Pada dasarnya, the Great Depression adalah sebuah kondisi perlambatan ekonomi yang tajam dan mempengaruhi berbagai bidang. Selain itu banyak pengangguran, terjadi krisis perbankan, krisis kredit, maka sektor ekonomi nyaris lumpuh. Kelumpuhan ekonomi yang panjang dan lama ini akan menyebabkan depresi ekonomi semakin parah. Depresi ekonomi yang parah inilah yang disebut the Great Depression.
the Great Depression yang terjadi suatu negara besar akan menyebabkan guncangan dahsyat dalam bidang ekonomi yang dampaknya tak hanya dirasakan oleh negara yang mengalaminya, tetapi juga negara-negara lain di dunia.
Dengan kata lain, pengertian the Great Depression adalah sebuah keadaan yang berimbas pada perekonomian dunia. Tak hanya menghancurkan negara berkembang, Great Depression juga memporak-porandakan perekonomian negara industri. Sebab volume perdagangan menurun drastis, demikian pula dengan pendapatan masyarakat, pajak, dan keuntungan perusahaan.
Dahsyatnya krisis ekonomi pada level Great Depression tak hanya berdampak pada kota-kota besar yang membangun gedung-gedung tinggi, tetapi perekonomian di wilayah pedesaan pun tak luput dari hantamannya.
Harga komoditas pertanian anjlok. Bahkan tak sedikit komoditas pertanian yang membusuk di lahan karena ketiadaan dana operasional untuk memanennya.
Baca: Terburuk Sejak Masa Depresi Besar, IMF Prediksikan Ekonomi Dunia Rebound pada 2021
Istilah Great Depression muncul ketika Amerika Serikat mengalami krisis ekonomi berkepanjangan selama satu dekade yakni pada tahun 1929 hingga 1939. Krisis ekonomi yang menghantam negara adidaya tersebut justru terjadi di saat perekonomian justru sedang mengalami perkembangan yang begitu pesat di tahun 1920.
Perkembangan ekonomi yang pesat memicu spekulasi besar-besaran di pasar saham. Inilah yang kemudian menjadi titik balik terjadinya Great Depression.
the Great Depression adalah kejadian yang terjadi di negeri Paman Sam yang diawali dengan turunnya harga saham pada September 1929. Puncaknya pada 24 Oktober 1929 dilakukan penjualan saham besar-besaran dalam waktu sehari. Hal ini mengakibatkan indeks saham anjlok pada level yang mengkhawatirkan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah Black Tuesday.
Baca: Apa Pengaruh Pelemahan Ekonomi Global dengan Turunnya Harga Minyak Dunia?
Penjualan saham secara masif berakibat pada hilangnya kepercayaan terhadap pasar saham. Pasca jatuhnya pasar saham, daya beli menurun, investasi menyusut, dan sektor industri goyah. Efek domino lainnya jumlah pengangguran merebak bak jamur di musim hujan.
Tak hanya sampai di situ saja. Banyaknya pengangguran jelas menyebabkan peningkatan jumlah kredit macet, sehingga penyitaan terhadap aset sebagai agunan kredit pun meningkat. Akibatnya, tuna wisma melajalela dan kelaparan melanda.
Great Depression adalah sebuah saat luluhlantahnya sendi-sendi ekonomi rakyat dan negara, termasuk perbankan. Pada tahun 1930, terjadi rush money oleh masyarakat yang telah kehilangan kepercayaannya terhadap perbankan. Rush money merupakan aksi penarikan simpanan baik berupa tabungan ataupun deposito secara besar-besaran.
Hal ini mengakibatkan kacaunya aliran kas bank, sehingga bank mengalami kekurangan kas. Tahun 1933 merupakan puncak dari krisis perbankan, di mana setengah dari lembaga-lembaga perbankan di Amerika Serikat dinyatakan bangkrut dan tutup.
Great Depression adalah sebuah kejadian yang merupakan mimpi buruk dalam sejarah ekonomi Amerika Serikat dan dunia. Sulit untuk bangkit apalagi keluar dari krisis.
Negara adidaya sekelas Amerika Serikat membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh tahun untuk memulihkan kondisi perekonomiannya. Program New Deal yang digagas oleh Franklin D. Roosevelt, presiden Amerika Serikat yang menggantikan Herbert Hoover.
Baca juga: 3 Grafik Ekuitas di Bursa Saham Global Tunjukkan Penurunan
Terpilih untuk menjabat pada tahun 1933, Presiden Franklin Roosevelt menjanjikan perubahan besar. Kesepakatan Baru yang diprakarsainya adalah serangkaian program dan tindakan domestik yang inovatif dan belum pernah terjadi sebelumnya yang dirancang untuk mendukung bisnis Amerika, mengurangi pengangguran, dan melindungi publik.
Berdasarkan teori ekonomi Keynesian, konsepnya adalah bahwa pemerintah dapat dan harus menstimulasi perekonomian. Kesepakatan Baru menetapkan tujuan yang tinggi untuk menciptakan dan memelihara infrastruktur nasional, lapangan kerja penuh, dan upah yang sehat. Pemerintah mulai mencapai tujuan ini melalui pengendalian harga, upah, dan bahkan produksi.
Beberapa ekonom mengklaim bahwa Roosevelt melanjutkan banyak intervensi Hoover, hanya dalam skala yang lebih besar. Dia tetap fokus pada dukungan harga dan upah minimum dan menghapus negara dari standar emas, melarang individu untuk menimbun koin emas dan emas batangan. Dia melarang monopoli, beberapa menganggapnya kompetitif, praktik bisnis, dan melembagakan lusinan program pekerjaan umum baru dan lembaga penciptaan lapangan kerja lainnya.
Baca juga: Mengenal Standard and Poor, Perusahaan Pemeringkat Indeks Saham Global
Kesepakatan Baru kembali menanamkan kepercayaan publik, karena ada hasil yang terukur. Seperti reformasi dan stabilisasi sistem keuangan. Roosevelt mengumumkan hari libur bank selama seminggu penuh pada Maret 1933. Hal ini bertujuan untuk mencegah keruntuhan institusional karena penarikan yang telalu banyak karena kepanikan.
Program pembangunan jaringan bendungan, jembatan, terowongan, dan jalan yang masih digunakan. Proyek-proyek tersebut menawarkan pekerjaan bagi ribuan orang melalui program kerja federal.
Meskipun ekonomi pulih sampai batas tertentu, rebound itu terlalu lemah untuk kebijakan Kesepakatan Baru untuk secara tegas dianggap berhasil menarik Amerika keluar dari Great Depression.
Sejarawan dan ekonom tidak setuju dengan alasan tersebut. Keynesian menyalahkan kurangnya pengeluaran federal — Roosevelt tidak bertindak cukup jauh dalam rencana pemulihannya yang berpusat pada pemerintah. Sebaliknya, yang lain mengklaim bahwa dengan mencoba memicu perbaikan segera.
Baca: Sejarah Pasar Saham di Indonesia
Sebuah studi oleh dua ekonom di University of California, Los Angeles, yang diterbitkan dalam Journal of Political Economy Agustus 2004 memperkirakan bahwa New Deal memperpanjang Depresi Hebat setidaknya tujuh tahun. Namun, ada kemungkinan bahwa pemulihan yang relatif cepat, karakteristik pemulihan pasca-depresi lainnya, mungkin tidak terjadi secepat pasca-1929.
Robert Higgs, seorang sejarawan ekonomi Amerika, berpendapat bahwa aturan dan regulasi baru Roosevelt datang begitu cepat dan begitu revolusioner — begitu pula keputusannya untuk mencari persyaratan ketiga dan keempat — sehingga bisnis menjadi takut untuk menyewa atau berinvestasi.
Philip Harvey, seorang profesor hukum dan ekonomi di Rutgers University, telah menyarankan bahwa Roosevelt lebih tertarik untuk menangani masalah kesejahteraan sosial daripada membuat paket stimulus ekonomi makro gaya Keynesian.
Download aplikasi Pluang di sini untuk membeli emas digital dengan harga paling kompetitif di pasaran! Selisih harga jual-beli terendah dan tanpa biaya tersembunyi apapun. Emas yang kamu beli aman karena disimpan di Kliring Berjangka Indonesia (BUMN), produk emas Pluang dikelola oleh PT PG Berjangka yang sudah terlisensi dan diawasi oleh BAPPEBTI. Kamu juga bisa menarik fisik emasnya dalam bentuk logam mulia Antam dengan kadar 999.9 mulai dari kepingan 1 gram hingga 100 gram!
Sumber: Investopedia
Baca juga:
Pemulihan Ekonomi Pasca Covid-19, Peluang Investasi Apa yang Direkomendasikan?
#CerdasCuan Mingguan: Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia
9 Rekomendasi Buku Keuangan Terbaik Ini Dijamin Bikin Kamu ‘Melek’ Finansial
Bagikan artikel ini