Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

Pluang Insight: Meramal Nasib Tesla di Tengah Gencarnya Aksi 'Banting Harga'
shareIcon

Pluang Insight: Meramal Nasib Tesla di Tengah Gencarnya Aksi 'Banting Harga'

18 Apr 2023, 4:44 AM·Waktu baca: 5 menit
shareIcon
Kategori
Pluang Insight: Meramal Nasib Tesla di Tengah Gencarnya Aksi 'Banting Harga'

Produsen mobil listrik Tesla akan merilis laporan keuangan triwulan I pada pekan ini. Apa yang bisa investor harapkan? Yuk, simak ulasannya di Pluang Insight berikut!

Profil Singkat Tesla

Tesla (TSLA) adalah salah satu produsen kendaraan listrik yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Awalnya, perusahaan hanya memproduksi kendaraan listrik semata. Namun, Tesla lambat laun melebarkan sayap bisnisnya ke sektor energi terbarukan dan penyimpanan energi.

Kini, Tesla sudah menjelma menjadi salah satu produsen kendaraan listrik terbesar dan terpopuler sejagat. Sebagai buktinya, kini sejumlah kendaraan Tesla, mulai dari tipe sedan hingga SUV, terlihat hilir-mudik di jalanan Indonesia.

Perusahaan ini didirikan oleh Martin Ebenhard dan Marc Tarpenning pada 2003. Kemudian, pentolan Tesla yang populer saat ini, Elon Musk, berinvestasi di Tesla dan menduduki kursi komando perusahaan setahun kemudian. Namun, posisi Musk saat itu dianggap kontroversial lantaran ia dianggap "menendang" Ebenhard dari kursi CEO Tesla dengan sengaja. Hasilnya, Musk beserta Ebenhard dan Tarpenning pun terlibat dalam sengketa hukum berlarut-larut setelahnya.

Kendati demikian, polemik tersebut tak menyurutkan niat perusahaan untuk terus berkembang. Akhirnya, pada 2010, perusahaan pun memutuskan untuk melantai di bursa saham AS dan menawarkan sahamnya di harga US$17 per lembar.

Saat ini, saham Tesla dikelompokkan sebagai saham sektor konsumsi sekunder (consumer discretionary). Adapun kompetitor Tesla yang berada di kategori yang sama adalah Ford Motors, General Motors, dan Nio Inc.

Baca Juga: Pluang Insight: Ibarat Laju Mobil, Laba Tesla 'Ngebut' Kencang di Kuartal III

Bagaimana Performa Keuangan Tesla Selama Ini?

Apabila ditilik secara tren historis, Tesla membukukan pertumbuhan penjualan rata-rata sebesar 30,6% per tahun dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan fantastis itu didorong oleh inovasi-inovasi unggul perusahaan, getolnya penjualan daring, dan keputusan perusahaan untuk merambah segmen midsize luxury, yakni sebuah segmen yang jarang dijamah oleh para pesaingnya.

Hingga 2021 lalu, angka penjualan Tesla berasal dari dua sumber utama, yakni lini bisnis otomotif, dengan kontribusi sebesar 95% terhadap total penjualan, dan lini bisnis energi baru dan terbarukan. Bahkan, Tesla dianggap masih memiliki peluang untuk memperbesar volume penjualannya mengingat mayoritas konsumen Tesla, atau sekitar 70% dari total konsumennya, berasal dari dua negara adidaya yakni AS dan China.

Lebih lanjut, kendati membukukan pertumbuhan penjualan yang kinclong, Tesla nyatanya baru bisa membukukan laba di 2020.

Asal tahu saja, Tesla selalu membukukan rugi sejak awal kemunculannya lantaran menggelontorkan dana jumbo untuk riset dan pengembangan. Selain itu, pamor Tesla sebagai sebuah jenama juga belum terlalu kuat di benak masyarakat.

Namun, pada 2020 lalu, Tesla bisa menorehkan laba US$721 juta setelah 11 negara bagian AS mengharuskan produsen mobil untuk menjual kendaraan "bebas emisi" di 2025 mendatang. Jika produsen-produsen kendaraan tak sanggup memenuhi kewajiban itu, maka mereka pun harus membeli regulatory credit dari produsen lain yang sudah mampu memproduksi kendaraan "hijau".

Sekadar informasi, regulatory credit adalah kredit yang diberikan beberapa pemerintah negara bagian AS kepada produsen kendaraan hemat energi karena perusahaan tersebut dianggap telah berkontribusi "mengurangi emisi gas buang". Sementara itu, produsen kendaraan yang belum mampu menciptakan kendaraan "hijau" wajib membeli regulatory credit dari produsen kendaraan ramah energi sebagai simbol bahwa mereka ikut berkontribusi terhadap konservasi energi.

Nah, regulasi tersebut rupanya menjadi berkah tersendiri bagi Tesla. Bayangkan saja, Tesla mengantongi penerimaan regulatory credit sebesar US$357 juta di 2019. Namun, setahun kemudian, penerimaan itu membengkan hampir lima kali lipat menjadi US$1,58 miliar. Bahkan, penerimaan tersebut mencetak rekor tertingginya sebesar US$1,78 miliar di 2022.

Penerimaan regulatory credit juga berdampak signifikan bagi rata-rata pertumbuhan laba tahunan Tesla sebesar 317% per tahun antara 2020-2022. Bisa dibilang, jika regulasi tersebut tiada, maka Tesla sudah barang tentu akan mendera kerugian hingga saat ini.

Tren Laba Tesla
Tren Laba Bersih Tesla 2013-2022

Seperti Apa Prediksi Kinerja Tesla di Kuartal I 2023?

Sayangnya, sejumlah analis menilai bahwa Tesla kemungkinan tidak bisa mengulangi pertumbuhan fantastisnya, baik dari sisi laba maupun pendapatan, di kuartal lalu.

Dari sisi pendapatan, Tesla diramal hanya akan membukukan US$23,4 miliar di triwulan lalu atau melorot dari US$24,3 miliar di kuartal sebelumnya. Memang, menurut laporan terbaru, perusahaan memang berhasil mengirimkan 422.875 kendaraan di triwulan lalu, atau tumbuh pesat 36% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Hanya saja, sikap Tesla yang memutuskan "membanting harga" beberapa unit kendaraannya sejak awal tahun ini ternyata menjadi buah simalakama bagi kinerja pendapatannya.

Lembaga investment bank JPMorgan menyebut bahwa pemangkasan harga jual memang ampuh menambah permintaan mobil Tesla. Hanya saja, menurut perhitungannya, penambahan permintaan sebesar 20% justru membuat pendapatan Tesla menyusut 10%.

Dengan kata lain, kebijakan diskon jumbo hanya akan membuat perusahaan boncos. Bahkan, hal itu pun diramal akan menyengat raihan laba Tesla kuartal lalu. Sejauh ini, analis menganggap bahwa Tesla akan membukukan laba per saham US$0,77 di triwulan I 2023 alias anjlok 73% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Tetapi, analis tak sepenuhnya menjadikan kebijakan diskon harga mobil sebagai satu-satunya biang keladi pelemahan raihan laba tersebut. Mereka juga menilai, tingginya beban bunga seiring kenaikan suku bunga acuan AS juga akan menekan laba Tesla di triwulan lalu.

Baca Juga: Pluang Insight: Meramal Peruntungan Netflix di Kuartal I 2023

Bagaimana Prospek Saham Tesla di 2023?

Kendati diramal akan membukukan kinerja memble di tiga bulan pertama tahun ini, Tesla dianggap masih bisa mengerek harga sahamnya hingga akhir tahun nanti. Konsensus analis bahkan menargetkan harga saham Tesla di kisaran US$313 hingga US$355 di akhir 2023, atau 67%-89% dari posisi penutupan Senin (17/4) yakni US$187 per lembar. Lantas, apa yang membuat analis tetap meyakini potensi uptrend terhadap saham Tesla?

Di satu sisi, valuasi saham Tesla memang terbilang mahal. Jika dilihat dari rasio harga terhadap pendapatan (rasio Price-to-Earning/P/E), maka valuasi Tesla per Senin (17/4) mencapai 42x P/E. Namun, valuasi tersebut sebenarnya semakin murah apabila dibandingkan dengan rata-rata valuasinya dua tahun terakhir, yakni di 79,8x P/E. Melihat posisinya sebagai growth stocks, saham Tesla yang mengalami penurunan valuasi harusnya bisa menarik minat investor.

Di sisi lain, saham Tesla pun juga memiliki katalis positif lain, seperti potensi kenaikan permintaan di jenis mobil Tesla Model 3. Potensi ini bisa saja terjadi karena konsumen kendaraan sepertinya bakal melirik kendaraan listrik seiring kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan kebijakan rendah emisi pemerintah.

Transaksi Saham Tesla di Sini!

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emasS&P 500 dan Nasdaq index futuresSaham AS, serta ratusan aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Ditulis oleh
channel logo

Marco Antonius

Right baner

Marco Antonius

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
pluang insight
Pluang Insight: Lahan Virtual, Proyek Menggiurkan atau Bakal Gagal Total?
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1