Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

US Market Outlook 2024
shareIcon

US Market Outlook 2024

8 Jan 2024, 11:31 AM·Waktu baca: 11 menit
shareIcon
Kategori
US Market Outlook 2024

Tahun 2024 diramal cukup potensial bagi pasar saham AS, seiring dengan kebijakan moneter dan fiskal hingga kondisi ekonomi global.

Tahun 2024 menjadi tahun yang sangat potensial bagi pasar saham Amerika. Hal ini tidak terlepas dari beberapa peristiwa penting yang akan terjadi pada tahun ini. Mulai dari kemajuan perekonomian Amerika yang berhasil menurunkan inflasi tanpa resesi.

Kemudian, proyeksi The Fed pangkas suku bunga sampai 3x sepanjang 2024, hingga tahun politik pemilihan Presiden di Amerika, dan sejumlah negara dengan ekonomi besar.

Secara historis, pasar saham memberikan return yang menarik dengan tingkat rata-rata pengembalian tahunan sebesar 6,6% selama tahun 1900-2022. Bahkan, pasar saham Amerika (indeks S&P 500) memiliki tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari rata-rata global.

Tingkat Pengembalian Pasar Saham. Sumber: Bloomberg (2023)

 

Sepanjang 2023, Indeks S&P 500 melonjak lebih dari 24%, didorong oleh booming AI (kecerdasan buatan). Harga saham perusahaan teknologi yang terafiliasi dengan AI meningkat signifikan, seperti NVDA (+238%), META (+194%), MSFT (+56%). Begitu pula dengan saham “Magnificent 7” lainnya.

Asal tahu saja, “Magnificent 7” adalah sebutan bagi tujuh perusahaan teknologi raksasa AS, yaitu Apple, Google, Amazon, Meta, Microsoft, NVIDIA, dan Tesla.

Tingkat Pengembalian Indeks SPX 500 & Saham Magnificent 7. Sumber: Bloomberg (2023)

 

Sampai dengan year to date (ytd) 4 Januari 2023, indeks di Amerika seperti Nasdaq 100, S&P500 dan Dow Jones Index telah membukukan pertumbuhan positif. Masing-masing dengan tingkat return sebesar 49,17%, 21,69% dan 12,54%.

Pertumbuhan ini diproyeksikan akan terus bertambah seiring dengan kondisi perekonomian yang semakin membaik. Sehingga, dapat dikatakan bahwa prospek upside potential untuk berinvestasi pada saham Amerika masih memiliki room to grow yang besar.

Tingkat Pengembalian Indeks SPX 500, Nasdaq 100 dan Dow Jones Index. Sumber: Tradingview (2023)

Pada 2024, lebih dari setengah populasi dunia akan melangsungkan pemilihan umum. Beberapa negara yang melangsungkan pemilu seperti Amerika Serikat,  Inggris, Rusia, hingga Turki dan juga ada Indonesia dan India.

Tercatat, jumlah manusia yang ikut pemilu ditaksir sekitar 4,2 miliar jiwa. Ini merupakan yang terbesar dalam sejarah pemilihan umum di dunia, mewakili sekitar 40% PDB dunia. 

Tahun Politik Membawa Dampak Positif Bagi Pasar Saham? 

Amerika akan mengadakan pemilu presiden, dimana calon presiden terpilih akan mempengaruhi alur perekonomian dunia yang disebabkan karena adanya pembaharuan kebijakan.

Kebijakan yang mempengaruhi pergerakan pasar saham adalah perubahan kebijakan fiskal dan moneter yang berhubungan dengan pajak, pengeluaran pemerintah ataupun suku bunga yang berhubungan langsung dengan keadaan ekonomi pada saat presiden baru terpilih.

Pada saat kampanye, calon presiden berlomba-lomba mengusulkan pengurangan pajak atau meningkatkan pengeluaran untuk program pemerintah tertentu saat pemilihan semakin dekat.

Selain itu, partai politik pun juga dapat membujuk Federal Reserve untuk melengkapi upaya pemerintah melalui kebijakan moneter, dengan meningkatkan jumlah uang beredar dan mengurangi suku bunga. 

Kebijakan fiskal dan moneter semacam itu dapat diperkenalkan paling cepat pada akhir tahun kedua dari empat tahun masa jabatan presiden. Jika hasilnya menguntungkan dan ekonomi merespons secara positif, keuntungan perusahaan biasanya naik, dan bersamaan dengan hal tersebut  harga saham pun akan melonjak mengikuti fundamental perusahaan. 

Berdasarkan data historisnya dalam kurun waktu long term, tingkat pengembalian rata-rata selama dan setelah tahun pemilihan AS sepanjang 1928 hingga 2020 adalah sebesar 10,67%. Selanjutnya, untuk tingkat pengembalian rata-rata setelah setiap pemilihan presiden AS adalah sebesar 11,57%.

 

Tingkat Pengembalian Saham Saat Pemilu Secara Long Term, Sumber: Dimensional (2023)
Tingkat Pengembalian Saham Saat Pemilu Secara Medium Term, Sumber: RBC Capital Market, Bloomberg (2023)

Partai pemenang juga dapat mempengaruhi pergerakan harga saham, dimana secara historis terdapat 3 skenario yang paling menguntungkan pasar saham, yakni: 

  • Pada saat kader Demokrat yang terpilih menjadi presiden dan kedua partai telah membagi kendali Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat, S&P 500 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 14%. 
  • Pada saat kader Demokrat terpilih menjadi presiden bertugas bersama Kongres yang dikuasai Partai Republik,  S&P 500 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 13%.
  • Ketika Partai Republik telah mengendalikan kepresidenan dan kedua kamar Kongres,  S&P 500 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 13%.

 

Scenario Partai Politik Ketika Mengendalikan Pemerintah Federal vs S&P500, Sumber: RBC Capital Market (2023)
Tingkat Return Presiden Terpilih Republican vs Democratic, Sumber: JP Morgan (2023)

 

Perekonomian Global Diprediksi Positif Namun Melambat

Pertumbuhan PDB merupakan sinyal positif bahwa perekonomian berjalan baik. Diukur dari kinerja berbagai sektor ekonomi, seperti konsumsi dan investasi, yang bertindak sebagai indikator kesehatan suatu ekonomi. 

Kondisi ekonomi AS lebih baik dibandingkan perkiraan ekonom dunia pada saat awal tahun 2023, terlepas dari perang yang terjadi di Asia dan Eropa, krisis di sektor perbankan AS, dan siklus kenaikan suku bunga yang cukup agresif dari bank sentral. Secara keseluruhan, diproyeksikan ekonomi global akan berkembang sebesar 2,6% di tahun 2024. 

AS, Eropa dan China diprediksi memiliki pertumbuhan PDB sebesar 1,2%, 0,3%, dan 4,4%, pada 2024. Selanjutnya, India akan tetap menonjol sekali lagi, tumbuh jauh di atas 6%. Di China, tim melihat sejumlah faktor struktural terus membebani aktivitas. Hal ini termasuk kurangnya kepercayaan konsumen, perubahan demografi, dan investasi berlebihan sebelumnya di perumahan. Tetapi mereka mengharapkan lebih banyak dukungan kebijakan dalam beberapa bulan ke depan, termasuk investasi dalam infrastruktur dan manufaktur kelas atas, serta stimulus moneter.

Proyeksi Pertumbuhan GDP Real, Sumber:Barclays (2023)
Proyeksi Pertumbuhan GDP Real, Sumber:Barclays (2023)

 

IMF Ramal PDB Global Capai 2,9% pada 2024

Selanjutnya, IMF juga memprediksi pertumbuhan PDB global menjadi 2,9% pada tahun 2024 atau melambat jika dibandingkan dengan rata-rata historis tahun 2000-2019 yang berada di level 3,8%. Sedangkan untuk wilayah negara dengan perekonomian maju diproyeksikan akan memiliki pertumbuhan PDB sebesar 1,4%. Angka itu jauh di bawah rata-rata historis (2000-2019) sebesar 3,8%. Selanjutnya, untuk wilayah negara berkembang dan ekonomi berkembang diproyeksikan memiliki pertumbuhan PDB sebesar 4% pada 2024.

Proyeksi Pertumbuhan GDP, Sumber: IMF (2023)

 

Kondisi PDB dapat mempengaruhi respon investor terhadap pasar. Artinya, saat PDB bertumbuh positif maka perekonomian berjalan dengan baik dan cenderung optimis. Prospek perusahaan yang membuat harga saham perusahaan pun terapresiasi.

Sebaliknya, apabila PDB terkontraksi maka pasar saham juga berpotensi terkoreksi karena future revenue dan earning perusahaan diproyeksikan menurun. Penurunan dipicu oleh sikap konsumen yang mulai menekan pengeluaran. Dampak lainnya, perusahaan akan memangkas operasional yang berujung pada pemotongan biaya dan pekerja. Imbasnya, angka pengangguran akan tinggi dan ketidakpastian lebih lanjut tentang masa depan.

Pertumbuhan Tingkat Inflasi Melandai, Penurunan Suku Bunga

Menurut IMF, inflasi global diperkirakan akan terus menurun, dari 8,7% pada 2022 menjadi 6,9% pada 2023 dan 5,8% pada 2024. Hal ini disebabkan karena kebijakan moneter yang lebih ketat dibantu oleh harga komoditas global yang melemah. 

US CPI Inflation Rate, Sumber: Bloomberg (2023)
US CPI Inflation Rate, Sumber: Bloomberg (2023)

 

Sejak 2022, The Fed menaikkan suku bunga acuannya secara agresif. Bayangkan saja, The Fed menaikkan suku bunga acuannya dari 0% di Februari 2022 menjadi 5,25-5,5% per November 2023. Hal itu dilakukan demi meredam inflasi AS yang meradang. Bahkan, saking kronisnya, inflasi AS sempat mencapai 9,1% secara tahunan pada Juni 2022.

Untungnya, inflasi AS perlahan mulai landai memasuki tahun ini. Pada November 2023, inflasi AS berada di level 3,1% alias jatuh terjerembab dari level puncaknya di Juni 2022. 

Meski inflasi AS belum menyentuh target The Fed yaitu 2%, data tersebut tentu membuat The Fed mempertimbangkan kembali kebijakan moneter agresifnya. Akhirnya, pada rapat FOMC Desember 2023, The Fed pun mengaku membuka peluang untuk menurunkan suku bunga acuan “beberapa kali” di tahun depan.

The Fed Diprediksi Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Empat Kali

Pada rapat tersebut, The Fed merencanakan akan menurunkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali di tahun depan. Namun, konsensus analis melalui survei terhadap 49 ekonom yang dilakukan Bloomberg pada awal Desember, memproyeksikan The Fed akan memangkas suku bunga acuan empat kali pada tahun depan. Pemangkasan itu dengan total pengurangan suku bunga acuan sebesar 100 basis poin dan dimulai pada Juni 2024. Hal itu pun sesuai dengan prediksi penurunan tingkat inflasi ke level 2,7% sampai dengan akhir 2024.

US Federal Funds Target Rate, Sumber: Bloomberg (2023)
US Federal Funds Target Rate, Sumber: Bloomberg (2023)

 

Di samping itu, analis juga memperkirakan bahwa pemangkasan itu akan berlanjut di 2024 dan 2025 yang menyebabkan tingkat suku bunga acuan menjadi 4,5% dan 3,25% di masing-masing akhir tahun-tahun tersebut.

Kendati demikian, efek dari pemangkasan suku bunga acuan baru bisa dirasakan 12-18 bulan kemudian karena kehadiran lagging effect. Namun, tetap saja pemangkasan suku bunga acuan akan memikat investor untuk membenamkan kembali dananya di aset berisiko, termasuk pasar saham.

 

Softlanding Perekonomian Terhadap Harga Saham

Istilah 'soft landing' menjadi topik perbincangan hangat di kalangan ekonom akhir-akhir ini, dimana diproyeksikan pada tahun 2024, seperti inilah kondisi perekonomian di USA. Kondisi perekonomian seperti ini menggambarkan kegiatan ekonomi yang moderat, di mana ekonomi melambat cukup untuk mengekang inflasi dan mempertahankan pertumbuhan lapangan kerja tanpa jatuh ke dalam resesi. Apabila dikaji dari tingkat pengangguran pada tahun 2023, tingkat tersebut bertahan di 3,7% pada periode November. Angka itu  sedikit naik dari level terendah 3,4% yang tercatat pada April, dan level tertinggi pada Oktober di 3,9%. Nilai tersebut juga lebih rendah dari rata-rata jangka panjang (long term average) tingkat pengangguran di 5,71%. 

Seperti yang bisa kita lihat pada grafik di bawah, inflasi (PCE) & tingkat pengangguran berada dalam tren penurunan beberapa bulan terakhir, ditunjang oleh pertumbuhan ekonomi real yang masih positif. Kondisi inilah yang menggambarkan perekonomian Amerika ke arah soft landing, sesuai dengan harapan The Fed. Pengetatan ekonomi dikondisikan agar tidak menyebabkan hyperinflation namun juga pertumbuhan ekonomi jangan sampai berada pada kondisi negatif yang dapat berujung pada resesi.

 

Inflasi PCE vs Tingkat Pengangguran (EHUPUS) vs Pertumbuhan Ekonomi Real (EHGDUSY). Source: Bloomberg (2023)
Soft Landing—Inflation Has Fallen Sharply Across DM and EM. Source: Goldman Sach (2023)
Soft Landing—Inflation Has Fallen Sharply Across DM and EM. Source: Goldman Sach (2023)

 

Sektor yang Diuntungkan Dalam Kondisi Soft Landing

Pada kondisi perekonomian soft landing atau disebut juga periode “Goldilocks” bagi para bankir, terdapat beberapa sektor yang diuntungkan seperti sektor consumer discretionary, industrials dan materials. 

 

Hubungan Siklus Ekonomi dengan Industri. Sumber: Fidelity (2023)
Hubungan Siklus Ekonomi dengan Industri. Sumber: Fidelity (2023)
Hubungan Siklus Ekonomi dengan Aset Investasi. Sumber: Hedgeye (2023)
Hubungan Siklus Ekonomi dengan Aset Investasi. Sumber: Hedgeye (2023)

 

Sektor Consumer Discretionary berisikan perusahaan-perusahaan yang menjadi non-essential goods and services. Sektor tersebut menitikberatkan pada tingkat optimisme atau kepercayaan konsumen terhadap kondisi perekonomian yang semakin membaik ke depannya, dan pulihnya tingkat belanja masyarakat (consumer expenditure). Pelonggaran kebijakan moneter berdampak pada pulihnya demand dari perusahaan-perusahaan yang berada di sektor Consumer Discretionary. Ini karena masyarakat berpotensi membelanjakan uang yang dimilikinya dibandingkan menyimpannya. Berikut adalah rekomendasi analis terhadap perusahaan yang berada di Sektor Consumer Discretionary:

 

Industry Top PicksRecommended byPotential Upside (%)
Automobile IndustryGM
RIVN
LI
Morgan Stanley, BNP Paribas
Goldman Sachs, Barclays
Goldman Sachs, Morgan Stanley

24,8%

23,0%

53,8%

Auto Components IndustryGPC
AZO
JP Morgan, Morningstar
Wells Fargo, JP Morgan

12,6%
13,6%

Leisure ProductsMATMorgan Stanley, Citi, Morningstar

27,1%

MediaDIS Macquarie, Citi, Morgan Stanley

16,1%

Retail 

AMZN


BABA

Morgan Stanley, Wells Fargo, Citi

Morgan Stanley, HSBC, Nomura

21,2%


65,3%

Textile, Apparel, and Luxury Goods

UAA


NKE

Morningstar, Redburn Atlantic


RBC Capital, JP Morgan, Citi

88,2%


15,2%

Hotels, Restaurants, and Leisure

CCL 


LVS

Macquarie, Citi, JP Morgan


Barclays, JP Morgan, Citi

22,4%


22,3%

Disclaimer: target harga untuk satu tahun kedepan

Saham Pilihan Analis berdasarkan Valuasi. Sumber: Bloomberg (2023)

 

Ke depannya, sektor consumer discretionary diprediksi akan terus bertumbuh, seiring dengan pertumbuhan pendapatan perusahaan. Sehingga, ekspektasi terhadap P/E pun bertumbuh. Sekarang ini, sektor consumer discretionary memiliki 1Y P/E mean di angka 28,12x. Selanjutnya, secara keseluruhan, berdasarkan S&P500 Consumer Discretionary Index menunjukan ada pertumbuhan harga sebesar 35,53% dalam kurun waktu satu tahun ke belakang. P/E dari sektor ini diperkirakan akan memiliki trailing P/E sebesar 30,1x pada tahun 2024.

 

 

Sektor barang industri (industrials) adalah kategori yang terdiri dari perusahaan yang membuat atau menjual mesin, peralatan, atau persediaan dalam manufaktur dan konstruksi. Sektor ini mengalami underperformed apabila kondisi perekonomian sedang menurun karena perusahaan menunda ekspansi dan memproduksi lebih sedikit barang.

Namun sebaliknya, dengan pemulihan perekonomian, industri ini menjadi frontliner yang diuntungkan akibat event tersebut. Hal itu sekaligus memungkinkan terjadinya ekspansi untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Kinerja industri didorong oleh penawaran dan permintaan untuk konstruksi bangunan di segmen perumahan, komersial, dan real estate industri, serta permintaan untuk produk manufaktur. 

 

Industry Top PicksRecommended byPotential Upside (%)
AirlinesDAL Deutsche Bank, Citi, Morgan Stanley

28,2%

Transportation and LogisticsFDXCiti, JP Morgan, HSBC

16,7%

Construction Equipment and Building SuppliesGEBarclays, Goldman Sachs, JP Morgan, Wells Fargo, Deutsche Bank

9,1%

 

Harga Saham Sektor Industrial Diramal Tumbuh 11,2%

Adapun saat ini, sektor industrial memiliki 1Y P/E mean di angka 26,3x. Selanjutnya, secara keseluruhan, berdasarkan S&P500 Industrials Index menunjukan pertumbuhan harga sebesar 11,2% dalam kurun waktu satu tahun ke belakang. Ke depannya, Damodaran memproyeksikan bahwa industri airlines akan memiliki trailing P/E sebesar 12,33x untuk tahun 2024. Kemudian untuk transportation and logistics serta construction equipment and building supplies diproyeksikan akan memiliki trailing P/E sebesar 27,0x dan 63,1x.

 

 

Sektor bahan dasar (materials) adalah kategori industri yang terdiri dari bisnis yang bergerak dalam penemuan, pengembangan, dan pengolahan bahan baku, pertambangan dan pemurnian logam, produk kimia, dan produk kehutanan. Sektor ini diuntungkan saat ekonomi tumbuh karena permintaan konsumsi ikut terkerek. Di sisi lain, sektor ini dapat dikatakan sebagai supporting parts dalam pemenuhan demand konsumsi. Berikut adalah rekomendasi saham dalam sektor materials:

 

Industry Top PicksRecommended byPotential Upside (%)
ChemicalsAPD Mizuho, Morgan Stanley, Citi

13,2%

Metals and Mineral

XOM


VALE


CVX

Wells Fargo, Morningstar, DBS


Citi, Morningstar, JP Morgan


Morgan Stanley, BNP Paribas

22,4%


10,1%

 

19,0%

Saat ini, sektor materials memiliki 1Y P/E mean di angka 21,1x. Selanjutnya, berdasarkan S&P500 Materials Index, menunjukan pertumbuhan harga sebesar 5,5% dalam kurun waktu satu tahun ke belakang. Ke depannya, Damodaran memproyeksikan bahwa industri kimia akan memiliki trailing P/E yang berada di rentang 12,4x- 30,5x untuk tahun 2024. Kemudian untuk sektor metals and mineral diproyeksi memiliki trailing P/E sebesar 33,1x pada tahun 2024. 

 

 

Valuasi di luar “Magnificent 7” Masih Wajar

Namun, diluar dari industri yang diuntungkan dengan adanya ekonomi soft landing, saham-saham teknologi yang memiliki weighting terbesar di indeks S&P500, juga dapat dijadikan konsiderasi walau harga sahamnya sudah relatif mahal namun sektor ini tergolong memiliki prospek cerah ke depannya. 

 

Valuasi Indeks Saham Amerika berdasarkan indikator P/E & Imbal Hasil Sektor di 2023, Sumber: UBS (2023)

 

Booming AI yang terjadi sepanjang 2023 telah membuat saham Magnificent 7 yang terkait erat dengan kecerdasan buatan (AI) melonjak signifikan. Jika dilihat dari indikator P/E, valuasi dari Magnificent 7 berada di sekitar 27x P/E yang menandakan sudah relatif mahal dibandingkan kinerjanya selama 10 tahun terakhir walaupun masih cukup jauh berada di bawah level tertingginya pada 2020 di 40x P/E. 

Sementara itu, indeks S&P 500 dan indeks S&P 500 di luar Magnificent 7 (S&P 493) tercatat relatif lebih murah dan sejalan dengan performa historikalnya dalam 10 tahun terakhir. Enam sektor dengan P/E rendah (relatif murah) dalam indeks S&P 500 adalah sektor energi (10.95x P/E), finansial (15,8x P/E), utilities (18x P/E), materials (19x P/E), consumer staples (20,4x P/E), dan industrials (21.5x P/E). Sektor-sektor tersebut merupakan salah satu sektor yang belum “price-in” dan berpotensi besar untuk terapresiasi jika ditinjau dari analisa fundamental.

 

Pertimbangkan Sektor Energi dan Finansial

Selain itu, sektor energi dan finansial juga menarik untuk dilirik. Hal ini disebabkan karena harga perusahaan pada sektor tersebut sedang terdiskon apabila dibandingkan dengan kondisi historical-nya. 

Misalnya saja seperti indeks S&P500 sektor energi, dalam jangka waktu 3 tahun kebelakang, P/E sektor ini sudah terdiskon cukup dalam. Ke depannya dengan semakin meningkatkan harga komoditas, maka akan terjadi pertumbuhan positif pada top-line growth. Kemudian, akan berlanjut terus sampai pertumbuhan EPS perusahaan yang membuat P/E multiple kembali terapresiasi. 

 

P/E multiple dari S&P500 Sektor Energi, Sumber: Bloomberg (2024)

 

Berikut adalah rekomendasi analis terhadap saham-saham yang berada di sektor energi:

 

Industry Top PicksRecommended byPotential Upside (%)
Oil and Gas

HES


XOM


EOG


SLB
 

Wells Fargo, Citi, Mizuho Securities


JP Morgan, Wells Fargo

Mizuho Securities, RBC Capital 

JP Morgan, Goldman Sachs, Citi

18,7%


25,4%


25,0%


37,8%

 

Untuk sektor finansial, berdasarkan indeks S&P500 financials index memiliki P/E sebesar 22.5x. Di mana P/E dari sektor ini juga sudah cukup terdepresiasi. Ke depannya ketika The Fed memangkas suku bunga, harga saham sektor ini diharapkan terapresiasi. Hal ini seiring dengan insentif pengambilan kredit dengan tingkat suku bunga yang rendah oleh perusahaan-perusahaan untuk melakukan ekspansi. 

 

P/E multiple dari S&P500 Sektor Finansial, Sumber: Bloomberg (2024)

 

Berikut adalah rekomendasi analis terhadap saham-saham yang berada di sektor finansial:

 

Industry Top PicksRecommended byPotential Upside (%)
Banks

WFC

Goldman Sachs, Deutsche Bank

16,9%

Fintech 

PYPL

Morgan Stanley, DBS Bank

19,6%

 

Mulai Perjalanan Investasimu dengan Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!

Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!

Ditulis oleh
channel logo

Kevin Reviro

Right baner

Kevin Reviro

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
saham AS ahead
The Week Ahead - Saham AS 28 Agustus 2023
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1