Grab akan melaporkan laporan keuangan kuartal I pada Kamis (18/5). Lantas, apakah Grab berhasil meraih profit yang selama ini diidam-idamkan?
Grab Holdings Limited adalah perusahaan yang bermarkas di Singapura dan berfokus pada aplikasi terintegrasi atau superapp yang melayani bisnis jasa berbagi tumpangan (ride hailing), pengiriman barang, layanan keuangan, dan enterprise software solutions. Grab memiliki fokus bisnis di asia tenggara.
Sepanjang 2022, perusahaan yang memusatkan target bisnisnya di kawasan Asia Tenggara ini mengantongi pendapatan paling besar dari segmen pengiriman barang, seperti melalui jasa GrabFood dan GrabExpress, yakni 46% dari total pendapatannya. Sementara itu, segmen mobilitas melalui jasa GrabCar dan GrabBike menjadi kontributor pendapatan terbesar kedua bagi perusahaan dengan porsi 45%.
Lebih lanjut, 5% dari pendapatan total perusahaan disumbang oleh bank digital dan bisnis penunjangnya. Kemudian, layanan enterprise menyokong sisa 4% terhadap pendapatan total Grab.
Grab menjalani kuartal IV 2022 dengan perasaan campur aduk.
Di satu sisi, perusahaan mencetak pendapatan US$502 juta di kuartal IV 2022 atau melesat 311,5% dibanding waktu yang sama tahun sebelumnya. Hal ini terjadi setelah mobilitas masyarakat kembali bergeliat menyusul sikap beberapa negara yang melonggarkan kebijakan penanganan pandeminya.
Bahkan, nilai transaksi Grab dari segmen mobilitas atau transportasi di kuartal IV meningkat hingga 50% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Meski memang, di kuartal yang sama, total nilai transaksi secara keseluruhan melalui aplikasi Grab menurun tipis 1,6% dibanding dua kuartal sebelumnya.
Namun di sisi lain, perseroan malah membukukan rugi bersih sebesar US$113 juta di kuartal IV 2022. Kerugian tersebut rupanya membengkak 63% jika dibanding kuartal yang sama di 2021 atau 30% jika dibanding satu triwulan sebelumnya.
Kendati begitu, manajemen sepertinya telah melihat peristiwa tersebut sebagai momentum untuk fokus dalam memperbaiki profitabilitas ketimbang mengagungkan volume transaksi semata. Salah satu caranya adalah dengan mengedepankan efisiensi biaya, utamanya dengan menekan insentif dan biaya pemasaran, serta penguatan fondasi perusahaan.
Untungnya, upaya Grab mulai berbuah manis di kuartal IV 2022. Buktinya, perseroan berhasil mencatat margin kotor sebesar 22,7% di periode tersebut. Investor pun menyambut baik upaya itu dan meyakini bahwa Grab sudah berada di jalur yang benar untuk meraih profitabilitas yang diidam-idamkan.
Baca Juga: Pluang Insight: Alibaba Siap Kembali Unjuk Taring di Kuartal I 2023
Hingga sejauh ini, sejumlah analis memprediksi bahwa Dewi Fortuna akan kembali berpihak pada di kuartal I 2023
Tim analis Bloomberg, misalnya, memprediksi bahwa perseroan akan mengantongi pendapatan US$493 di triulan lalu atau naik tajam 116% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Prestasi ini diramal bakal terjadi karena didorong dua faktor, yakni perbaikan layanan Grab dan momentum pemulihan mobilitas masyarakat.
Dari sisi perbaikan layanan, Grab gencar menjalin kerja sama kemitraan dengan aplikasi kemitraan populer global sepanjang triwulan lalu. Di samping itu, perusahaan juga menerjemahkan menu yang tertera di jasa pengiriman makanannya dan terus melakukan investasi di wilayah-wilayah operasi dengan tingkat penetrasi layanan rendah.
Seluruh upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan tingkat adopsi masyarakat terhadap layanan dan produk yang ditawarkan Grab. Implikasinya, Pluang memproyeksikan bahwa Grab akan menikmati nilai transaksi tahun 2023 sebesar 30% lebih besar ketimbang tahun 2022.
Sementara dari sisi momentum, Grab sepertinya menyadari bahwa mobilitas masyarakat dan geliat pariwisata sudah perlahan pulih di 2023.
Salah satu buktinya terjadi di Singapura, yang merupakan pasar utama segmen mobilitas Grab, di mana harga layanan ride-hailing sudah kembali stabil. Oleh karenanya, Grab berupaya memanfaatkan kondisi itu dengan menjaga jumlah armadanya agar bisa terus memenuhi permintaan masyarakat.
Kendati demikian, Pluang juga melihat bahwa pendapatan Grab di kuartal lalu akan menurun 2% dibanding kuartal IV 2022 atau 10% jika dibanding triwulan yang sama tahun lalu. Segmen pengiriman barang, yakni via jasa GrabExpress dan GrabFood, dan segmen jasa keuangan ditengarai akan menjadi biang keladi utama atas hal tersebut. Apalagi, kompetitor regional Grab seperti GoTo dan Foodpanda sebelumnya juga sudah merilis data yang menunjukkan bahwa pertumbuhan bisnis pengirimannya masih dalam kondisi tiarap.
Hanya saja, Grab dipercaya masih memiliki ruang untuk mengamankan pangsa pasarnya di segmen pengiriman barang dengan menurunkan insentif. Dengan demikian, Grab masih memiliki kesempatan untuk menambah kantong-kantong penerimaannya.
Lebih lanjut, sejumlah analis juga meramal bahwa Grab akan membukukan rugi per saham US$0,06 per lembar atau 46,8% lebih baik dari periode yang sama tahun lalu. Memang, pertumbuhan laba per saham ini tidak sefantastis proyeksi pertumbuhan pendapatannya. Akan tetapi, proyeksi rugi tersebut mengindikasikan bahwa Grab tinggal selangkah lagi menikmati profitabilitas yang sudah menjadi impiannya sejak tahun lalu.
Tak ketinggalan, analis juga memperkirakan margin kotor Grab di kuartal I 2023 akan tetap di 22,7% setelah perusahaan mengisyaratkan akan tetap fokus pada peningkatan keuntungan, pengurangan insentif, dan pemangkasan biaya pemasaran.
Selain itu, sejumlah analis juga meramal bahwa Grab akan mengantongi laba sebelum pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) pada segmen mobilitas sebesar US$154 Juta atau meningkat 88% dibandingkan kuartal I 2022. Kemudian, perusahaan juga diperkirakan akan mencatat margin keuntungan sebesar 2,6% dari segmen pengiriman. Namun, dalam jangka panjang, tingkat margin keuntungan tersebut diharapkan bisa mekar menjadi 3%.
Hingga sejauh ini, Pluang melihat bahwa Grab bisa menyentuh profitabilitas. Pasalnya, jika menengok dalam lima bulan terakhir, maka pemberhentian perekrutan pegawai dan pengurangan utang benar-benar efektif dalam menurunkan tingkat kerugian Grab dalam lima kuartal terakhir. Bahkan, perusahaan pun telah membatasi promo-promo menarik kepada pengguna aktif saja dan mengurangi intensitas promo ke penggunanya secara umum.
Oleh karenanya, Grab bisa meraih ambisi profitnya jika konsisten menjalankan strategi yang serupa. Hal tersebut tentu akan menjadi angin segar bagi laju sahamnya di masa depan.
Namun, di saat yang sama, Grab juga perlu mewaspadai kompetisi ketat di segmen mobilitas yang bisa menekan pendapatannya.
Sekadar informasi, dominasi Grab di Singapura "ditantang" oleh platform seperti ComfortDelGro dan Tada. Tak berhenti sampai situ, Grab juga menerima perlawanan sengit dari Be di Vietnam, Joyride di Filipina, dan Maxim di Indonesia dan Malaysia. Sialnya, beberapa platform tersebut bahkan menawarkan komisi pengemudi 0% yang berpotensi menggerus pangsa pasar Grab.
Ancaman lainnya pun datang dari dalam tubuh perusahaan itu sendiri. Pertumbuhan beban pegawai dan nihilnya inisiatif efisiensi pegawai diperkirakan akan membuat performa keuangan Grab tertekan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, harga saham Grab diproyeksikan mencapai US$4,17 di akhir 2023 atau lebih tinggi 32% dari harga penutupan Rabu (17/5).
Sementara itu, dari sisi valuasi, saat ini Grab memiliki rasio nilai perusahaan (Enterprise Value/EV) terhadap peroyeksi penjualan sebesar 3.6x, lebih rendah dibandingkan dengan kompetitor terdekatnya GoTo yakni 4.65x.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta ratusan aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini