Selamat sore, Sobat Cuan! Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melipir lagi ke zona merah sementara beberapa aset kripto perlahan mulai bangkit meski masih malu-malu kucing. Apa yang terjadi di kedua pasar kali ini? Simak selengkapnya di Rangkuman Pasar berikut!
IHSG pamit dari sesi perdagangan Kamis (9/6) di level 7.182,83 poin alias melemah 0,15% dibanding sehari sebelumnya.
Pada awalnya, laju IHSG terlihat menjanjikan, bahkan sempat menyentuh titik 7.257 poin. Namun, sang indeks domestik harus terkulai lemas dan finish di bawah level psikologis 7.200.
Salah satu angin segar yang mendorong laju IHSG hari ini adalah nilai saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang sempat melaju kencang, bahkan sempat tumbuh 6% di pertengahan sesi perdagangan. Mengingat kapitalisasi pasar GOTO yang jumbo, maka sudah pasti pergerakannya pun mempengaruhi laju IHSG.
Pelaku pasar terlihat nafsu mengoleksi saham GOTO setelah saham perusahaan teknologi raksasa tanah air itu masuk jajaran LQ45.
Hanya saja, investor ritel buru-buru melakukan aksi ambil untung (profit taking) saham GOTO sehingga saham perseroan hanya mampu tumbuh 1,59% sepanjang hari ini. Imbasnya, laju IHSG pun kemudian ikut melorot.
Selain perkara tersebut, pelaku pasar sepertinya memang tengah menahan diri untuk masuk ke pasar modal lantaran menunggu data inflasi AS Mei yang bakal dirilis esok. Padahal, di saat bersamaan, terdapat data ekonomi domestik yang seharusnya mendorong minat investor untuk mengoleksi saham-saham domestik.
Dalam laporan terbarunya, Bank Indonesia (BI) menyebut skor Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia pada Mei mencatat rekor tertingginya sepanjang masa yakni 128,9. Angka tersebut melesat kencang dari 113,1 di bulan sebelumnya.
Data ini mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat Indonesia diharapkan masih tetap kuat di masa depan dan diharapkan mampu menopang kinerja keuangan emiten dalam negeri.
Nilai IHSG yang mampir ke zona merah ternyata tidak menyurutkan niat investor asing untuk mengoleksi saham domestik. Buktinya, asing mencatat nilai beli bersih (net foreign buy) Rp902,64 miliar pada hari ini, melonjak dibanding kemarin yakni sekitar Rp450 miliar.
Investor asing terlihat paling banyak memborong saham dua bank pelat merah, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), masing-masing Rp562,8 miliar dan Rp322,1 miliar. Tak ketinggalan, mereka juga mengoleksi saham PT Astra International Tbk (ASII) sebesar Rp183,8 miliar.
Di sisi lain, asing malah melego paling banyak saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp141,3 miliar. Selain itu, mereka juga cuci gudang saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Panin Financial Tbk (PNLF) masing-masing Rp75,6 miliar dan Rp60,1 miliar.
Baca juga: Pluang Pagi: Kripto Pucat Pasi Setelah Investor 'Wait-and-See'
Sementara itu, beberapa aset kripto perlahan kembali menginjak zona hijau. Melansir Coinmarketcap pukul 15.33 WIB, delapan dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar sukses mendarat di zona hijau dalam 24 jam terakhir.
Seperti beberapa hari ke belakang, penguatan beberapa aset kripto hari ini disebabkan oleh technical rebound. Pelaku pasar nampaknya memanfaatkan kecilnya volume perdagangan siang dan sore hari ini untuk melakukan price actions kecil-kecilan menjelang akhir pekan.
Namun, seperti biasa, kondisi ini bisa berubah jika AS sudah memasuki jam perdagangan bursa saham. Apalagi, pelaku pasar AS sepertinya masih bakal kurang bergairah masuk ke pasar kripto lantaran wait-and-see data inflasi AS terbaru dan pengumuman kebijakan moneter Bank Sentral Eropa.
Jika inflasi AS masih meradang, maka ada kemungkinan The Fed bakal mengerek suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada bulan ini. Hal itu, sayangnya, bakal berdampak buruk ke aset kripto. Mengapa demikian?
Ketika The Fed mengerek suku bunga acuannya, maka tingkat imbal hasil instrumen berpendapatan tetap bakal meningkat. Alhasil, aset berisiko jadi dipandang tidak menarik di mata investor.
Selain itu, kenaikan suku bunga acuan tentu akan meningkatkan nilai Dolar AS. Imbasnya, investor pun bakal membeli aset kripto menjadi lebih mahal, mengingat aset kripto selalu diukur dalam mata uang tersebut.
Di samping karena perkara makroekonomi, mandegnya aksi beli pun disebabkan oleh keragu-raguan pelaku pasar ihwal titik bottom harga aset kripto. Meski aset kripto diperdagangkan di rentang harga yang gitu-gitu aja dalam beberapa waktu terakhir, sebagian pelaku pasar yakin bahwa titik harga saat ini bukanlah titik terendahnya.
Baca juga: Pluang Pagi: Kripto Pucat Pasi Setelah Investor 'Wait-and-See'
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS CFD, serta lebih dari 90 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini