Pasar kripto terlihat cukup bergeliat sepanjang pekan ini. Sementara itu, indeks saham AS juga terlihat berjaya, di mana ketiga indeks saham AS kompak mencetak rekor terbarunya selama pekan ini. Untuk lebih lengkapnya, Sobat Cuan bisa menyimak rangkuman pasar sepekan berikut!
Dua koin meme berlogo anjing, Shiba Inu (SHIB) dan Dogecoin (DOGE), berhasil menjadi bintang utama pasar kripto pada pekan ini. Betapa tidak, hingga Sabtu pukul 08.30 WIB, nilai Shiba Inu “menggonggong” 164,06% dalam sepekan dan bahkan sempat menyentuh rekor tertingginya pada Rabu lalu.
Sementara itu, DOGE juga ketularan untung dengan mencetak pertumbuhan 16,95% dalam sepekan di periode yang sama. Namun, sang punggawa koin gukguk tersebut sempat melesat 39% dalam sehari pada Jumat (29/10).
Komunitas kripto nampaknya tengah getol mengoleksi koin meme. Nilai SHIB melesat bak roket setelah hadirnya petisi di change.org yang meminta platform aplikasi Robinhood untuk memasukkan SHIB ke dalam daftar aset investasinya.
DOGE awalnya bergeming setelah munculnya petisi tersebut. Namun, tweet miliarder sekaligus pencetus Tesla Elon Musk yang menyebut bahwa dirinya tak memegang SHIB dan memilih DOGE karena dianggap sebagai koin “merakyat” akhirnya sukses bikin harga DOGE ikut melesat.
Lots of people I talked to on the production lines at Tesla or building rockets at SpaceX own Doge. They aren’t financial experts or Silicon Valley technologists. That’s why I decided to support Doge – it felt like the people’s crypto.
— Elon Musk (@elonmusk) October 24, 2021
Nasib mujur tak hanya menghampiri duo koin anjing tersebut. Koin native Ethereum, Ether (ETH), akhirnya mencetak rekor terbarunya US$4.443 pada Jumat (30/10) akibat pembaruan sistem Altair sejak Rabu (28/10) lalu. Pembaruan sistem tersebut bikin Ethereum selangkah lebih dekat dengan Ethereum 2.0 dan mengganti algoritma konsensusnya dari Proof of Work ke Proof of Stake.
Animo tinggi komunitas kripto atas Altair terbilang menggembirakan. Pasalnya, banyak pelaku pasar sempat ragu dan kecewa dengan ETH lantara biaya transaksi (gas fees) yang sempat tinggi.
Namun, upgrade Altair bukan satu-satunya faktor yang mendorong harga ETH pekan ini. Sikap komunitas kripto yang tengah menggandrungi Non-Fungible Token (NFT) juga sukses mendongkrak nilai koin besutan Vitalik Buterin ini.
Data Nonfungible.com menunjukkan bahwa penjualan NFT telah naik 464% dalam tiga bulan terakhir. Penjualan paling gila datang dari galeri Opensea yang berhasil mencatat penjualan lebih dari US$10 miliar pada periode tersebut. Kelihatannya demam NFT akan terus menjadi salah satu katalis positif ETH ke depan.
Setelah altcoin berjaya, bagaimana dengan nasib dedengkot aset kripto Bitcoin (BTC)? Nah, BTC sempat mengalami flash crash dan sempat menyentuh US$58.000 per keping sebelum akhirnya kembali merangkak ke level US$61.000 pada Sabtu pukul 08.30 WIB.
Nilai BTC sempat pudar 5% pekan ini karena hype tentang produk Exchange-Traded Fund (ETF) berbasis sang raja aset kripto tersebut kian memudar. Setelahnya, BTC nampak kurang darah lantaran tak ada katalis positif yang bisa mendorongnya. Akhirnya, berita baik datang dari Grayscale yang menyatakan bahwa mereka juga akan meluncurkan ETF berbasis Bitcoin yang kemungkinan besar akan dikeluarkan Juli 2022 mendatang.
Cuaca cerah tidak hanya mengiringi langit pasar kripto. Trio indeks saham Amerika Serikat juga terlihat bernasib mujur pekan ini. Selama sepekan terakhir, nilai S&P 500 tumbuh 1,3%, sementara Dow Jones dan Nasdaq masing-masing menguat 0,4% dan 2,7%.
Bulan Oktober juga menjadi bulan cuan bagi ketiga indeks Wall Street. Nilai S&P 500 dan Nasdaq masing-masing bertumbuh 6,9% dan 7,3% sepanjang bulan ini dan sukses bikin keduanya membukukan performa bulanan terbaiknya sejak November 2020. Sementara itu, indeks Dow Jones menanjak 5,8% di periode yang sama dan menjadi bulan paling berkah sejak Maret.
Hanya saja, performa mantap ketiga indeks saham tersebut harus tertahan dengan data ekonomi AS yang mengecewakan. Ya, AS mencetak pertumbuhan ekonomi 2% secara tahunan pada kuartal III lalu karena dihantam inflasi tinggi serta gelombang COVID-19 varian Delta.
Selain itu, hasil laporan keuangan emiten AS yang campur aduk juga bikin indeks saham bergejolak. Hanya saja, pelemahan nilai Dolar AS dan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS yang stabil tetap menahan indeks saham AS dari zona merah.
Kini, pelaku pasar memantau ketat performa perusahaan-perusahaan di tengah pertumbuhan ekonomi yang loyo dan inflasi yang ngamuk. Apalagi, pasar modal AS diperkirakan tetap fluktuatif hingga akhir tahun seiring rencana bank sentral AS The Fed untuk melancarkan tapering.
Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi perdagangan Jumat (29/10) dengan parkir di level 6.591,35 poin, atau lunglai 0,78% dalam sepekan terakhir.
Nilai IHSG harus pasrah berakhir di zona merah setelah investor ramai-ramai melakukan aksi jual, utamanya saham emiten perbankan raksasa seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Investor menganggap emiten perbankan tidak mencatatkan tekanan yang signifikan di laporan keuangannya meski indikator kinerja keuangannya masih cukup solid.
Laju IHSG kemudian terbentur kinerja ambyar emiten batu bara akibat harga batu bara yang terus merosot. Turunnya harga komoditas tambang tersebut disebabkan oleh niatan China yang ingin mengintervensi harga batu bara demi menurunkan tarif listriknya.
Adapun rencananya, pemerintah China melalui The National Development and Reform Commission (NDRC) dikabarkan bakal membatasi harga batu bara termal sebesar 1.200 yuan atau sekitar US$187,56 per ton. Ke depan, harga tersebut bisa menjadi lebih rendah lagi demi mendinginkan pasar batu bara yang lagi on fire.
Komoditas lainnya, minyak mentah, juga mengalami nasib serupa. Harganya akhirnya longsor ke level terendahnya dalam dua minggu terakhir akibat kenaikan suplai minyak AS dan ekspektasi bahwa Iran, sebagai negara Non-OPEC, kemungkinan akan menambah pasokan untuk menyeret kenaikan harga minyak.
Untungnya, kinerja jitu saham digital di akhir pekan bak pahlawan bagi IHSG. Saham favorit seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO), misalnya, berhasil meluncur 12% dalam sepekan terakhir.
Pada pekan depan, IHSG berkesempatan kembali on track asal aksi profit taking selesai dan harga komoditas tetap solid. Selain itu, laporkan keuangan yang mantap dari sektor perbankan dan komoditas bisa memberikan katalis positif bagi IHSG pekan depan. Terlebih, November pun biasanya menjadi bulan penuh berkah bagi sang indeks domestik.
Harga emas spot bercokol di level US$1.782,39 per ons pada Jumat (30/10), atau terpeleset 0,9% dibandingkan kemarin. Kemudian, harga emas berjangka AS ikut seret 1,3% ke US$1.783 per ons di waktu yang sama.
Nilai sang logam mulia oleng setelah duet musuh bebuyutan emas, nilai Dolar AS dan yield obligasi pemerintah AS, memantul pada Jumat. Di samping itu, emas juga terkulai tak berdaya akibat antisipasi investor atas data inflasi AS.
Data ongkos ketenagakerjaan AS menanjak 1,3% di kuartal III, atau di atas konsensus ekonom yakni 0,9%. Data inflasi berdasarkan indeks Personal Consumption Expenditure (PCE) September juga dilaporkan naik 0,3% dibanding Agustus. Nah, data-data tersebut nampaknya bisa bikin The Fed untuk tak ambil pusing lagi mengetatkan kebijakan moneternya.
Nasib emas yang nahas pekan ini juga disebabkan oleh meredupnya pamor sang logam mulai sebagai aset lindung nilai. Kini, investor tengah fokus melindungi kekayaan ke Bitcoin, yang digadang sebagai saingan emas di abad 21.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini