Selamat sore, Sobat Cuan! IHSG dan pasar kripto tenggelam berjemaah setelah kena hantaman data inflasi AS yang melebihi ekspektasi analis. Namun, mengapa keduanya sangat sensitif dengan data inflasi AS? Simak selengkapnya di sini!
Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok pada sesi perdagangan Rabu (14/9). Lihat saja, nilai sang indeks domestik undur diri di level 7.278,07 poin atau melemah 0,55% dibanding sehari sebelumnya.
Namun, tidak hanya IHSG saja yang lunglai tak berdaya sore hari ini. Pasalnya, bursa saham seantero Asia juga mengalami nasib serupa. Lihat saja nilai indeks Nikkei225 Jepang yang melorot 2,78% dalam sehari terakhir. Selain itu, nilai indeks Hang Seng dan bursa Shanghai juga ambles masing-masing 2,48% dan 0,8%.
Dengan demikian, maka ada indikasi bahwa sentimen eksternal menjadi momok bagi pergerakan IHSG pada hari ini.
Sang indeks domestik sepertinya terpelanting setelah Amerika Serikat (AS) mencatat inflasi tahunan sebesar 8,3% di Agustus, melebihi konsensus analis yakni 8,1%. Pelaku pasar khawatir bahwa data tersebut bisa saja mendorong bank sentral AS, The Fed, untuk merespons inflasi tersebut dengan mengerek suku bunga acuan 100 basis poin pada rapat komite pasar terbuka federal (FOMC) di bulan ini.
Jika hal itu terjadi, maka pasar modal Indonesia bisa memasuki status siaga 1. Sebab, rezim suku bunga tinggi AS bisa menyebabkan investor asing untuk melepas kepemilikan sahamnya di bursa dalam negeri dan "pulang kampung" ke Negara Paman Sam tersebut. Nah, kecemasan itulah yang membuat investor akhirnya melakukan panic selling dan menggoyahkan kinerja IHSG hari ini.
Baca Juga: Pluang Pagi: Inflasi AS 'Meluber', Saham AS & Kripto Auto 'Jiper'!
Sementara itu, kinerja aset kripto masih terlihat tak karuan di Rabu sore. Melansir Coinmarketcap pukul 15.03 WIB, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar masih terjebak di zona merah dalam 24 jam terakhir.
Nilai aset kripto masih berdarah setelah dihantam data inflasi AS Agustus yang ternyata melebihi ekspektasi. Namun, hal itu dapat dimaklumi mengingat inflasi AS yang menanjak kemungkinan akan direspons The Fed dengan kenaikan suku bunga acuan. Sementara itu, rezim suku bunga acuan tinggi adalah buah simalakama bagi pasar aset berisiko, termasuk pasar kripto.
Hanya saja, efek samping perilisan data inflasi sepertinya mulai memudar sore hari ini. Pasalnya, pelemahan nilai aset kripto utama dalam sejam terakhir rata-rata berada di bawah 1%. Sehingga, ada indikasi bahwa pelaku pasar segera melakukan priced in atas data inflasi AS dan memusatkan perhatian ke rapat komite pasar terbuka federal (FOMC) The Fed pekan depan.
Di samping itu, nilai Dolar AS yang masih perkasa sore hari ini juga melumpuhkan performa aset kripto. Sekadar informasi, nilai indeks Dolar AS masih berada di level 109,72 pukul 14.45 WIB. Hal ini mendorong pelaku pasar untuk menukarkan aset kriptonya ke Dolar AS ketika nilai sang aset greenback tersebut terlihat menggiurkan.
Kabar buruk lainnya datang dari jaringan Terra. Ternyata, departemen kejahatan finansial kantor kejaksaan agung Korea Selatan mengonfirmasi bahwa salah satu pengadilan di Negeri Ginseng tersebut telah menerbitkan surat penahanan terhadap pendiri jaringan Terra, Do Kwon.
Pengadilan tersebut menuduh Kwon beserta lima pihak lainnya telah melanggar undang-undang pasar modal Korea Selatan berkaitan dengan hancurnya nilai stablecoin Terra, UST, dan Terra Classic (LUNC) pada Mei lalu.
Baca Juga: Pluang Insight: Apakah Kutukan 'Septembear' di Pasar Kripto Akan Terulang Tahun Ini?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS CFD, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini