Alibaba akan merilis laporan keuangannya pada Rabu (17/5). Lantas, seperti apa prediksinya? Simak di sini!
Alibaba adalah perusahaan perdagangan daring dan seluler terbesar di dunia jika dilihat dari sisi volume perdagangannya, yakni 8,3 triliun Yuan China di 2022.
Pendapatan perdagangan ritel Alibaba di China selalu menjadi kontributor utama pendapatan perusahaan di tiap periode fiskalnya. Namun selain itu, Alibaba juga mengoleksi pendapatan dari segmen bisnis lain seperti perdagangan grosir, teknologi komputasi awan, dan media digital dan platform hiburan.
Sama seperti perusahaan asal negara tirai bambu lainnya, Alibaba mengalami periode yang mendung pada akhir 2022. Sepanjang triwulan IV 2022, Alibaba hanya berhasil mengumpulkan pendapatan 247,8 miliar Yuan China atau meningkat tipis 2% jika dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Jika ditilik secara lebih detail, maka lini bisnis utama Alibaba, China Commerce, sebenarnya mengalami perlambatan pertumbuhan pendapatan 1% secara tahunan di periode tersebut. Perusahan berdalih bahwa capaian itu disebabkan oleh lemahnya tingkat konsumsi di China menyusul lockdown berkepanjangan plus ketatnya kompetisi e-commerce di negara tersebut.
Namun mujurnya, perusahaan berhasil mengerek pendapatan di segmen bisnis lainnya sehingga perseroan masih mampu membukukan pertumbuhan pendapatan. Sebagai contoh, pendapatan lini international commerce tumbuh 18% secara tahunan di kuartal IV 2022. Sementara itu, lini bisnis logistiknya, Cainiao, juga sukses mengerek pendapatannya 27% di periode yang sama.
Kendati demikian, Alibaba nyatanya masih mampu mencetak pertumbuhan laba. Bahkan, angkanya pun tak main-main, di mana perseroan sukses membukukan laba 48 miliar Yuan China di kuartal IV 2022 atau terbang 138% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, jika dicatat berdasarkan di luar standar pencatatan akuntansi GAAP, maka laba Alibaba sebenarnya "hanya" tumbuh 12% secara tahunan.
Hal ini terjadi berkat penurunan biaya-biaya, salah satunya adalah penurunan nilai aset tak berwujud dalam bentuk goodwill sebesar 22,4 miliar Yuan China di segmen hiburan sepanjang tiga bulan terakhir 2022.
Baca Juga: Pluang Insight: Menaksir Prestasi Keuangan Meta di Tengah Ancaman TikTok
Meski diterpa ombak kencang di tahun lalu, pertumbuhan pendapatan Alibaba sepertinya masih akan "suam-suam kuku" di awal 2023. Pasalnya, hingga saat ini, sejumlah analis menaksir bahwa Alibaba akan mengoleksi pendapatan 209,2 miliar Yuan China di kuartal I 2023 atau tumbuh 2,5% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Ramalan ini muncul setelah analis menganggap bahwa Alibaba masih berjuang dalam memenangkan kompetisi e-commerce ketat di China. Selain itu, perseroan juga dianggap masih terkapar oleh tingkat konsumsi masyarakat China yang tiarap meski otoritas China telah melonggarkan kebijakan pascapandemi pada Januari lalu.
Kendati begitu, Alibaba juga diramal bisa mencetak pertumbuhan laba per saham yang lumayan di kuartal I 2023, yakni 9,45 Yuan China per lembar atau naik 12,6% jika dibanding periode yang sama tahun lalu. Selain karena pertumbuhan pendapatan tipis, hal itu rencananya bakal didukung oleh perbaikan struktur biaya Alibaba dan pengurangan jumlah pegawai yang berlangsung sejak kuartal IV tahun lalu.
Memang, Dewi Fortuna sepertinya belum berpihak kepada Alibaba di kuartal I 2023. Kendati begitu, perusahaan diramal akan menuai berkah dari rentetan aksi korporasi yang dijalankan sejak awal tahun.
Salah satu aksi tersebut adalah restrukturisasi bisnis perusahaan yang diumumkan pada Maret lalu.
Sekadar informasi, dua bulan lalu, Alibaba merustrukturisasi perusahaan dengan "membelah diri" menjadi enam unit usaha yang masing-masingnya memiliki kegiatan bisnis yang spesifik: Cloud Intelligence Group, Taobao Tmall Commerce Group, Local Services Group, Cainiao Smart Logistics Group, Global Digital Commerce Group and Digital Media and Entertainment Group.
Bahkan, Alibaba juga akan mendorong sebagian dari enam unit bisnis baru itu untuk melantai di bursa saham.
Kabar itu pun sontak mendapat lampu hijau oleh pasar. Sejumlah analis telah merevisi target laba Alibaba 1% lebih baik di akhir 2023. Bahkan, nilai saham BABA pun meroket kira-kira sebesar 20% dalam tiga hari usai pengumuman itu dirilis pada 27 Maret 2023.
Reaksi positif tersebut muncul lantaran pelaksanaan IPO anak-anak usaha perusahaan menjadi kesempatan bagi Alibaba untuk menghimpun pendanaan dan terus melebarkan sayap bisnisnya.
Meski demikian, terdapat beberapa risiko yang juga perlu diperhatikan dari Alibaba, utamanya menyangkut segmen e-commerce.
Asal tahu saja, Alibaba berniat investasi besar-besaran di segmen e-commerce miliknya, Taobao, di tahun ini. Hanya saja, aksi tersebut berpotensi memangkas margin perusahaan di jangka panjang. Nah, hal itu ditakutkan akan ikut menekan raihan laba operasional perusahaan ke depan.
Apalagi, saat ini Alibaba pun mendapat ancaman sengit dari platform media sosial, misalnya platform video pendek China Douyin, yang kini sudah menampilkan fitur belanja daring di dalamnya.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, analis memprediksi bahwa harga saham Alibaba akan menyentuh US$141,7 atau 60,4% lebih tinggi dari harga penutupan Selasa (15/5).
Sementara itu, dari sisi valuasi, saat ini valuasi Alibaba jika ditinjau dari rasio harga saham per laba (Price-to-earning ratio/PER) kini mencapai 13,5x P/E atau lebih "murah" ketimbang reratanya dalam lima tahun terakhir, yakni 32,6x P/E.
Transaksi Saham Alibaba di Sini!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta ratusan aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini