Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan harga emas mulai berbalik arah ke zona hijau. Apa yang terjadi dengan pasar pada hari ini? Sobat Cuan bisa menyimak penjelasannya dalam rangkuman pasar berikut!
Nilai IHSG bertengger di posisi 6.094,87 poin pada penutupan perdagangan Jumat (10/9), meningkat 0,44% dibanding posisi pembukaan perdagangan.
Pergerakan indeks saham pada akhir pekan ini didorong oleh sikap investor yang memborong saham-saham berbasis tambang dan nikel, Mulai dari saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) , PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan juga saham PT Timah (Persero) Tbk (TINS).
Ketiga perusahaan tambang tersebut mendapatkan angin segar dari melesatnya harga nikel yang berhasil mencetak rekor tertingginya sejak tahun 2014 lalu yang sempat menyentuh level US$20.000 per ton. Adapun pada hari ini, harga nikel hingga siang tadi berhasil menembus level US$20.410/ton.
Kenaikan harga nikel terjadi di tengah menyusutnya cadangan nikel dunia. Mengacu pada data London Metal Exchange (LME) per 9 September 2021, cadangan nikel di gudang LME mencapai 181.368 ton, alias turun 23,6% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Penurunan stok nikel itu bertepatan dengan demam mobil listrik di berbagai belahan dunia. Tercatat, penjualan mobil listrik dunia di tengah tahun pertama sudah berhasil meningkat hingga 160% dibanding tahun sebelumnya.
Lantas apa hubungannya dengan nikel? Jadi begini, nikel merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan baterai mobil listrik. Mengacu pada EV Metal Index, nilai logam baterai mobil listrik di Juni tahun ini saja sudah naik 237% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Nah, produsen nikel tanah air tentu saja mendapatkan sentimen positifnya. Saham ANTM tercatat bergerak naik 6,15% ke level Rp2.590 per saham dan saham TINS sukses melesat 2,33% ke level Rp1.535 per saham.
Baca juga: Rangkuman Pasar: IHSG Moncer, Emas Enggan Tokcer di Akhir Pekan
Saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) melanjutkan reli kenaikan harganya pada hari ini. Bahkan, perusahaan yang sahamnya dikuasai oleh PT Mega Corpora itu mentok hingga level auto reject atas (ARA) hingga penutupan perdagangan di sore ini.
Moncernya kinerja saham perusahaan yang dulu bernama PT Bank Harda Internasional itu tidak bisa dilepaskan dari rencana perusahaan yang akan menggelar hajatan berupa penambahan modal lewat mekanisme penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias right issue.
Isu yang beredar adalah akan masuk investor baru yang akan menyerap saham yang akan diterbitkan dalam right issue.
Pasalnya, jika mengacu pada prospektus yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Mega Corpora selaku pemegang 90% saham BBHI memiliki opsi untuk mengalihkan HMETD yang menjadi haknya pada investor tertentu guna mendukung permodalan perusahaan.
Dalam perdagangan hari ini, tiga saham yang mengalami pertumbuhan nilai tertinggi adalah:
Sementara itu, tiga saham yang mengalami penurunan nilai terbesar adalah:
Di sisi lain, tiga saham yang paling banyak diperdagangkan hari ini berdasarkan frekuensinya adalah:
Senada seirama dengan IHSG, harga emas pada hari ini berhasil naik tipis 0,3% ke level US$1.800,47 per ons. Kenaikan harga emas terjadi di tengah melemahnya dolar AS yang terjadi sejak kemarin.
Di samping itu, pelaku pasar tampaknya banyak berspekulasi kapan sebenarnya tapering akan dilakukan. Bagi pemburu cuan di sektor emas, kepastian kebijakan The Fed utamanya tapering adalah fokus utamanya.
Tapering akan mengetatkan jumlah Dolar AS beredar dan mendongkrak nilai Dolar AS. Di saat seperti itu, pelaku pasar tentu lebih memilih menggenggam Dolar AS ketimbang emas. Selain itu, kenaikan nilai Dolar AS akan bikin harga emas relatif lebih mahal bagi mereka yang jarang bertransaksi menggunakan mata uang tersebut. Akibatnya, harga emas pun terkerek naik.
Hanya saja, pernyataan The Fed juga suka bikin bingung. Sebab, bank sentral AS itu sempat mengatakan bahwa tapering yang akan dilakukan harus sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Yang artinya, jika ekonomi menunjukkan perlambatan, maka bisa jadi The Fed akan memundurkan lagi niatan tapering-nya.
Tetapi, saat kondisi ekonomi di Agustus lalu menunjukkan pelemahan, sejumlah pejabat The Fed tetap bersikukuh bahwa perlambatan pertumbuhan pekerjaan tidak akan membuat rencana Bank Sentral mundur.
Baca juga: Rangkuman Pasar: IHSG dan Harga Emas Ambruk Berjemaah
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini