Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Leveragearrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Berita & Analisis

Pluang Insight: Penjualan Mac & iPhone 14 Tokcer, Laba Apple pun Moncer!

Pluang Insight: Penjualan Mac & iPhone 14 Tokcer, Laba Apple pun Moncer!

31 Oct 2022, 5:11 AM·Waktu baca: 5 menit
Kategori
Pluang Insight: Penjualan Mac & iPhone 14 Tokcer, Laba Apple pun Moncer!

Situasi makroekonomi global semakin tak menentu sehingga permintaan masyarakat akan produk teknologi semestinya kian susut. Namun, mitos serupa tampaknya tak terjadi pada Apple yang tetap sukses mencatat pertumbuhan penjualan! Simak selengkapnya di Pluang Insight berikut!

Sekilas Mengenai Apple

Siapa yang tak kenal Apple? Raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) ini terkenal sebagai produsen alat elektronik ritel, mulai dari ponsel pintar iPhone, tablet iPad, komputer pribadi Mac, jam canggih Apple Watch, airpods, Apple TV, dan rangkaian produk lainnya.

Di samping memproduksi barang-barang canggih nan futuristik, Apple juga menawarkan layanan jasa bagi para konsumennya. Nah, layanan jasa yang dimiliki Apple terbilang cukup komprehensif karena hampir mencakup segala aspek kehidupan sehari-hari.

Sobat Cuan mau mendengarkan musik? Tenang, Apple akan mengabulkan keinginanmu melalui Apple Music. Kamu ingin menyimpan berkas digital di komputasi awan? Tak perlu risau, sebab kamu bisa menggunakan layanan iCloud miliknya. Pokoknya, urusan kehidupan digitalmu akan beres dengan bermodalkan produk-produk Apple.

Uniknya, Apple mengembangkan produk-produknya secara swadaya. Dengan kata lain, Apple memproduksi komponen-komponen produknya secara mandiri, mulai dari teknologi piranti lunak, sistem operasi, hingga chip semikonduktor. Makanya, produk teknologi Apple terbilang tidak identik dengan produk besutan produsen sejenis lainnya.

Dari sisi distribusi, Apple menjual produknya di platform daring, toko sendiri, dan toko pihak ketiga. Pasar utama Apple adalah Amerika Serikat yang berkontribusi 40% terhadap nilai penjualan Apple, sementara sisa 60% berasal dari pasar internasional.

Baca Juga: Pluang Insight: Belanja Bengkak Bikin Laba Meta Platforms Terkoyak

Bagaimana Isi Laporan Keuangan Apple?

Apple tampaknya boleh tepuk dada pada kuartal lalu. Pasalnya, perseroan berhasil membukukan penjualan sebesar US$90,14 miliar atau tumbuh 8% dari periode yang sama tahun sebelumnya US$83,36 miliar. Menariknya, angka ini juga lebih baik dari ekspektasi analis yakni US$88,9 miliar.

Jika dipecah secara detail, maka penjualan ponsel pintar iPhone sebesar US$42,62 miliar, atau 47,28% dari total penjualan, menjadi penyumbang pendapatan utama perusahaan. Serunya, angka tersebut tumbuh 9,67% dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Meski memang, raihan tersebut berada di bawah prakiraan analis US$43,21 miliar.

Dikutip dari Financial Times, CEO Apple Tim Cook menyebut pertumbuhan penjualan iPhone tumbuh signifikan berkat peluncuran seri iPhone terbaru, iPhone 14, pada September lalu. Hanya saja, ia mengakui bahwa pertumbuhan tersebut belum maksimal. Apa alasannya?

Cook mengatakan, antusiasme masyarakat atas iPhone 14 tetap membludak meski produsen ponsel pintar lainnya tengah mengalami perlambatan permintaan.

Hanya saja, Apple sejatinya tengah mengalami masalah “keterbatasan” produksi iPhone 14 versi Pro dan ProMax yang bernilai paling mahal di antara jenis ponsel iPhone 14 lainnya. Namun, Cook bilang Apple akan tetap berkomitmen mengatasi masalah tersebut hingga permintaan masyarakat akan dua versi iPhone 14 tersebut terpenuhi.

Lebih lanjut, hal paling menarik juga terjadi pada penjualan komputer pribadi milik Apple, Mac. Perusahaan rupanya mampu membukukan penjualan Mac sebesar US$11,50 miliar di triwulan lalu, tumbuh 25,41% dari US$9,17 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan, angka ini lebih baik dari estimasi analis US$9,36 miliar!

Uniknya, penjualan Macbook masih mentereng meski permintaan masyarakat akan komputer tengah melandai akibat inflasi dan pelemahan daya beli. 

Kendati begitu, prestasi ini pun diramal hanya berusia seumur jagung saja. Sebab, Direktur Keuangan Apple Luca Maestri mengatakan penjualan Mac diramal akan turun secara “substansial” pada kuartal setelahnya mengikuti perlambatan permintaan komputer global.

Di samping itu, Apple mengaku bahwa raihan pendapatan di triwulan lalu memang kurang maksimal setelah nilai Dolar AS terus menunjukkan keperkasaannya di saat yang sama. 

Hal ini dapat dimaklumi mengingat sebagian pendapatan Apple bukan diraih dalam denominasi non-Dolar AS. Akibatnya, nilai pendapatan perusahaan pun otomatis terkikis jika nilai tukar Dolar AS terhadap mata uang lawannya terus menguat. Maestri bahkan menyebut, pendapatan Apple semestinya bisa lebih tinggi US$12 miliar jika perkara nilai tukar tersebut tak mengadang performa keuangan perusahaan.

Selain itu, perusahaan juga mencatat beban produksi US$46,38 miliar atau membengkak 8,38% dari US$42,79 miliar di periode yang sama tahun lalu. 

Untungnya, meski diterpa beberapa goncangan, Apple masih bisa membukukan laba bersih US$20,72 miliar di kuartal lalu alias tumbuh tipis 0,83% dari periode sama tahun sebelumnya. Meski kenaikan laba perusahaan bersifat “suam-suam kuku”, Apple tetap sukses melampaui ekspektasi analis US$20,5 miliar.

Hal ini juga membuat laba per saham Apple berada di US$1,29 per lembar, jauh lebih baik ketimbang estimasi US$1,27 per lembar. Nah, kinerja keuangan Apple yang mengungguli prakiraan tersebut berhasil membuat nilai sahamnya terbang 7,25% pada perdagangan Jumat (28/10).

Baca Juga: Pluang Insight: Pendapatan Iklan Seret buat Kinerja Keuangan Alphabet Surut

Bagaimana Prospek Apple ke Depan?

Apple menegaskan bahwa kondisi makroekonomi, seperti inflasi dan pelemahan daya beli, tetap akan membayangi kinerja keuangan perseroan di kuartal berikutnya. Selain itu, Apple pun meramal perkara nilai tukar akan mengikis pendapatan dan margin kotor-nya masing-masing sebesar 1.000 basis poin dan 330 basis poin.

Meski demikian, kinerja keuangan Apple diharapkan tetap tahan banting terhadap dampak buruk nilai tukar karena strategi harga yang dijalankan perusahaan sudah cukup apik.

Ambil contoh siasat harga di produk iPhone. Tahun lalu, Apple meluncurkan produk iPhone 13 Pro Max 128GB di Amerika Serikat dengan harga US$1.099 per unit. Rupanya, ketika meluncurkan produk iPhone 14 Pro Max 128GB di tahun ini, Apple masih menerapkan harga yang sama yakni US$1.099.

Namun, kondisi tersebut tak terjadi di negara lain. Di Indonesia, misalnya, Apple membanderol iPhone 13 Pro Max 128 GB di Rp19,99 juta. Tetapi, perusahaan justru menjual iPhone 14 Pro Max 128 GB senilai Rp21,99 juta.

Hal ini dilakukan untuk memitigasi dampak buruk penguatan nilai Dolar AS terhadap pendapatan perusahaan. Strategi ini pun terbilang jitu dilakukan dalam jangka menengah mengingat nilai Dolar AS kemungkinan masih akan perkasa seiring niatan bank sentral AS, The Fed, yang kelihatan ngebet mengerek suku bunga acuannya.

Di samping itu, Apple juga masih memiliki potensi pendapatan yang belum diapresiasi pelaku pasar seperti produk services, misalnya Apple TV+, Apple Music, Apple News+, iCloud, dan Apple Card. Segmen pendapatan ini menyumbang US$19,18 miliar ke total pendapatan Apple di triwulan lalu dan bahkan melebihi ekspektasi analis, sehingga harusnya pundi-pundi keuangan dari segmen usaha tersebut mampu membuat Apple tahan badai dari gejolak makroekonomi ke depan.

Tak ketinggalan, Apple selama ini dikenal sebagai raja inovasi. Sehingga, pelaku pasar beranggapan bahwa perusahaan akan mendominasi pangsa pasar ponsel pintar teknologi 5G.

Nah, berdasarkan hal tersebut, JP Morgan sendiri menaksir harga saham Apple akan berada di US$200 per lembar pada 2024 mendatang atau 29,03% lebih baik dari harganya per Jumat (28/10). 

Raih Saham Apple di Sini!

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emasS&P 500 dan Nasdaq index futuresSaham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Ditulis oleh
channel logo

Marco Antonius

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar