Pada pekan lalu, perusahaan besutan Elon Musk, Tesla, secara mengejutkan mengumumkan akan memborong Bitcoin dengan total nilai US$1,5 miliar sebagai bagian dari strategi investasi mereka. Kini, banyak pihak meramal bahwa jejak Tesla tersebut akan diikuti oleh beberapa perusahaan lainnya.
Beberapa pelaku pasar aset kripto juga memprediksi bahwa bertambahnya perusahaan yang mengadopsi Bitcoin sebagai instrumen penempatan dana akan membawa aset kripto lambat laun diterima masyarakat sebagai alat pembayaran resmi.
Pengumuman pembelian Bitcoin oleh Tesla telah menginspirasi investor ritel seluruh dunia untuk membeli Bitcoin. Demam ini juga menular ke India, di mana pertukaran kripto lokal telah mengalami lonjakan besar. Tren serupa juga tercermin di aktivitas manajemen investasi aset kripto global seperti Coinbase, Binance, dan Kraken.
Co-founder Bkcoin Capital Carlon Betancourt menyebut bahwa investasi Bitcoin oleh Tesla “dapat menjadi katalis untuk mengarahkan kapitalisasi pasar Bitcoin menjadi US$1 triliun.”
Hal serupa juga disampaikan oleh Chief Growth Officer Ziglu, Yang Li, yang mengatakan bahwa “sifat Bitcoin yang tanpa batas” dapat membantu Tesla “mengoptimalkan keuangan dan arus kas mereka”.
Selain itu, ia menyebut bahwa berinvestasi Bitcoin akan memungkinkan Tesla untuk melindungi kekayaannya di tengah potensi kenaikan inflasi yang tinggi di Amerika Serikat.
Seolah tak kalah dengan lainnya, pembawa acara Mad Money, Jim Cramer, ikut-ikutan Elon Musk dan Tesla karena berada di garis depan dalam hal “kenekatan” berinvestasi Bitcoin.
“Mereka yang mengatur keuangan semua perusahaan harus memikirkan tentang diversifikasi. Yakni, dengan punya uang dalam Bitcoin,” ujarnya.
Gara-gara langkah Tesla, kini ada beberapa perusahaan yang berancang-ancang untuk menempatkan dananya di Bitcoin. Siapa saja?
Baca juga: Bagaimana Harga Bitcoin Setelah “Elon Pump”? Simak Prediksi Analis Ini!
Unit investasi Morgan Stanley, Counterpoint Global dan Morgan Stanley Investment Management, kini sedang mempertimbangkan kepemilikan Bitcoin. Namun, masih belum ada komitmen pasti dari perusahaan tersebut ihwal rencana ini. Sebab, mereka masih memantau perkembangan investasi Bitcoin dan menimbang apakah aset kripto tersebut akan menjadi “opsi yang cocok bagi investornya”.
Di sisi lain, Bank of New York Mellon, lembaga keuangan tertua di regional ini,juga berencana menawarkan transaksi Bitcoin. Mastercard bahkan pada Kamis telah mengatakan akan memungkinkan merchants untuk menerima aset kripto dari investasi Bitcoin untuk pembayaran.
Jika ini terealisasi, maka suplai Bitcoin yang beredar akan terkikis dan mengakibatkan kenaikan harga. Para analis pendukung Bitcoin memperkirakan bahwa harga aset ini akan naik hingga US$100,000 atau setara Rp1,4 miliar di tahun ini.
Sementara itu, sekitar 1.000 investor Bitcoin kelas kakap, atau yang dikenal sebagai whales, akan mengendalikan sekitar 40% pasar Bitcoin.
Baca juga: WFH Bawa Berkah, Morgan Stanley Ramal Saham Apple Naik 15% di 2021
Twitter juga mempertimbangkan untuk menambahkan investasi Bitcoin dalam neraca saldo mereka sebagai salah satu pelindung kekayaannya.
CFO Twitter, Ned Segal, menyebutkan bahwa usulan ini sedang dalam proses persetujuan. “Kami sedang melakukan banyak pertimbangan untuk menggabungkan Bitcoin dalam neraca. Penggabungan Bitcoin dapat dilakukan dengan pembayaran karyawan dan vendor, ataupun masuk dalam neraca saldo.”
Bila rencana ini disetujui, maka Twitter akan menyusul Tesla sebagai perusahaan yang mengadopsi Bitcoin dalam neraca keuangan mereka.
Kabar bahwa Twitter akan mengadopsi Bitcoin tidak mengejutkan bagi pasar kripto. CEO Twitter, Jack Dorsey, memang diketahui sebagai salah seorang pendukung aset kripto.
Selain menduduki kursi papan atas di Twitter, Dorsey juga menjabat sebagai CEO di perusahaan keuangan Square yang merupakan salah satu perusahaan pendukung investasi Bitcoin. Square memiliki Bitcoin senilai total US$50 juta per Oktober 2020 atau setara 1% dari keseluruhan aset Square.
Jika Twitter melanjutkan rencana ini, maka adopsi Bitcoin akan meluas sehingga mendekatkannya pada tujuan awalnya, yaitu sebagai alat tukar. Sementara, saat ini Bitcoin masih dinilai sebagai aset spekulasi dan belum sebagai alat tukar.
Sementara itu, tidak semua orang yakin perusahaan lain akan mengikuti langkah Tesla. Analis JPMorgan Nikolaos Panigirtzoglou, misalnya, meragukan perusahaan lain akan menambahkan Bitcoin ke neraca mereka lantaran “menambahkan alokasi Bitcoin 1% akan menyebabkan peningkatan besar dalam volatilitas portofolio secara keseluruhan.”
JP Morgan bagaimanapun tidak menyangkal bahwa dukungan Tesla ini sangat berharga bagi laju investasi Bitcoin. Hanya saja, ia menganggap perusahaan-perusahaan tersebut hanya “latah” dan tidak benar-benar mempertimbangkan Bitcoin sebagai instrumen investasi.
“Terlepas dari berapa banyak perusahaan yang akhirnya mengikuti contoh Tesla, tidak ada keraguan bahwa pengumuman minggu ini tiba-tiba mengubah lintasan jangka pendek untuk Bitcoin dengan memperkuat aliran institusional spekulatif melalui Bitcoin berjangka serta aliran ritel,” tulisnya.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Coinvestasi, Markets Business Insider, Bitcoin.com, Market Business Insider
Dewi Kharisma
Dewi Kharisma
Bagikan artikel ini