Indeks Saham AS
- Nasib sengsara trio indeks saham AS berlanjut di perdagangan Rabu (31/8). Nilai indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan S&P 500 kompak melorot 0,8%, sementara nilai indeks Nasdaq turun 0,6%.
- Pelaku pasar menjauhi pasar modal setelah mencemaskan pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS, The Fed, setelah pejabat otoritas moneter tersebut silih berganti menyuarakan sikap hawkish-nya.
- Kemarin, Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan, The Fed butuh mengerek suku bunga acuan hingga di atas 4% dan mempertahankannya.
- Komentar tersebut senada dengan milik Ketua The Fed Jerome Powell yang pada simposium ekonomi Jackson Hole, Jumat (26/8), mengatakan bahwa The Fed berkomitmen untuk meneruskan rezim suku bunga tinggi demi mengekang inflasi AS yang kian membara.
- Pernyataan-pernyataan tersebut akhirnya membuat pelaku pasar yakin The Fed akan mengerek suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin di rapat komite pasar terbuka federal (FOMC) bulan ini.
- Antisipasi pelaku pasar atas kenaikan suku bunga acuan Fed pun menuntun pelaku pasar untuk mengoleksi obligasi pemerintah AS. Alhasil, tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor dua tahun menyentuh level tertingginya dalam 14 tahun terakhir. Sekadar informasi, yield obligasi jenis tersebut dianggap sangat sensitif dengan kenaikan bunga acuan.
Baca Juga: Rangkuman Pasar: IHSG Menguat di Titik Kritis, Kripto Terjebak dalam Krisis
Aset Kripto
- Setelah bolak-balik menguat dan melemah beberapa hari terakhir, harga aset-aset kripto memili tiarap di Kamis pagi.
- Melansir Coinmarketcap pukul 07.44 WIB, sembilan dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar sejagat masih terbenam di zona merah.
- Nilai Bitcoin (BTC) melemah 0,06% dalam sehari terakhir dan kini berakhir di US$19.967 per keping. Sementara itu, Ether (ETH) tumbang 0,77% dalam sehari terakhir menuju US$1.540 di waktu yang sama.
- Altcoin lainnya pun tak berdaya. Nilai Binance Coin (BNB), Cardano (ADA), Solana (SOL), dan Polkadot (DOT) kompak terjungkal lebih dari 2% dalam 24 jam terakhir. Kemudian, nilai XRP melemah 0,64% di saat bersamaan.
- Pergerakan nilai aset kripto yang tipis mengindikasikan gejolak yang tinggi di pasar kripto. Dengan kata lain, pelaku pasar sepertinya sedang linglung dalam menentukan posisi masuk atau keluar di bursa tersebut.
- Secara umum, selera risiko pasar untuk berkecimpung di pasar kripto memang tengah pudar mengikuti pelemahan yang terjadi di pasar modal.
- Sekadar informasi, pelaku pasar kripto selalu mengacu pada kinerja indeks saham AS untuk mendapatkan gambaran selera risiko investor secara luas. Makanya, tak heran jika pergerakan saham AS punya korelasi kuat terhadap laju harga aset kripto.
- Di samping itu, rencana The Fed yang ngebet meneruskan pengetatan kebijakan moneter juga bikin pelaku pasar limbung. Maklum saja, kenaikan suku bunga acuan akan membuat pelaku pasar hijrah dari pasar aset berisiko menuju pasar instrumen berpendapatan tetap.
- Adapun sentimen buruk lainnya datang dari perkembangan terbaru terkait niatan platform exchange kripto Jepang Mt. Gox untuk menebar BTC berjumlah jumbo ke penggunanya.
- Sebelumnya, Mt. Gox dikabarkan akan mendistribusikan 170.000 keping BTC ke penggunanya pekan ini sebagai bentuk "ganti rugi" perusahaan atas raibnya 850.000 keping BTC ketika platform tersebut diretas tahun 2014 silam.
- Pelaku pasar takut bahwa mereka yang mendapat ganti rugi tersebut akan segera "membuang" keping-keping BTC itu ke bursa kripto demi mendulang cuan. Terlebih, jumlah BTC yang didistribusikan pun bernilai jumbo, sehingga aksi jual itu ditakutkan bakal mencabik-cabik harga BTC.
- Dalam sebuah dokumen baru yang dirilis Rabu (31/8), salah satu pihak penjamin Mt. Gox Nobuaki Kobayashi mengatakan, korban peretasan Mt. Gox diharapkan bisa mendaftarkan klaim ganti ruginya hingga 15 September mendatang. Setelah proses itu rampung, Mt. Gox diramal akan segera mendistribusikan keping-keping BTC tersebut.
Baca Juga: Pluang Insight: Faktor Makroekonomi Apa Saja yang Pengaruhi Pasar Kripto?
Emas
- Harga emas di pasar spot bertengger di US$1.706,38 per ons pada pukul 08.04 WIB, melemah dibanding US$1.722 per ons sehari sebelumnya.
- Nilai sang logam mulia meredup setelah pelaku pasar semakin terpojokkan oleh niatan pengetatan kebijakan moneter bank-bank sentral global.
- Selain perkara kenaikan suku bunga acuan The Fed, pelaku pasar juga mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Eropa setelah inflasi di Benua Biru tersebut menyentuh rekor baru 9,1% secara tahunan pada Agustus.
- Sekadar informasi, kenaikan suku bunga acuan akan membuat tingkat imbal hasil obligasi pemerintah semakin menggiurkan. Hal itu akan meningkatkan opportunity cost investor dalam menggenggam emas.
Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS CFD, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!