Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Leveragearrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Informasi Terkini UntukmuBlogBerita & AnalisisPelajariKamus
bookmark

Cari berita, blog, atau artikel

Pelajari

Cara Diversifikasi Portofolio Investasi

Cara Diversifikasi Portofolio Investasi

0 dilihat·Waktu baca: 3 menit
Cara Diversifikasi Portofolio Investasi

Salah satu bentuk diversifikasi adalah mengombinasikan kelas aset. Namun, aset apa saja yang dianggap bisa saling melengkapi satu sama lain? Simak selengkapnya di sini!

Sobat Cuan sudah memahami macam-macam konsep diversifikasi di artikel sebelumnya. Namun, di antara semua konsep yang ada, konsep diversifikasi berdasarkan kelas aset terbilang paling mudah untuk dijalankan investor pemula.

Nah, dalam konteks tersebut, investor sejatinya bisa menyusun strategi diversifikasi di dalam portofolionya berdasarkan empat kelas aset utama seperti berikut!

4 Kelas Aset Pembentuk Diversifikasi

1. Saham dan Aset Kripto

Saham dan aset kripto menjadi pilihan utama bagi mereka yang memiliki gaya investasi agresif. Kedua kelas aset ini memiliki kesempatan bagi investor untuk memberikan return yang fantastis dalam jangka waktu panjang. Sehingga, investor yang memang mengincar cuan jumbo ada baiknya menitikberatkan portofolionya di kedua aset tersebut.

 

Hanya saja, Sobat Cuan patut menyadari bahwa kesempatan keuntungan yang tinggi pasti disertai risiko yang sama-sama besar. Hal ini pun sesuai konsep umum yang terkenal di dunia investasi, yakni high risk high return. Makanya, investor wajib melancarkan penilaian dan analisis yang teliti sebelum benar-benar memfokuskan portofolionya di aset-aset berisiko tersebut.

2. Obligasi

Obligasi adalah instrumen surat utang dan memiliki imbal hasil rutin dalam bentuk kupon. Karakteristik ini menjadikan obligasi memiliki risiko volatilitas yang lebih rendah dibanding dua aset berisiko yang telah dijabarkan sebelumnya, yakni saham dan aset kripto.

Oleh karenanya, investor dapat menggunakan obligasi sebagai bantalan untuk mencegah portofolio sang investor dari fluktuasi harga aset kripto dan saham yang tak terduga.

Tapi, investor umumnya memanfaatkan instrumen ini hanya demi meminimalisasi risiko saja, bukan sebagai motor penggerak cuan yang paling utama. Pasalnya, investasi surat utang dianggap tidak memberikan imbal hasil yang fantastis.

3. Reksa Dana

Reksa Dana adalah “wadah” yang diciptakan manajer investasi untuk menghimpun dana masyarakat untuk kemudian diinvestasikan ke dalam instrumen seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang. Nah, karena seluruh koleksi aset di dalam sebuah reksa dana sudah dikurasi oleh manajer investasi, maka investor sepatutnya tak perlu khawatir dengan risiko yang muncul dari produk investasi satu ini. Apalagi, manajer investasi tentu sudah memiliki penilaian tersendiri mengenai risiko yang bakal mereka ambil ketika mengelola reksa dana.

Kendati demikian, investasi reksa dana bukan berarti bebas dari risiko. Sebelum menempatkan dana di produk tersebut, investor sebaiknya berkaca kembali pada profil risikonya. Sebab, beberapa reksa dana pun memiliki risiko yang cukup tinggi seperti reksa dana saham. 

4. Komoditas

Bagi investor, komoditas adalah kelas aset yang spesial. Pasalnya, mereka menganggap bahwa komoditas adalah pilihan terbaik jika ingin menjaga nilai portofolionya dari kikisan inflasi.

Hal ini bisa terjadi lantaran nilai komoditas pasti akan selalu menanjak antar waktu seiring suplainya yang makin terbatas. Di samping itu, beberapa komoditas pun memiliki keunggulan lain, misalnya tidak mudah mengalami korosi sehingga unsur kemuliaannya saat ini masih akan tetap sama 100 tahun mendatang. 

Adapun salah satu komoditas yang dianggap memenuhi syarat-syarat tersebut adalah emas. Makanya, tak heran jika investor kerap menyerbu emas ketika inflasi dirasa akan mengganas atau ketika situasi ekonomi bersifat tidak pasti.

Bagaimana Metode Diversifikasi Kelas Aset yang Terbaik?

Sejatinya, tidak ada cara terbaik bagi investor untuk melakukan diversifikasi melainkan menyesuaikan dengan tingkat profil risikonya. Hal ini pun sesuai dengan riset lembaga perencanaan keuangan Fidelity.

Lembaga tersebut melakukan eksperimen terhadap dua komposisi portofolio yang berbeda. Pada portofolio pertama, sebanyak 60% dialokasikan terhadap saham AS, 25% di saham internasional, dan 15% sisanya ke obligasi. Sementara pada portofolio kedua, Fidelity membagi alokasi asetnya sebesar 49% di saham AS, 21% di saham internasional, 25% di obligasi, dan 5% di investasi jangka pendek.

Hasilnya, portofolio pertama memberikan imbal hasil 9,8% per tahunnya. Sementara itu, portofolio kedua menghasilkan return yang tidak beda jauh, yakni 9%. 

Hasil Perbandingan Portofolio Fidelity
Hasil Perbandingan Portofolio Fidelity. Sumber: Fidelity

Eksperimen itu membuktikan bahwa dampak diversifikasi yang optimal sangat tergantung dengan toleransi risiko sang investor dan pilihan kelas aset yang digunakan. Tak lupa, diversifikasi juga harus disesuaikan dengan tujuan investasi sang investor sejak awal. Toh, pada akhirnya, investor akan memetik buah terlepas dari kombinasi diversifikasi yang dipilihnya

Ditulis oleh
channel logo

Marco Antonius

Right baner

Bagikan artikel ini

Apakah artikel ini berguna untukmu?

like
like
Artikel Terkait
1.

Apa Itu Diversifikasi Aset?

card-image
2.

Mengenal Pockets Sebagai Sarana Diversifikasi di Pluang

card-image
3.

Kapan Saatnya Menggunakan Fitur Pockets?

card-image
4.

Cara Diversifikasi Portofolio Investasi

card-image
Right baner

Pelajari Materi Lainnya

cards
Pemula
Diversifikasi 101

Salah satu konsep penting dalam investasi adalah...

Right baner
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1

Daftar