CCL akan melaporkan kinerja keuangan kuartal III tahun ini pada Kamis (21/12) dini hari. Sebagai perusahaan yang menjadi market leader di bidang operator kapal pesiar, CCL mampu bersaing mengalahkan kompetitornya. Simak selengkapnya di sini!
Carnival Corp ($CCL) adalah perusahaan operator kapal pesiar wisata yang telah memiliki lebih dari 100 armada.
Perusahaan yang berdiri sejak 1972 ini menaungi 10 jenama wisata pesiar di antaranya Carnival Cruise Line, Princess Cruise, Holland America Line dan lainnya yang semuanya melayani 7,7 juta penumpang di 2022.
Tak hanya itu, Carnival pun menyediakan rute pelayaran yang luas, seperti ke Australia, Amerika, Eropa, dan Asia. Dengan prestasi tersebut, tak heran jika kemudian Carnival dijuluki the leading of cruise company dengan menguasai 45% dari total pangsa pasar wisata pesiar di dunia. Adapun per 4 Desember 2023, nilai kapitalisasi pasarnya sukses menembus US$20,37 miliar.
Saat ini, perusahaan memfokuskan aktivitasnya pada dua segmen bisnis utama. Keduanya berhasil menyumbang pendapatan US$12,2 miliar bagi perusahaan di 2022, tumbuh fantastis 537,7% dibanding setahun sebelumnya.
Kedua segmen bisnis itu terdiri dari:
Selanjutnya, apabila ditinjau dari sisi wilayah operasionalnya, penyumbang pendapatan terbesar berasal dari wilayah Amerika Utara yakni sebesar US$7,9 miliar atau 64,6% dari total pendapatan perusahaan pada 2022, disusul oleh wilayah Eropa dan Asia-Pasifik yang memiliki kontribusi masing-masing sebesar 32,2% dan 2,6% terhadap total pendapatan perusahaan.
Meski dikenal sebagai penguasa bisnis kapal pesiar, Carnival sejatinya masih memiliki pesaing seperti Royal Caribbean Cruises dan Norwegian Cruise Line yang masing-masing memiliki pangsa pasar sebesar 25% dan 15% pada 2021.
Industri pariwisata sempat terpukul akibat pandemi COVID-19 yang berlangsung 2020 hingga 2022. Untungnya, seiring meredanya wabah tersebut, sektor pariwisata pun kembali bergeliat, tak terkecuali bisnis wisata pesiar.
Sejumlah analis menaksir bahwa ukuran pasar wisata pesiar antara 2023 hingga 2027 akan naik 9,3% yang utamanya didorong oleh pertumbuhan jumlah penumpang 5,8% di periode yang sama. Hal itu tentunya akan ikut menjadi angin segar bagi kinerja keuangan Carnival di masa depan.
Bahkan, Carnival sejatinya sudah memetik buah manis dari pulihnya minat pelesiran masyarakat. Pada kuartal III 2023, perusahaan mencatat tingkat okupansi 109%, lebih tinggi dibandingkan 106,8% di 2019.
Bangkitnya permintaan wisata pesiar tersebut tentu tidak akan disia-siakan oleh Carnival. Oleh karenanya, perusahaan pun melakukan ekspansi dengan menambah armada baru kapal pesiar demi menggenjot pendapatan yang lebih mantap.
Adapun salah satu contohnya adalah menambah armada kapal Carnival Jubilee.
Sekadar informasi, Carnival Jubilee adalah kapal ketiga di Kelas Excel Carnival dan kapal kelima yang bergabung dengan armada Carnival secara keseluruhan sejak 2021. Kapal berbobot 183.000 gross ton dan berkapasitas penuh 6.400 penumpang dan 1.750 awak kapal itu akan secara resmi menyambut penumpang perdananya pada 23 Desember 2023 mendatang,
Penambahan armada Carnival Jubilee akan membuat kapasitas jalur lintasan menjadi lebih luas, di mana kapal akan melintasi wilayah Galveston, AS sampai Karibia Barat.
Selanjutnya, pada April 2024, perusahaan juga akan menambah armada Carnival Firenze. Tak berhenti sampai situ, perusahaan juga akan memiliki empat jenis kapal pesiar yang berbasis di pelabuhan Texas pada Oktober 2024, yakni Carnival Jubilee, Carnival Breeze, Carnival Dream, dan Carnival Miracle.
Sebagai perusahaan yang berkecimpung cukup lama di bisnis wisata pesiar, Carnival sepertinya sadar bahwa pendapatan tak boleh digenjot dari aspek kenaikan jumlah penumpang saja. Carnival pun tentunya harus menaikkan harga tiket dan biaya layanannya agar bisa mengantongi pendapatan yang optimal.
Dalam hal ini, Carnival rencananya akan mengerek harga tiket pada 2024 seiring meningkatnya tingkat kesediaan masyarakat (willingness to pay) untuk menggunakan jasa wisata pesiar. Namun, di samping itu, Carnival juga mesti menaikkan harga tiketnya seiring timbulnya inflasi bahan bakar sebesar 7,44% dan meningkatnya biaya bahan baku makanan, yang pada kuartal lalu berkontribusi 7,2% terhadap total biaya operasi perusahaan.
Hingga saat ini, Carnival belum mengumumkan angka kenaikan harga tiketnya. Kendati demikian, analis memproyeksikan bahwa harga tiket pesiar Carnival akan meningkat 20% hingga 30% di tahun depan dan diharapkan bisa menciptakan pertumbuhan pendapatan 6,5% antara 2023 hingga 2027.
Tak cuma itu, Carnival juga akan mengerek tarif beberapa layanan on board miliknya, seperti sewa jaringan Wi-Fi, sebesar 10-20% pada 8 Desember 2023.
Pada 2022, Carnival membukukan pendapatan US$12,16 miliar atau melemah 5,7% secara CAGR dibanding 2018.
Kendati demikian, jika dihitung secara antar tahun, maka pendapatan tersebut sejatinya meroket dari US$1,9 miliar di 2021. Hal itu didukung oleh kenaikan tingkat okupansi kapal dan pertumbuhan jumlah penumpang yang terjadi sepanjang 2022, seperti terlihat di tabel berikut.
Kondisi tersebut mencerminkan bahwa bisnis Carnival sudah kembali bangkit setelah dihantam pandemi COVID-19 dua tahun sebelumnya. Kendati begitu, Carnival masih belum bisa menyamai pendapatan yang dikantonginya pada masa prapandemi.
Namun untungnya, pendapatan perusahaan diramal akan melebihi level prapandeminya seiring prospek cerah bisnis wisata pesiar di masa depan. Analis memproyeksikan bahwa pendapatan perusahaan akan mencapai US$16,23 di 2023 dan bakal mekar 27,6% ke US$20,71 miliar di 2027.
Lesunya bisnis pesiar akibat pandemi COVID-19 juga sempat memukul raihan laba perusahaan. Buktinya, pada 2022, Carnival menorehkan laba kotor sebesar US$10,6 miliar di 2022 alias turun 12,6% jika dihitung secara CAGR sejak 2018. Bahkan, margin laba bersih perusahaan pun turun 45,8% sepanjang periode yang sama.
Kendati demikian, analis tetap percaya bahwa profitabilitas perusahaan akan membaik seiring pulihnya permintaan masyarakat. Perusahaan diramal akan mencapai laba bersih yang positif di 2024 dengan nilai laba per saham (EPS) US$0,89.
Sebagai perusahaan pengelola kapal pesiar, salah satu strategi perusahaan untuk menumbuhkan bisnisnya adalah dengan menambah armada kapal baru yang berkontribusi menambah jangkauan wilayah wisata.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Carnival pun mengandalkan belanja modal yang bersumber dari keuangan internal untuk melakukan ekspansi. Lantas, apa alasan perusahaan “berani” menggunakan dana internalnya untuk kebutuhan tersebut?
Hal itu didukung oleh dua alasan.
Pertama, Carnival memiliki proporsi kas yang cukup besar, yakni 53,8% dari total aset lancarnya.
Kedua, Carnival memiliki perputaran uang yang cepat lantaran memiliki durasi cash conversion cycle -107,42 hari. Durasi cash conversion cycle yang negatif menandakan bahwa perusahaan punya kemampuan untuk menghasilkan kas terlebih dulu sebelum menunaikan jasanya. Hal ini dimungkinkan berkat implementasi sistem pre-booking tiket yang dijalankannya.
Jumlah kas yang “gendut” dan perputaran uang yang cepat menjadikan Carnival sebagai perusahaan dengan tingkat utang yang rendah. Kondisi ini membuat perusahaan terhindar dari risiko kenaikan beban bunga pinjaman yang merupakan imbas dari kenaikan suku bunga The Fed.
Menurut konsensus, harga wajar saham Carnival Corp ($CCL) berada di US$17,6 pada satu tahun ke depan.
Lebih lanjut, apabila ditilik dari rasio harga saham terhadap labanya (rasio EV/Revenue), valuasi CCL saat ini berada di angka 2,5x EV/Revenue atau “lebih murah” dibandingkan rata-rata kompetitornya sebesar 2,1x EV/Revenue.
Kendati begitu, investor tetap yakin bahwa upaya ekspansi perusahaan bisa mempertahankan posisi Carnival sebagai penguasa pasar bisnis kapal pesiar.
Pandemi Covid-19 di tahun 2020 membuat mobilitas dan ekonomi masyarakat menjadi tertekan. Hal ini turut membuat pendapatan perusahaan menurun 73,1% secara tahunan dibanding dengan tahun 2019.
Dengan demikian, kinerja perusahaan juga bisa tertekan jika nantinya muncul wabah baru yang mengharuskan masyarakat untuk melakukan isolasi. Bahkan, wabah baru seperti wabah virus pneumonia muncul belakangan ini dapat mengancam performa Carnival apabila lockdown kembali diberlakukan.
Carnival harus terus berekspansi mengembangkan jangkauan wilayah operasionalnya agar perusahaan kompetitor tidak mengambil rute tersebut. Semakin luas wilayah operasional, maka kesempatan perusahaan untuk mempertahankan pangsa pasar akan semakin besar dan juga memiliki potensi untuk mengalahkan pesaingnya seperti Royal Caribbean Cruises dan Norwegian Cruise Line.
Sebesar 64,6% pendapatan perusahaan berasal dari Amerika Utara. Sehingga, jika pertumbuhan ekonomi AS melandai, maka daya beli masyarakat terhadap jasa wisata pesiar juga akan melorot.
Ekonom sendiri memprediksi bahwa AS akan diterjang badai resesi ekonomi pada awal tahun depan atau kuartal I/2024.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini