberapa tonggak sejarah penting altcoin sejak 2009, atau tepat ketika Bitcoin pertama kali diluncurkan.

Tonggak Sejarah Altcoin

1. 2011: Altcoin Pertama Mulai Bermunculan

Beragam teknisi dan pengembang mulai menghadirkan altcoin generasi awal pada 2011, atau tepat dua tahun setelah peluncuran Bitcoin. Adapun altcoin pertama yang dilepas ke publik bernama Namecoin.

Kala itu, Namecoin hadir untuk menciptakan domain internet yang terdesentralisasi, aiias tanpa diatur atau diutak-atik oleh satu master domain. Dengan menggunakan teknologi Namecoin, seluruh situs memiliki alamat menggunakan “.bit”.

Namun, agar pembuat situs bisa memanfaatkan domain Namecoin, mereka harus membayarnya dengan koin Namecoin ke sistem tersebut. Biaya pendaftaran domainnya pun terbilang murah, yakni hanya 0,01 Namecoin atau setara US$0,05.

Selain Namecoin, terdapat pula altcoin lain yang lahir di tahun yang sama, yakni Litecoin. Litecoin diciptakan dari hard fork Bitcoin oleh seorang teknisi Google bernama Charlie Lee.

Sistem Litecoin menggunakan sistem penambangan yang berbasis teka-teki pertama di kancah kripto bernama Scrypt. Hal ini dikembangkan Lee setelah menyadari bahwa sistem Bitcoin kala itu sangat rentan peretasan. Sayangnya, aktivitas itu membutuhkan daya proses komputer yang juga cukup kuat.

Meski sistem validasi penambangannya cukup sulit, proses pembentukan satu blok transaksi di blockchain Litecoin boleh diadu dengan Bitcoin. Adapun waktu pembuatan block atau block time Litecoin hanya 2,5 menit, jauh lebih kencang ketimbang waktu pembuatan block Bitcoin yang mencapai 10 menit.

Baca juga: Sobat Cuan, Simak 6 Cara Memilih Altcoin yang Tepat Untukmu!

2. 2012: Lahirnya Altcoin Berbasis Algoritma Konsensus Proof of Stake Pertama

Di kancah cryptocurrency, setiap pengguna wajib untuk mendapat “persetujuan” agar bisa mencatatkan transaksinnya di buku besar blockchain. “Persetujuan” tersebut bisa didapatkan jika aktivitasnya disepakati dalam sebuah proses bernama algoritma konsensus.

Hingga titik ini, Bitcoin dan altcoin masih menggunakan algoritma konsensus proof of work. Yakni, sebuah proses di mana seorang pengguna perlu memecahkan teka-teki komputasional dalam mencatatkan aktivitasnya di blockchain. Setelahnya, pengguna perlu menyerahkan “hasil ujiannya” tersebut kepada validator, yang tak lain merupakan seluruh pengguna yang terhubung ke jaringan blockchain yang dimaksud.

Namun, mendapatkan persetujuan lewat proof of work terbilang lelet dan memakan biaya listrik yang besar. Ini lantaran sang pengguna perlu memanfaatkan tenaga listrik yang luar biasa hanya demi memecahkan teka-teki komputasional tersebut.

Untungnya, terdapat satu inovasi yang bisa menutup kelemahan algoritma konsensus tersebut. Yakni, algoritma konsensus proof of stake. Algoritma konsensus ini pertama kali digunakan di sistem altcoin bernama PeerCoin.

3. 2013: Lahirnya Meme Coin Pertama

Sejarah altcoin kemudian memasuki babak baru setahun kemudian dengan munculnya Meme Coin pertama, yakni Dogecoin. Berbeda dengan jenis altcoin lainnya, Meme Coin terbilang kontroversial lantaran hanya ditujukan untuk bersenang-senang tanpa ada satu nilai manfaat tertentu.

Meski demikian, kehadiran Dogecoin diterima oleh masyarakat, terbukti dengan maraknya penggunaan Dogecoin dalam kampanye pemasaran dan event publik.

Dogecoin pun memiliki sistem blockchain tersendiri. Karena koin ini adalah koin “main-main”, sayangnya sistem blockchain-nya juga dikelola secara serampangan. Sebab, penambang yang sukses menggali Dogecoin akan mendapatkan imbalan (block reward) dengan jumlah yang ditentukan secara random.

Baca juga: Apa Sih Keterkaitan Harga Bitcoin dan Altcoin? Yuk Simak di Sini!

4. 2013: Kehadiran Ethereum, Blockchain Berbasis Smart Contract Pertama

Penggunaan teknologi smart contract pertama kali di kancah kripto terjadi pada 2013, atau tahun di mana Ethereum diluncurkan. Secara konsepnya, smart contract memungkinkan pengguna untuk membuat “kontrak” dengan program komputer, membuka gerbang penggunaan teknologi blockchain untuk kegiatan sehari-hari.

Dalam menggunakan teknologi smart contract, pengguna wajib “membayar” daya komputasinya menggunakan satu koin bernama Ether (ETH). Hal ini menjadikan ETH tak hanya sebagai aset kripto namun juga “bahan bakar” bagi kontrak-kontrak yang dimaksud.

Banyak sekali kegiatan yang sudah dijalankan di atas smart contract Ethereum tersebut, seperti aplikasi jasa keuangan, asuransi, pembelian properti, lelang, dan lainnya.

5. 2016-2017: Munculnya Blockchain Generasi Baru

Meski Ethereum berhasil mendulang sukses lewat teknologi smart contract, pengembang lain menganggap masih menemukan celah yang perlu diperbaiki di sistem Ethereum. Tak heran, jika kemudian mereka mengembangkan beberapa sistem blockchain lain yang seolah-olah “menandingi” keandalan Ethereum.

Sebut saja ada Cardano yang mengklaim teknologinya sebagai blockchain generasi ketiga. Yakni, sistem di mana biaya transaksi blockchain terbilang lebih murah dengan skalabilitas yang juga cukup besar. Blockchain generasi ketiga ini mengekor generasi pertama (uang terdesentralisasi) dan generasi kedua (smart contract).

Cardano sendiri memiliki satu koin native yang disebut dengan ADA.

Selain itu, terdapat pula sistem blockchain Polkadot yang dianggap sebagai surga baru bagi para pengembang aplikasi terdesentralisasi (dApps). Ini lantaran sistem blockchain utamanya menjadi penghubung antara blockchain-blockchain lain yang berukuran lebih kecil (parachain).

Sama seperti Cardano, Polkadot juga memiliki satu koin yang digunakan untuk membayar teknologi komputasi di dalamnya yang disebut DOT.

6. 2021: Kapitalisasi Pasar Cryptocurrency Sentuh US$2 Triliun

Momen bersejarah lainnya hadir di awal tahun ini, di mana kapitalisasi pasar cryptocurrency berhasil menembus US$2 triliun. Angka tersebut terbilang dua kali lipat lebih besar dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia “yang hanya” sebesar US$1,1 triliun.

Dari angka tersebut, sebanyak hampir 50% (atau sekitar US$900 miliar) disumbang oleh altcoin. Hal ini pun tak lepas dari momen reli harga-harga altcoin, atau kerap disebut sebagai altcoin season.

Baca juga: Apa Itu Altcoin Index?

Bagaimana Posisi Altcoin Sekarang Dibandingkan Bitcoin?

Saat ini, posisi Altcoin yang berjumlah ribuan tersebut hampir memiliki kapitalisasi pasar yang nyaris setara di Bitcoin. Hal itu bisa terlihat di grafik heatmap berikut ini.

Sejarah Altcoin
Posisi Market Cap Bitcoin vs Altcoin. Sumber: Coin 360

Data tersebut menunjukkan bahwa altcoin sudah mendominasi kapitalisasi pasar aset kripto yakni di angka 52,31%. Sementara itu, Bitcoin hanya memegang 47,69% dari kapitalisasi pasar, masih merupakan angka yang cukup impresif bagi satu koin.

Hal ini cukup mengejutkan lantaran tiga bulan sebelumnya, atau bulan April, Bitcoin masih menggenggam 55% dari kapitalisasi pasar aset kripto. Dengan kata lain, performa Bitcoin sejauh ini memang tidak main-main, Sobat Cuan!

Kalau kamu bagaimana? Apakah kamu juga berniat menggenggam altcoin sekarang? Yuk, segera miliki ragam altcoin mulai dari ETH, ADA, BNB, dan lainnya di aplikasi Pluang!

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emasS&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: Coinmarketcap, Investopedia, Altervista

Ditulis oleh
channel logo

Adi Putro

Right baner

Adi Putro

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
crypto
‘Ethereum Killer’ Polkadot vs Cardano, Mana yang Paling Oke?
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1