Selamat sore, Sobat Cuan! Investor AS menanti neraca dagang hingga China beri sinyal longgarkan kebijakan COVID-19, semua terangkum di Pluang Snapshot berikut!
Biro Analisis Ekonomi AS dijadwalkan merilis data neraca perdagangan Oktober pada Selasa (6/12). Sejauh ini, ekonom memprediksi bahwa AS akan mencatat defisit neraca perdagangan sebesar US$79,1 miliar atau meningkat dari US$73,3 miliar di September.
Sekadar informasi, neraca perdagangan mengukur selisih antara nilai impor dan ekspor barang dan jasa di suatu wilayah pada periode tertentu. Realisasi neraca perdagangan yang lebih tinggi dari ekspektasi akan mendongkrak kinerja Dolar AS. Sementara itu, hasil data yang lebih rendah dari ramalan ekonom akan melemahkan kinerja sang aset greenback.
Baca Juga: Pluang Snapshot: Harga Emas Jingkrak, Harga Minyak Menanjak
Sekelompok investor profesional dengan nilai aset kelolaan mencapai US$5 triliun menilai bahwa AS masih bisa menghindari resesi ekonomi. Hal ini diketahui dari sebuah survei terhadap segelintir investor kawakan yang dilakukan Goldman Sachs Group Inc.
Survei tersebut menunjukkan, investor kakap tersebut masih yakin bahwa bank sentral AS The Fed masih mampu mengendalikan inflasi tanpa menciptakan resesi. Meski demikian, mereka menyadari bahwa situasi yang kerap disebut "pendaratan halus ekonomi" (economic soft landing) tersebut sulit untuk dicapai.
Pendiri jaringan Ethereum Vitalik Buterin meminta komunitas kripto fokus pada pengembangan teknologi yang ditawarkan pengembang kripto daripada terus menangisi harga kripto yang semakin runtuh di kala bear market. Buterin menyampaikan hal tersebut melalui cuitannya di akun Twitter resminya pada Selasa (3/12).
Menurutnya, hal itu dianggap akan meningkatkan semangat komunitas kripto untuk tetap optimistis dengan kancah kripto di tengah maraknya peristiwa scam, penipuan, hingga kejatuhan harga kripto berjemaah beberapa waktu terakhir.
"Saya menyarankan [komunitas kripto] untuk jaga jarak dari kegiatan trading dan investasi, kemudian mempelajari lebih jauh tentang ekosistem teknologi dan aplikasi kripto," ujar Buterin.
Perusahaan jasa keuangan global, Bank for International Settlements (BIS) dalam makalah terbarunya mengatakan bahwa sistem finansial global berpotensi kena risiko tinggi gara-gara insititusi non-AS berutang sebesar US$65 triliun melalui produk derivatif berbasis mata uang. Temuan itu didasarkan pada data survei yang dilakukan terhadap pasar mata uang global pada awal tahun ini.
BIS berdalih, risiko itu berasal dari banyaknya nilai utang yang belum tertulis di neraca akibat standar akuntansi. Nah, minimnya informasi tersebut membuat pelaku kebijakan kesulitan untuk menakar potensi krisis ekonomi dari kejadian tersebut.
Baca Juga: Pluang Snapshot: Tesla Pamer Truk Anyar, Lockdown China Segera Bubar
Pemerintah ibu kota China, Beijing, pada Selasa (6/12) mengumumkan bahwa warganya tidak lagi memerlukan hasil tes COVID-19 negatif untuk memasuki tempat publik. Kebijakan ini menyusul langkah kota penting China lainnya seperti Shenzen dan Shanghai yang mulai melonggarkan kebijakan pembatasan sosialnya.
Kendati demikian, pemerintah kota Beijing masih mengharuskan warganya untuk memiliki hasil tes negatif COVID-19 sebelum memasuki fasilitas umum seperti restoran dan panti wreda. Namun, akibat pengumuman ini, ekonom dan analis meramal bahwa China akan melonggarkan Zero-Covid-nya sesaat lagi.
Apakah kabar tersebut bisa menjadi sentimen positif bagi saham perusahaan China seperti Alibaba dan Baidu?
Transaksi Saham Alibaba di Sini!
Transaksi Saham Baidu di Sini!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini