Makroekonomi adalah salah satu faktor penting bagi investor untuk menganalisis kinerja beberapa instrumen investasi. Tetapi, kenapa makroekonomi bisa sangat mempengaruhi pasar instrumen investasi, khususnya pasar keuangan? Perhatikan artikel berikut ya, Sobat Cuan!
Saat ini, pasar keuangan adalah bagian esensial dan bahkan tak terpisahkan dari ekosistem ekonomi di berbagai negara. Makanya, perubahan di beberapa variabel makroekonomi sangat berpengaruh ke pasar keuangan, baik itu berupa dampak positif atau negatif.
Produk Domestik Bruto (PDB), misalnya, adalah indikator pertumbuhan ekonomi yang menentukan selera investor untuk nyemplung ke pasar modal. Sementara itu, kenaikan tingkat inflasi dan suku bunga acuan akan menghambat konsumsi, sehingga akan berpengaruh ke performa keuangan para emiten pasar modal dan ujung-ujungnya meredupkan kinerja pasar modal.
Sebagai contoh, kenaikan harga saham di Indonesia menjadi sinyal bahwa investor berharap ekonomi Indonesia akan terus tumbuh. Demikian sebaliknya, harga saham yang jatuh menjadi sinyal bahwa pelaku pasar meramal bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan terpantau mendung.
Nah, karena pasar modal bisa menjadi indikasi kondisi ekonomi di suatu negara, tak heran jika kini investor menggunakan indeks saham untuk mengukur "tingkat kesehatan" ekonomi sebuah negara.
Lebih lanjut, sejatinya combo PDB dan inflasi bisa membuat kinerja pasar modal makin mumpuni. Namun, dampak inflasi terhadap kondisi tersebut kurang signifikan dibanding PDB.
Di sisi lain, tingkat suku bunga acuan dan nilai tukar bisa membuat pasar saham ambrol. Namun, di antara keduanya, tingkat suku bunga dianggap punya kekuatan lebih besar untuk menyeret turun kinerja pasar modal.
Nah, Sobat Cuan bisa menyimak korelasi antara makroekonomi dan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melalui grafik berikut!
Bagikan artikel ini