Sobat Cuan pecinta Bitcoin pasti paham bahwa tren harga Bitcoin seolah-olah sedang tidak karuan. Baru saja pekan lalu Bitcoin mencetak rekor tertinggi di US$64.000 per keping. Namun, harganya langsung terpelanting menuju US$51.000 di akhir pekan lalu. Untungnya, kini harga Bitcoin sudah kembali pulih ke angka US$55.000 per keping.
Meski demikian, harga yang ambrol dan terkesan jungkat-jungkit itu bukan berarti bahwa harga Bitcoin sedang dalam tren bearish, lho. Sebab, sejatinya harga Bitcoin justru masih berada dalam tren harga bullish meski terdapat koreksi harga, seperti yang terlihat di grafik per 20 April 2021 di bawah ini.
Koreksi harga kecil di sana-sini boleh saja terjadi. Namun, sebagai investor, tentu pertanyaan besarnya adalah kapan sejatinya tren bullish ini berakhir. Atau, kapan tepatnya tren harga buliish ini bisa berubah menjadi tren bearish.
Spekulasi tentang periode tren bullish ini tidak ada habisnya, apalagi Bitcoin sekarang menjadi berita yang langganan muncul di media arus utama. Tapi apa yang membuat harga Bitcoin naik? Apakah ini hanya kabar baik yang tiada henti, atau apakah ada indikator lain yang dapat memprediksi pergerakan harga di masa depan?
Mungkin, sebagian Sobat Cuan sudah tahu soal FOMO dalam investasi aset kripto, atau kecenderungan investor yang takut akan ketinggalan momentum (fear of missing out). Argumen bahwa kabar baik sedang membuai pasar terbukti benar.
Tidak dapat disangkal bahwa ada semacam efek bola salju FOMO di antara investor institusi selama beberapa bulan terakhir. Dan itu yang membuat harga Bitcoin seolah-olah sedang menciptakan tren ngegas belakangan ini.
Tren harga Bitcoin bullish dimulai pada kuartal terakhir tahun 2020. Kala itu, harga tiba-tiba melonjak pada bulan Oktober di tengah berita bahwa PayPal memasuki dunia aset kripto. Momentum bullish lebih lanjut terjadi ketika JPMorgan meluncurkan koin JPM yang telah lama ditunggu-tunggu.
Baca juga: Kenapa IPO Coinbase Memberi Petunjuk Soal Harga Aset Kripto di Masa Depan?
Tahun ini, MicroStrategy melakukan pembelian Bitcoin besar-besaran, dibarengi dengan Tesla yang berinvestasi US$1,5 miliar. Bank-bank besar, termasuk Goldman Sachs dan Citigroup, memperluas penawaran layanan mereka ke aset kripto. Hal itu menambah kredibilitas lebih lanjut bahwa aset kripto layak menjadi kelas aset yang mapan.
Baru-baru ini, euforia penawaran saham perdana (IPO) Coinbase di Nasdaq juga berperan dalam memastikan bahwa aset digital tetap berada dalam agenda berita global. Coinbase adalah perusahaan cryptocurrency exchange pertama yang melantai di bursa saham.
Pada tingkat ekonomi makro, dorongan bullish muncul dari ETF Bitcoin yang disetujui oleh regulator Amerika Serikat. Meski menurut pandangan para analis, masih dibutuhkan waktu dua tahun lagi sebelum persetujuan diberikan.
Terdapat teori bahwa berita baik yang menopang harga mungkin tidak menciptakan tren harga Bitcoin bullish jangka panjang. Namun, aksi beli pasar terbukti cukup untuk membuat investor dan institusi besar lebih memperhatikan.
Sebuah laporan dari eToroX yang diterbitkan pada bulan Januari, mengkonfirmasi hal tersebut. Pasalnya, laporan mereka berdasarkan wawancara para pelaku institusional.
Baca juga: Tips Berdamai dengan FOMO Agar Tak Panic Selling & Buying Aset Kripto
Laporan tersebut menemukan bahwa Bitcoin harus mencapai harga yang cukup tinggi untuk membuatnya menarik bagi institusi. Hal itu undtuk mengimbangi sentimen negatif seperti risiko regulasi, potensi penipuan, dan akses ke infrastruktur yang diperlukan.
Seorang responden bahkan telah menetapkan ambang level harga US$25.000 per Bitcoin. Hal itu menunjukkan bahwa harga saat ini lebih dari cukup untuk membuat investor institusi tetap terlibat.
Gagasan bahwa harga didorong sepenuhnya oleh sentimen positif dari berita baik memiliki kelemahan bahwa keberlanjutan harga tidak bertahan jangka panjang. Sederhananya, jika kabar baik ‘mengering’, harga bisa berbalik, menciptakan efek bola salju yang serupa dari berita buruk di pasar yang jeblok.
Dari perspektif ini, ada baiknya memeriksa beberapa fundamental dalam dan luar yang dapat mendorong harga. Di sini, ada banyak alasan untuk tetap bersikap positif. Namun, masih ada hal mendasar yang menunjukkan kenaikan harga di tahun 2021 masih jauh dari selesai. Data Glassnode menunjukkan bahwa volume Bitcoin yang ‘ngendon’ di crypto exchange terus turun, mengurangi pasokan likuiditas.
Baca juga: Apa Alasan Kita Perlu Perhatikan Kapitalisasi Pasar Saat Investasi Aset Kripto?
Namun, jumlah akun yang menampung lebih dari 1.000 Bitcoin baru-baru ini mencapai titik tertinggi sepanjang masa. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak whale (investor jumbo) yang memilih untuk bersekongkol.
Jika aktivitas jual merupakan indikator utama, maka puncaknya masih jauh. Menurut laporan baru-baru ini, investor yang menahan Bitcoin dalam jangka panjang terbukti enggan melepaskan investasi mereka. Hal ini biasanya terjadi selama paruh kedua siklus pasar, saat mereka berusaha mengambil untung.
Oleh karena itu, kenaikan harga ini sangat tidak biasa berdasarkan puncak harga sebelumnya. Pencari untung biasanya menjual setelah memegang antara satu minggu hingga satu bulan. Dalam hal ini, mereka sangat blak-blakan dalam menjual.
Baca juga: Setelah Dihantam Badai, Harga Bitcoin dan Ethereum Mencoba Bangkit Pekan Ini
Data rasio HODL (menahan kepemilikan) juga mendukung pandangan ini. Data ini dapat diandalkan karena berkorelasi dengan semua reversal sebelumnya di siklus makro Bitcoin.
Jika sejarah dapat meramalkan masa depan, maka data menunjukkan bahwa kenaikan hanya sekitar setengah dari siklus ini. Dimana menunjukkan bahwa harga US$100.000 per Bitcoin sebelum akhir tahun ini masih bisa terjadi.
Teori Siklus 4 Tahun Bitcoin tampaknya mendukung hal ini. Siklus 4 tahun menunjukkan bahwa harga Bitcoin akan mengalami pertumbuhan eksponensial pada tahun 2021 dan mencapai puncaknya sebelum akhir tahun.
Sementara kecenderungan harga berulang secara historis memberikan lebih banyak bobot dalam analisis temporer semacam ini. Dimana peran waktu dalam konteks koreksi dan kenaikan harga Bitcoin tidak boleh diremehkan.
Jadi berapa lama pasar bullish aset kripto akan bertahan? Jika teori ini benar, Bitcoin memiliki banyak ruang untuk pertumbuhan eksponensial (dengan beberapa koreksi di sepanjang jalan), sebelum akhirnya mencapai puncak sekitar Oktober 2021.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: CoinTelegraph, Brave NewCoin
Bagikan artikel ini