Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Blog

Bunga Nabung di Aset Kripto Cuan Banget Dibanding Bank. Darimana Asal Bunganya?
shareIcon

Bunga Nabung di Aset Kripto Cuan Banget Dibanding Bank. Darimana Asal Bunganya?

7 May 2021, 7:38 AM·READING_TIME
shareIcon
Kategori
Bunga Nabung di Aset Kripto Cuan Banget Dibanding Bank. Darimana Asal Bunganya?

Nabung aset kripto kini adalah salah satu aktivitas yang digandrungi oleh pecinta aset kripto. Apalagi kalau bukan karena nilai imbal hasilnya yang terbilang tokcer dibanding menabung di bank konvensional. Selain itu, menabung di dompet kripto kini menjadi semacam “surga” bagi mereka penganut HODL (menahan) aset kripto garis keras.

Hanya saja, salah satu topik kontroversial yang masih belum selesai menjadi perdebatan adalah mengenai “bunga”, atau biasa disebut Annual Percentage Yield (APY), dari dompet aset kripto. Pasalnya, sebagian orang merasa bahwa tingkat bunga tersebut tak masuk akal. Lantas, apakah memang bunga tabungan di bank konvensional dan dompet kripto berasal dari kalkulasi yang sama?

Untuk memahami hal tersebut, tentu kita perlu mengenal berbagai model nabung aset kripto yang ditawarkan. Tujuannya adalah untuk memberikan kerangka kerja bagi investor agar dapat lebih mudah menilai risiko dan membuat keputusan menabung yang tepat.

Baca juga: Mau Coba Investasi di DeFi? Begini, Lho, Caranya!

Bagaimana Cara Kerja Nabung Aset Kripto?

Rekening tabungan kripto bekerja dengan cara yang mirip dengan rekening tabungan bank biasa. Singkatnya, kamu meminjamkan uang ke lembaga yang meminjamkan asetmu kepada peminjam yang membutuhkan likuiditas. Bedanya, kini kamu melakukannya di atas sistem blockchain dan menggunakan aplikasi decentralized finance (DeFi).

Status pinjaman ini relatif aman karena kreditur biasanya selalu meminta debitur untuk menyetor aset kriptonya sebagai jaminan pinjaman. Sebagian besar kreditur meminta rasio “pinjaman terhadap nilai” (loan-to-value) sebesar 50%. Artinya, jika peminjam menginginkan US$1.000, mereka harus menyetor pula Bitcoin senilai US$2.000 sebagai jaminannya.

Tapi, memangnya ada sosok yang mau meminjam aset kripto di muka bumi ini? Jangan slaah, Sobat Cuan. Banyak sekali perusahaan atau individu yang membutuhkan pinjaman aset kripto.

Mereka yang mengajukan pinjaman aset kripto adalah mereka yang membutuhkan likuiditas jangka pendek, namun tak mau menjual aset kriptonya. Selain itu, biasanya mereka juga tidak bisa menerima pinjaman aset kripto secara mudah, karena ada banyak serangkaian syarat yang mesti mereka patuhi.

Beberapa contoh individu atau perusahaan yang meminjam aset kripto ini adalah:

    • Penambang cryptocurrency: Sebab, mereka perlu menutupi pengeluaran operasional mereka (membayar karyawan, biaya listrik, dll)
    • Trader: ingin memanfaatkan peluang arbitrase dan membutuhkan likuiditas jangka pendek untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan
    • Hedge fund: telah berinvestasi di ICO atau aset digital lainnya dan ingin memanfaatkan posisinya untuk mengejar lebih banyak peluang investasi
    • Bursa aset kripto: membutuhkan pembiayaan untuk pinjaman margin dan layanan perdagangan mereka

Baca juga: Mau Jadi Milyuner Masa Depan? Coba Putarkan Uang di DeFi!

Penentuan Suku Bunga dalam Nabung Aset Kripto

Lantas, bagaimana tingkat suku bunga ditentukan dan mengapa setiap penyedia pinjaman dapat menawarkan tingkat suku bunga yang berbeda? Selain itu, jika kamu nabung aset kripto, sebaiknya kamu memilih platform mana untuk memutar aset kriptomu dalam investasi produktif mereka?

Secara umum, tingkat suku bunga di pasar ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Jika ada banyak permintaan pinjaman untuk aset tertentu, maka suku bunga untuk aset tersebut pun secara alami akan naik demi mendorong lebih banyak pemberi pinjaman agar menyetor aset tersebut.

Misalnya saja, permintaan untuk stablecoin seperti USDT cenderung naik ketika trader menerapkan strategi jangka panjang (untuk membeli kripto dengan USDT yang dipinjam). Imbasnya, permintaan untuk aset kripto seperti BTC atau ETH pun akan menipis ketika trader melakukan strategi jangka pendek.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa suku bunga untuk aset tertentu adalah produk dari permintaan dan penawaran agregat dari semua peminjam dan pemberi pinjaman.

Berikut ini hal-hal yang menentukan pembedaan penerapan tingkat suku bunga dalam nabung aset kripto:

1. Model operasi berbeda: DeFi vs CeFi

Kendati aset kripto dan blockchain digadang-gadang sebagai DeFi yang melawan sistem perbankan konvensional alias CeFi, rupanya dalam putaran aset kripto pun, berlaku dua model operasi berbeda yang membuat mereka dikategorikan dalam dua model operasi.

Secara garis besar, ada dua jenis pemberi pinjaman dalam industri kripto: pemberi pinjaman kripto terpusat (CeFi) dan platform pinjaman terdesentralisasi (DeFi).

Model Operasi CeFi

Model operasi CeFi dalam aset kripto menyediakan layanan peminjaman mata uang kripto, yang bagaimanapun tunduk pada regulasi. Penyedia layanan pun perlu melakukan identifikasi penggunanya dan mengontrol platform dan data. Keuntungannya dari perspektif konsumen, penyedia layanan ini membayar pinjaman dalam bentuk fiat (dolar, euro, dll). Basis investor mereka terdiri dari investor institusional dan mereka memberi layanan 24/7 bagi klien tersebut. Kerap kali, model CeFi memberi tingkat penawaran suku bunga yang lebih stabil daripada protokol DeFi.

Protokol DeFi

Sementara itu, dalam model operasi DeFi, kontrol tidak bersifat terpusat. Semua peminjam tidak memerlukan identifikasi data pengguna, alias anonim. Pinjam-meminjam aset kripto berjalan di bawah blockchain yang berjalan dengan sistem “kontrak pintar”-nya Ethereum (smart contract). Kontrak pintar ini yang memungkinkan protokol berjalan tanpa otoritas terpusat.

Contoh dari protokol DeFi ini di antaranya Compound dan Aave, yang menerapkan sistem tokenisasi untuk memvalidasi transaksi pinjam-meminjam. Hal ini kerap kali mengharuskan mereka yang ingin nabung aset kripto dalam model operasi ini menunggu lebih lama untuk transaksinya. Karena protokol DeFi sepenuhnya berjalan dalam blockchain yang memanfaatkan fitur kontrak pintar, maka sistem ini dapat pula diintegrasikan dengan aplikasi front-end apa pun, misalnya Argent, ZenGo, dan Dharma.

2. Model perputaran uang berbeda antara DeFi dan CeFi

Coinbase adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bawah model bisnis CeFi. Perusahaan CeFi ini menawarkan harga 0,15% APY dalam tabungan USDC, sementara BlockFi dalam sistem DeFi menawarkan 8,6% untuk tiap rekening tabungan GUSD yang dibuka.

Mengapa ada perbedaan mencolok seperti ini untuk tingkat suku bunga DeFi dan CeFi? Ini lantaran BlockFi menghasilkan bunga atas aset yang disimpan di akun dengan meminjamkannya kepada peminjam institusional dan perusahaan. Sementara itu, Coinbase memutar dana dengan menarik aliran pendapatan yang sudah ada sebelumnya seperti lewat trading, manajemen perbendaharaan perusahaan, ataupun aktivitas investasi.

Baca juga: Mengapa DeFi Bakal Jadi Saingan Sengit Jasa Keuangan Konvensional?

Risiko Nabung Aset Kripto dalam Sistem Kripto DeFi vs CeFi

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, berikut ini beberapa risiko yang akan dihadapi oleh investor aset kripto yang nabung aset kripto dalam sistem kripto CeFi maupun DeFi:

  • Dalam sistem CeFi, beberapa risikonya di antaranya terkait dengan risiko dengan pemberi pinjaman kripto. Beberapa persoalannya biasanya terkait dengan pinjaman macet (loan defaults), peretasan kustodian (custodian hacks), hingga soal transparansi (intransparency).
  • Dalam sistem DeFi, risikonya ada pada protokol DeFi itu sendiri. Beberapa persoalannya di antaranya risiko dengan kontrak pintar, pinjaman macet (loan defaults), hingga risiko sentralisasi dalam protokol DeFi terkait penggunaan kunci admin yang mempengaruhi jalannya sistem kontrak pintar.

Jadi, jika kamu ingin nabung aset kripto, mana model bisnis atau operasional yang sebaiknya dipilih?

Mengingat bahwa menyimpan dana atau aset kita dan mempercayakannya pada pihak penyedia pinjaman akan selalu berisiko, maka kamu perlu memastikan dulu seberapa besar toleransi risikomu.

Ingat prinsip high risk, high return, jelas bahwa secara inheren Coinbase akan memberi imbal hasil yang relatif kecil dibandingkan BlockFi, tapi tentu risikonya pun tidak setinggi BlockFi. Bahasa gamer-nya, kamu bisa “pilih sendiri jagoanmu”, karena kamu sendiri yang tahu tentang toleransi risiko yang dapat kamu tanggung.

Nah, Sobat Cuan mulai tertarik untuk investasi aset kripto? Yuk, nabung di Pluang! Makin cuan hanya dengan menabung Bitcoin atau Ethereum dan dapatkan hasil imbal sampai 3,5% per tahun. Mudah dan praktis, kamu bisa menarik tabunganmu kapan saja.

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: Crypto Testers

Ditulis oleh
channel logo

Dewi Kharisma

Right baner

Dewi Kharisma

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
crypto
‘Ethereum Killer’ Polkadot vs Cardano, Mana yang Paling Oke?
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1