Selamat sore, Sobat Cuan! Kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar kripto masih tampak terlihat "klepek-klepek" seiring panic selling yang melanda kedua pasar. Namun, apa alasan di balik kepanikan pasar tersebut? Simak ulasannya di Rangkuman Pasar berikut!
IHSG pamit dari sesi perdagangan Selasa (10/5) dengan bertengger di level 6.819,56 poin alias ambrol 1,3% dibanding kemarin. Lebih ngenesnya lagi, IHSG sempat melipir ke level 6.662 di sesi pertama, meski akhirnya berhasil bangkit kembali ke atas level 6.800.
Pelaku pasar sepertinya lebih tertarik melakukan aksi jual pada hari ini mengikuti sikap pelaku pasar di belahan dunia lainnya. Pasalnya, tak hanya IHSG saja yang bernasib apes hari ini. Tengok saja, trio indeks saham Wall Street kemarin ditutup amburadul sementara bursa kawasan Asia, seperti indeks Nikkei 225 Jepang dan indeks Hang Seng, juga melempem ke zona merah.
Situasi makroekonomi global yang serba tak pasti digadang menjadi motivasi aksi jual investor kali ini.
Pelaku pasar seluruh dunia kini tengah mengantisipasi ancaman resesi ekonomi setelah bank sentral seantero dunia mulai menjatuhkan kebijakan ekonomi agresif. Sekadar informasi, pengetatan kebijakan moneter akan menghambat laju konsumsi dan investasi, dua motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
Tak hanya itu, mereka juga harus menghadapi kenyataan bahwa inflasi masih terus menghantui ekonomi global. Faktor-faktor tersebut pun sukses membuat pelaku pasar menghindari pasar aset berisiko dan buru-buru melikuidasi aset yang mereka miliki.
Sialnya, di Indonesia, pelaku pasar ternyata melancarkan aksi jualnya terhadap saham-saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) yang punya bobot cukup tinggi di perhitungan indeks domestik. Maka dari itu, tak heran jika IHSG harus kembali tenggelam di zona merah pada hari ini.
Nah, performa IHSG yang kecut kali ini pun tak lepas dari derasnya aksi jual yang dilakukan investor asing. Hal ini tercermin dari nilai jual bersih asing (net foreign sell) bernilai jumbo mencapai Rp2,88 triliun di pasar reguler hari ini.
Asing terpantau melego paling banyak saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp920,2 miliar. Tak ketinggalan, mereka juga melepas dua saham bank pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), masing-masing sebesar Rp538,7 miliar dan Rp530,8 miliar.
Di sisi lain, pelaku pasar malah mengakumulasi paling banyak saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar Rp130,4 miliar. Selain itu, mereka pun ikut memborong saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) masing-masing Rp97,4 miliar dan Rp84 miliar.
Secara umum, sahamp-saham konsumen menjadi bintang panggung bursa domestik kali ini. Selain nilai saham UNVR yang berhasil lompat 9,23% hari ini, terdapat pula saham PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang nilanya masing-masing tumbuh 7,77% dan 5,56%.
Hal ini sejatinya dapat dimaklumi mengingat saham konsumer dikenal sebagai saham defensif. Dengan kata lain, permintaan akan hasil output emiten-emiten sektor tersebut akan stabil meski kondisi ekonomi lagi goyang. Sehingga, mereka diharapkan masih bisa membukukan kinerja keuangan yang apik meski pasar modal gonjang-ganjing.
Baca juga: Pluang Pagi: Sepekan Setelah Lebaran, Kripto dan Saham AS Malah Tertekan
Pasar kripto masih terlihat mengenaskan di Selasa sore. Melansir Coinmarketcap pukul 15.55 WIB, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar masih terbenam di zona merah.
Secara umum, pergerakan aset kripto sore hari ini masih didominasi oleh belum membaiknya sentimen di bursa kripto.
Ya, pelaku pasar masih getol melancarkan aksi jual sebagai upaya menghindari pasar aset berisiko, mengikuti sikap pelaku pasar modal. Adapun aksi jual tersebut merupakan imbas dari ekspektasi mereka akan proyeksi ekonomi yang mendung di jangka menengah.
Kecemasan pelaku pasar kripto juga tercermin dari skor indeks fear and greed di angka 10, mengindikasikan bahwa mereka saat ini tengah merasakan ketakutan ekstrem (extreme fear) untuk berkutat di bursa kripto.
Selain itu, melihat dari tabel di atas, Terra (LUNA) menjadi koin dengan performa terburuk setelah mencatat pelemahan 49% dalam sehari terakhir. Kondisi ini tak lepas dari peristiwa di mana stablecoin besutan TerraLabs, UST, gagal mempertahankan kursnya di angka US$1 untuk 1 UST.
Kuat dugaan, anjloknya nilai tukar UST terhadap Dolar AS terjadi lantaran UST mentautkan nilai tukarnya terhadap Bitcoin (BTC), bukan terhadap Dolar AS. Luna Foundation Guard (LFG) pun dikabarkan meminjamkan BTC senilai US$1,5 miliar ke UST untuk menstabilkan kembali nilai tukarnya.
Baca juga: Rangkuman Pasar: Libur Panjang Habis, Nasib IHSG & Kripto Terlihat Tragis!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini