Sobat Cuan mungkin masih asing dengan istilah makroekonomi. Padahal, bukti-bukti kehadiran makroekonomi begitu kentara di kehidupanmu sehari-hari. Yuk, pelajari dasar makroekonomi di sini!
Kinerja aset investasi, khususnya instrumen pasar modal, tentu tidak bisa lepas dari faktor makroekonomi. Bahkan, investor bisa dibilang harus memperhatikan makroekonomi sebagai faktor esensial dalam menganalisis kinerja pasar modal. Nah, lantas, apa sih pengertian makroekonomi?
Investopedia menyebut, makroekonomi adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku ekonomi secara luas atau agregat. Sementara itu, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menerangkan bahwa makroekonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antar pelaku ekonomi namun melalui kacamata yang lebih besar. Makanya, tak heran jika beberapa contoh pembahasan makroekonomi mencakup pertumbuhan ekonomi hingga tingkat pengangguran yang terdapat di satu wilayah.
Kondisi makroekonomi suatu wilayah merupakan cerminan atas "tingkat kesehatan" ekonomi wilayah tersebut. Nah, kondisi itu tentu juga akan berpengaruh ke daya tarik beberapa instrumen investasi dan nantinya bisa membantumu untuk menentukan keputusan investasi ke depan.
Misalnya, kamu mendengar kabar bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal tumbuh signifikan tahun ini. Berita tersebut seharusnya memacumu untuk membenamkan dana di pasar modal. Mengapa demikian?
Ketika pertumbuhan ekonomi terbilang mumpuni, masyarakat akan terdorong untuk terus meningkatkan permintaan barang dan jasa. Nah, kondisi tersebut nantinya bisa mendongkrak kinerja keuangan para emiten pasar modal, sehingga harga sahamnya juga berpotensi membaik di masa depan. Melihat kesempatan ini, tentu Sobat Cuan pasti akan berminat untuk terjun ke pasar modal, bukan?
Tapi, makroekonomi tak hanya mempengaruhi kinerja instrumen pasar modal saja lho, Sobat Cuan. Naik-turunnya harga emas, aset kripto, bahkan Dolar AS pun sangat dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi, misalnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Makanya, bisa dibilang bahwa makroekonomi tak hanya penting untuk melihat kesehatan ekonomi suatu wilayah semata namun juga membawa dampak ke instrumen investasi. Bahkan, ada kalanya kinerja instrumen investasi justru mencerminkan kondisi ekonomi suatu wilayah. Sebagai contoh, analis kadang menggunakan angka indeks pasar modal untuk mengukur level kesehatan satu negara tertentu.
Di dalam mempelajari makroekonomi, Sobat Cuan pun perlu memahami arus lingkar pendapatan (circular flow of income) yang merupakan dasar utama ilmu makroekonomi. Tujuannya, tentu agar logika ekonomimu semakin tajam.
Circular flow of income sendiri adalah diagram yang menunjukkan perputaran uang serta barang dan jasa antara dua atau lebih pelaku ekonomi di dalam masyarakat. Selain itu, diagram ini juga mencerminkan bahwa masing-masing pelaku ekonomi ternyata saling terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil interaksi itu nantinya bisa diturunkan ke dalam indikator-indikator makroekonomi, misalnya pertumbuhan ekonomi.
Konsep diagram ini cukup sederhana, Sobat Cuan. Misalnya, jika kamu mendapat gaji karena bekerja untuk satu perusahaan, maka artinya perusahaan tersebut telah mengeluarkan belanja (expenditure) untukmu sementara kamu mendapat pendapatan (income).
Nah, gaji tersebut tentu akan kamu gunakan konsumsi, bukan? Sehingga arus uangmu nantinya akan kembali mengalir ke produsen barang dan jasa. Dalam hal ini, maka kamu telah mengeluarkan belanja (expenditure) bagi para produsen tersebut sementara sang perusahaan akan menerima pendapatan usaha (income). Berikut adalah contoh diagramnya!
Siapa saja sih pelaku-pelaku ekonomi tersebut? Dan apa saja peran mereka masing-masing di dalam ekonomi? Yuk, simak bersama!
Korporasi adalah pihak yang memproduksi barang dan jasa ke masyarakat dan menerima uang sebagai imbal baliknya. Di sisi lain, mereka juga membayar faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan dalam bentuk uang sewa, gaji, bunga, dan dividen/laba ke pelaku ekonomi lainnya.
Selain menjadi konsumen barang dan jasa, rumah tangga juga menjadi penyedia faktor produksi bagi korporasi contohnya adalah tanah, kapital, dan kewirausahaan. Pihak ini menerima pendapatan dalam bentuk uang sewa, gaji, bunga, dan dividen/laba.
Sebagai lembaga yang mendistribusi pendapatan masyarakat, pemerintah akan mengutip pajak baik dari korporasi maupun rumah tangga. Nantinya. pemerintah akan meredistribusi penerimaan perpajakan tersebut ke masyarakat dalam bentuk subsidi, infrastruktur, program jaminan sosial, dan pelayanan publik lainnya.
Sektor asing adalah sektor eksternal yang mengubah kondisi ekonomi suatu negara dari ekonomi tertutup menjadi ekonomi terbuka melalui kegiatan ekspor-impor dan arus modal. Pemerintah bisa mengatur keluar-masuk keterlibatan sektor asing di dalam ekonomi domestik melalui kebijakan perdagangan seperti bea masuk, kuota impor, dan regulasi non-moneter lainnya.
Sektor jasa keuangan, yang terdiri dari bank dan institusi lainnya, menyediakan jasa pinjam-meminjam bagi pelaku ekonomi lainnya.
Jika masyarakat, korporasi, dan pemerintah punya sisa pendapatan, maka mereka akan menaruhnya di produk tabungan perbankan. Nah, perbankan akan menggunakan tabungan tersebut untuk memberikan pembiayaan bagi korporasi demi mengekspansi usahanya atau ke masyarakat untuk membantu konsumsi mereka.
Seluruh aktivitas di circular flow of income nantinya akan tercermin ke dalam satu istilah yang disebut permintaan agregat alias permintaan secara keseluruhan. Permintaan agregat adalah total permintaan barang dan jasa yang dihasilkan di dalam satu ekonomi di satu level harga tertentu dan dalam satu rentang waktu khusus.
Dalam jangka panjang, permintaan agregat akan setara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) jika level harganya sama. Namun pada kenyataannya, kalkulasi permintaan agregat menggunakan basis harga nominal sementara perhitungan PDB menggunakan harga riil, yakni harga nominal yang telah dikurangi tingkat inflasi.
Seperti apa rumus menghitung permintaan agregat?
Y = C + I + G + (X – M)
Berikut keterangannya:
Y = Pengeluaran agregat / permintaan agregat.
C = Konsumsi barang dan jasa.
I = Investasi di barang modal, misalnya mesin, pabrik, peralatan berat, dan lainnya.
G = Pengeluaran pemerintah atas barang dan jasa.
X = Nilai ekspor
M = Nilai impor.
Sobat Cuan perlu ingat bahwa uang dari suatu negara akan mengalir ke negara importir jika ia mengimpor barang. Oleh karenanya, pendapatan di ekonomi domestik akan berkurang dan bikin permintaan agregat menyusut. Makanya, variabel M pada rumus di atas menjadi faktor pengurang.
Penawaran agregat adalah lawan permintaan agregat, yang bisa dimaknai sebagai total penawaran barang dan jasa yang dihasilkan di satu ekonomi pada satu level harga tertentu di dalam rentang waktu yang spesifik.
Pada jangka pendek, penawaran agregat sangat responsif terhadap perubahan harga. Sebab, selama jangka waktu tersebut, kapasitas produksi produsen barang dan jasa terbilang terbatas sementara mereka juga tidak bisa membangun pabrik baru atau memasang teknologi untuk menambah produksi dalam semalam saja. Sehingga, kalau pun mereka ingin menambah produksi, mereka bisa meminta pekerjanya untuk lembur.
Namun, penawaran jangka panjang tidak akan begitu sensitif terhadap perubahan harga dalam jangka panjang. Sebab, ekonomi akan terus menjaga kondisi lapangan kerja penuh, sehingga nantinya pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh faktor jangka panjang seperti kapital dan produktivitas.
Untuk memastikan ekonomi terus bergerak lancar, pemerintah harus mengelola ekonomi yurisdiksinya melalui serangkaian kebijakan dan regulasi, baik dari kebijakan moneter atau kebijakan fiskal. Selain itu, regulasi dan kebijakannya juga disusun agar sejalan dengan visi dan misi pemerintah ke depan.
Namun, dalam era ekonomi global seperti ini, setiap ekonomi satu negara terhubung dengan negara lain. Sehingga, kondisi makroekonomi global tentu akan berdampak ke ekonomi satu negara tertentu.
Bagikan artikel ini