Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertengger di posisi 6.288,04 poin, melemah 0,86% dibanding pembukaan perdagangan. Peristiwa ini menandai kembalinya IHSG terpeleset setelah kemarin sempat moncer akibat kenaikan harga batu bara.
Lantas, apa penyebab IHSG terjerembab pada sesi perdagangan kali ini?
Setelah berhasil melaju kencang dalam beberapa hari ke belakang, pelaku pasar nampaknya mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking), yang pada akhinya membuat indeks saham terkulai.
Investor nampaknya mulai menarik cuan utamanya dari kinerja saham sektor batu bara beberapa waktu belakangan. Alhasil, nilai saham-saham emiten batu bara pun mundur teratir pada sesi perdagangan hari ini.
Nilai saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), misalnya, pada hari ini terkoreksi 1,61% ke level Rp1.830 per saham. Kemudian, nilai saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) juga melorot 3,36% ke lebel Rp575 per saham.
Setali tiga uang, nilai saham produsen batu bara lainnya PT Harum Energy Tbk (HRUM) juga terbanting hingga luntur 1,50% ke level Rp8.200 per saham. Terakhir, emiten batu bara milik pemerintah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga bernasib sama dengan mengalami koreksi nilai sebesar 1,73% ke level Rp2.840.
Investor nampaknya sudah kebelet ingin ambil untung meski penguatan harga batu bara belum memberi sinyal melemah. Ya, harga kontrak batu bara saat ini masih betah di posisi US$249 per ton.
Hanya saja, beberapa analis menduga bahwa koreksi yang IHSG hari ini tidak hanya dipicu oleh aksi ambil untung. Investor sepertinya juga masih mengkhawatirkan potensi gagal bayar utang raksasa properti Evergrande, kebijakan tapering The Fed yang bisa lebih cepat dari perkiraan, serta kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat.
Menyoal isu gagal bayar Evergrande, kabar terbaru menyebutkan bahwa korporasi berencana melepas saham unit propertinya ke Hopson Development sekitar Rp71,3 triliun.
Baca juga: Rangkuman Kabar: NIK Bakal Jadi NPWP, Pandora Papers jadi Polemik
Meski IHSG sedang dalam tekanan, namun investor asing masih mencatat total beli bersih (net buy) sebesar Rp1,58 triliun.
Adapun beberapa saham yang masih terus dikoleksi adalah saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang diborong Rp370,3 miliar diikuti saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp101,1 miliar. Terakhir, asing juga getol mengakumulasi saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai Rp80,4 miliar.
Sedangkan untuk saham-saham yang paling banyak dilego asing adalah saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) sebesar Rp85,7 miliar dan saham PT Bank Jago TBk (ARTO) yang mencatatkan jual bersih asing sebesar Rp50,9 miliar.
Alhasil, MDKA harus rela harga sahamnya terkoreksi 6,41% ke level Rp2.630 per saham. Sementara nilai ARTO terjungkal 4,66% ke level Rp13.825 per saham. Pionir bank digital di Indonesia itu justru terus melemah di tengah munculnya kabar salah satu investor raksasa dunia, Ribbit Capital masuk sebagai salah satu pemegang saham perusahaan.
Setelah dikabarkan masuk ke PT Supra Boga Lestari TBK (RANC) melalui pasar negosiasi, Grup Djarum terus memperkuat lini bisnis lainnya. Kali ini konglomerasi top Indonesia itu akan melancarkan aksi korporasi dari sektor menara yang dikelolanya, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).
Perusahaan sudah menuntaskan aksi anorganiknya dengan mengakuisisi saham perusahaan menara lain, PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR). Hal itu membuat kiprah TOWR semakin perkasa dengan memantapkan dirinya sebagai perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia setelah PT Dayamitra Telekomunikasi, entitas usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
Pasca aksi korporasi tersebut, TOWR diprediksi bisa menambah kelolaan menara sebanyak 5.780 unit, hingga totalnya menjadi 27.355 unit. Di sisi lain, jumlah menara yang dimiliki oleh Mitratel adalah sebanyak 28.000 unit.
Beberapa analis mengatakan bahwa valuasi saham TOWR masih sangat murah melihat potensi pengembangan bisnis ke depan. Pada perdagangan hari ini saham TOWR diperdagangkan di level Rp1.250 per saham atau terkoreksi 4,21%.
Baca juga: Rangkuman Pasar: Saham Batu Bara Pimpin IHSG di Awal Pekan
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini