Alphabet (GOOG) akan merilis laporan keuangan 1Q25 pada Jumat (26/04). Dengan dominasi pasar di sektor pencarian dan iklan digital, pendapatan GOOG diperkirakan naik 10% YoY, ditopang AI dan YouTube. Sahamnya kini diperdagangkan di P/E 11x dengan target harga US$208. Simak analisanya di sini!
Miliki saham $GOOG mulai dari Rp10.000 dan tingkatkan potensi profit hingga 4x dengan fitur Leverage.
💸Nikmati 0% bunga leverage hingga tanggal 31 Mei 2025💸
Maksimalkan peluang profit kamu dengan beli Call Options.
💸Nikmati biaya trading gratis hingga $30 selama 30 hari sejak transaksi options pertama khusus untuk pengguna baru Options!💸
Beli Call Options $GOOG di Sini!
Siapa yang tak kenal dengan Alphabet Inc. ($GOOG)? Perusahaan satu ini adalah salah satu dari tiga konglomerasi terbesar di dunia sekaligus menjadi induk usaha raja internet, Google.
Google sendiri memang menjadi cikal bakal dari Alphabet. Awalnya, Google didirikan pada 1998 oleh duo Larry Page dan Sergey Brin dan melempar sahamnya ke bursa saham untuk pertama kalinya pada 2004. Namun, setelah melakukan restrukturisasi pada 2015, Google kemudian dimasukkan sebagai anak usaha dari Alphabet.
Sebagai anak usaha andalan Alphabet, Google menopang 99% pendapatan perusahaan. Adapun 85% pendapatan Google berasal dari pemasangan iklan daring, sementara sisanya berasal dari penjualan aplikasi di Google Play, pemasangan konten di YouTube, dan peralatan smart home seperti Nest dan Google Home.
Untuk memperoleh penjelasan lebih detail, Sobat Cuan bisa menyimak rincian segmen usaha Google berikut ini.
Berbincang mengenai mesin pencarian, Google bisa dibilang sebagai “juara abadi” di sektor tersebut. Betapa tidak, hingga Januari 2025, Google menguasai 78.8% pangsa pasar sektor mesin pencarian (search engine) secara global alias jauh mengungguli pesaing-pesaingnya. Hal ini pun tak lepas dari keputusan raksasa teknologi dunia, seperti Samsung dan Apple, yang menggunakan Google sebagai mesin pencarian bawaan (default) di gawai-gawai populernya.
Salah satu strategi Google untuk mempertahankan pangsa pasarnya adalah dengan membayar Apple sebesar US$20 juta pada tahun 2024 (estimasi) agar Apple menggunakan search engine Google pada seluruh produk yang dirilis oleh Apple. Hal ini juga menguntungkan bagi Google karena Google dapat memperbesar cakupan audiens nya yang membuat perusahaan memiliki potensi untuk meningkatkan harga pemasangan iklan seiring dengan penambahan jumlah audiens.
Tahtanya sebagai juara search engine akan sulit digeser oleh kompetitornya karena Google telah menciptakan business model dengan sistem revenue sharing atau dengan kata lain perusahaan yang menjalin kerjasama dengan Google juga ikut kecipratan mendapatkan pendapatan yang diperoleh dari transaksi di produk-produk Google yang terpasang di gawai-gawai penggunanya. Sehingga, jika perusahaan-perusahaan tersebut dipaksa “bercerai” dengan Google, maka pendapatan mereka pun berpotensi ikut menyusut.
Sebagai respons terhadap kemajuan pesat dalam AI generatif, Google meluncurkan chatbot AI-nya sendiri yang bernama Gemini, yang dikembangkan oleh Google DeepMind. Gemini adalah model bahasa besar multimodal yang dirancang untuk memproses dan menghasilkan teks, gambar, dan audio. Model Gemini 2.5, yang dirilis pada Maret 2025, memperkenalkan kemampuan penalaran, memungkinkan AI untuk berhenti sejenak dan “berpikir” sebelum memberikan jawaban.
Selain itu, Google telah mengintegrasikan fitur AI ke dalam produknya. Search Generative Experience (SGE), yang kini dikenal sebagai AI Overviews, menyediakan ringkasan hasil pencarian yang dihasilkan oleh AI, sehingga meningkatkan pengalaman pengguna.
Google juga telah mengimplementasikan AI didalam produk-produknya, misalnya dengan memasang teknologi AI di Google Search dan YouTube agar iklan-iklan yang ditayangkan ke pengguna sesuai dengan konten-konten yang mereka cari atau tonton sebelumnya. Hal tersebut merupakan dampak positif dari integrasi Google Search dan YouTube dengan teknologi chatbot besutan perusahaan bernama Bard. Hal ini diharapkan membuat pemasangan iklan di platform-platform Google menjadi lebih efektif dan tepat sasaran.
Upaya tersebut bisa dibilang sudah berbuah manis. Saat ini, perusahaan mencatat bahwa ~80% dari total layanan periklanan di Google Search dan YouTube telah diproses melalui teknologi AI, mulai dari proses pembuatan konten iklan hingga bagaimana iklan-iklan itu bisa ditampilkan ke pengguna di momentum yang tepat.
Dengan adanya dukungan internal yang kuat, Google diproyeksikan akan mendapatkan keuntungan yang besar dengan adanya pengembangan AI ini, terlebih ukuran pasar dari dari mesin pencarian diproyeksikan akan tumbuh dari USD 185,4 miliar pada tahun 2024 dan diproyeksikan akan mencapai USD 477,08 miliar pada tahun 2033, dengan mencatatkan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 11% selama periode proyeksi dari 2025 hingga 2033.
Integrasi teknologi AI tersebut, plus basis pengguna yang masif dan ekosistem yang besar, diharapkan dapat memperkokoh posisi Google di sektor mesin pencarian yang diramal bakal terus bertumbuh setiap tahun.
Operasi Quantum AI Google berpusat di Santa Barbara, California, tempat di mana prosesor Willow dikembangkan. Lokasi ini menjadi bagian dari ekosistem pusat komputasi kuantum yang lebih luas di AS, termasuk kota seperti Boston, Chicago, dan Boulder, yang secara aktif mendorong kemajuan teknologi kuantum. Google, melalui divisi Quantum AI-nya, telah mencatat kemajuan signifikan dalam komputasi kuantum, dengan tujuan merevolusi berbagai industri seperti farmasi, energi, dan ilmu material.
Prosesor Willow
Pada Desember 2024, Google memperkenalkan prosesor Willow, sebuah chip kuantum superkonduktor dengan 105 qubit. Willow mencapai pencapaian besar dengan menyelesaikan tugas Random Circuit Sampling dalam waktu 5 menit—sebuah operasi yang akan memerlukan waktu 10 septiliun tahun jika dijalankan di superkomputer klasik. Kemajuan ini menunjukkan lompatan besar dalam koreksi kesalahan kuantum dan kecepatan komputasi.
Tim Quantum AI Google yang dipimpin oleh Hartmut Neven memproyeksikan bahwa aplikasi komputasi kuantum yang praktis akan muncul dalam 5 hingga 10 tahun ke depan. Aplikasi ini diperkirakan akan berdampak pada bidang penemuan obat, desain baterai, dan sistem energi.
Investasi Strategis
SandboxAQ
SandboxAQ, sebuah spin-off dari Alphabet, fokus pada pengembangan Large Quantitative Models (LQMs) dengan menggunakan komputasi kuantum untuk analisis data kompleks. Pada April 2025, perusahaan ini memperoleh pendanaan tambahan sebesar USD 150 juta, sehingga total pendanaannya menjadi USD 950 juta. Google menjadi investor utama, menegaskan komitmennya terhadap pengembangan teknologi kuantum.
QuEra Computing
Google Quantum AI juga berinvestasi di QuEra Computing, startup yang mengembangkan komputasi kuantum atom netral. Teknologi QuEra bertujuan membangun komputer kuantum yang skalabel dan toleran terhadap kesalahan, dengan aplikasi di bidang ilmu material, farmasi, dan keuangan. Kemitraan ini menunjukkan strategi Google untuk mendiversifikasi pendekatan komputasi kuantumnya.
Alphabet meraup pendapatan US$80,5 miliar di 1Q24 atau tumbuh lebih dari 15,4% YoY. Diproyeksikan pada 1Q25, pendapatan perusahaan berada di level US$89,1 miliar (+10.7% YoY). Peningkatan pendapatan GOOG disebabkan oleh kenaikan pendapatan dari google service dari US$70,4 miliar di 1Q24 menjadi US$76,4 miliar pada 1Q25.
Pertumbuhan pendapatan itu juga bisa dikatakan didorong oleh besarnya ukuran ekosistem Google. Dengan kata lain, hanya dengan membuat satu akun saja, pengguna bisa menikmati serangkaian produk-produk unggulan Google seperti Chrome, Google Mail, YouTube, Google Search, Android, dan Google Play Store.
Nah, luasnya ekosistem tersebut sukses membuat penggunanya susah berpaling dari Google. Bahkan, menurut data terakhir, terdapat lebih dari 2 miliar pengguna yang menikmati masing-masing aplikasi yang ditawarkan Google.
Ternyata, hal tersebut juga berimbas positif bagi pendapatan iklan Google. Pemasang iklan tentunya semakin pede untuk mempromosikan produk-produknya melalui aplikasi-aplikasi di bawah naungan Google setelah melihat basis pengguna Google yang sangat masif. Akibatnya, iklan-iklan yang dipasang di Google pun sukses mendatangkan penghasilan US$61,7 miliar pada 1Q24 dan pada 1Q25 angka ini naik cukup signifikan menjadi US$66,4 miliar.
Segmen komputasi awan Google, Google Cloud berhasil membukukan performa yang memukau di tahun 2024. Segmen ini menyumbangkan revenue sebesar US$9,6 miliar pada 1Q24 dan pada 1Q25 diproyeksikan naik menjadi US$12,3 miliar. Selanjutnya, Google Cloud juga diproyeksikan membukukan keuntungan operasional sebesar US$1,9 juta pada 1Q25.
Walaupun segmen ini jarang di dengar oleh masyarakat umum, nyatanya kita sering loh menggunakan layanan google cloud ini. Contohnya seperti:
Model Gemini 1.5 terintegrasi secara mendalam ke dalam Vertex AI dan tersedia bagi pelanggan perusahaan melalui Google Cloud. Produk internal seperti Gmail, Docs, dan Sheets menggunakan model Gemini yang dihosting di infrastruktur Google Cloud. Ini menjadikan Cloud sebagai mesin utama di balik strategi AI Google — baik untuk aplikasi internal maupun bisnis eksternal.
Workspace (Gmail, Docs, Meet, Drive) dibangun di atas infrastruktur Google Cloud. Pelanggan Workspace Enterprise mendapatkan fitur AI seperti: Balasan & penulisan cerdas di Gmail, Dokumen yang dibuat otomatis, dan Ringkasan rapat di Meet. Gemini untuk Workspace dijual sebagai lapisan premium, yang terhubung langsung ke sistem penagihan dan manajemen Cloud.
YouTube memanfaatkan Google Cloud untuk: Pengiriman konten & optimisasi streaming, Moderasi AI dan sistem rekomendasi dan Analitik real-time untuk kreator dan pengiklan. Model AI untuk pemilihan thumbnail, penargetan iklan, dan deteksi hak cipta dijalankan di pod TPU Cloud.
Infrastruktur data dan mesin bidding real-time Google Ads berjalan di Google Cloud. Cloud mendukung: BigQuery untuk analitik pengiklan, Model AI/ML untuk penargetan iklan, prediksi kata kunci, dan deteksi penipuan dan Dashboard DV360 & Campaign Manager
Google Cloud menyediakan layanan backend untuk: Mengelola pembaruan Android dan integrasi API, Menyokong rekomendasi Play Store dan deteksi penipuan dan Menghosting alat pengembang dan Firebase. Setiap pengembang Android secara tidak langsung menggunakan Google Cloud melalui Firebase, Cloud Functions, atau API AI.
Pada tahun 2024, Alphabet membukukan laba kotor dan laba bersih masing-masing sebesar US$203,8 miliar (GPM: 58,2%) dan US$98,5 miliar (NPM: 28,2%). Meski nilai laba tersebut terbilang mumpuni, Alphabet tidak membagikan dividen dan justru menaruhnya sebagai laba ditahan (retained earnings) demi membiayai pengembangan inovasi-inovasi baru.
Secara keseluruhan, perusahaan terus memiliki margin yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Bahkan di 1Q25 diproyeksikan perusahaan akan memiliki EPS sebesar US$2,06 (+13,43% YoY)
Data Bloomberg menunjukkan bahwa valuasi perusahaan dari segi rasio nilai perusahaan terhadap laba sebelum pajak, bunga, amortisasi, dan depresiasi (P/E) berada di level 11,4x per 15 April 2025 atau terdiskon dibandingkan dengan kompetitornya yang memiliki P/E di level 12,7x.
Sementara itu, analis menganggap bahwa valuasi wajar dari Alphabet Inc berada di US$208,12.
- Departemen Kehakiman AS (DOJ) pada tahun 2024 memutuskan bahwa Google melanggar undang-undang antitrust karena dominasi mereka dalam pencarian dan penggabungan browser.
- Remedi yang diusulkan termasuk melepas Chrome atau Android, atau mengakhiri kesepakatan pencarian default (misalnya, dengan Apple).
- Undang-Undang Pasar Digital (Digital Markets Act) Uni Eropa juga semakin memperketat pembatasan terhadap ekosistem Google.
Hal ini dapat membuat GOOG harus membayar denda regulasi dapat mencapai miliaran dolar, bahkan kehilangan pendapatan inti (Pencarian, Play Store, Iklan) mungkin mengalami perubahan struktural, yang dapat mengurangi margin dan jangkauan pengguna.
Gemini dari Google bersaing langsung dengan ChatGPT dari OpenAI, Copilot dari Microsoft, dan Claude dari Anthropic. Jika tertinggal dalam performa model, pengalaman pengguna (UX), atau adopsi oleh developer, posisi Google bisa melemah.
Selain itu terdapat juga risiko investasi dimana meskipun menjanjikan, investasi Google dalam komputasi kuantum (misalnya prosesor Willow) bersifat jangka panjang dan berisiko tinggi, dengan hasil komersial yang belum pasti.
Lebih dari 75% pendapatan Alphabet masih berasal dari periklanan. Penurunan belanja iklan (karena faktor makroekonomi atau persaingan dari TikTok, Amazon Ads, dll.) dapat berdampak signifikan pada laba.
Download aplikasi Pluang untuk investasi di 1000+ pilihan aset yang mencakup Saham AS & ETF, Options Trading untuk Saham AS & ETF, Aset Crypto, Crypto Futures, Emas, dan juga puluhan produk Reksa Dana, semua mulai dari Rp10.000 saja! Di Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena Pluang sudah bekerja sama dengan mitra-mitra tepercaya yang memiliki izin dan diawasi oleh lembaga pemerintah terkait. Yuk, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Marcella Kusuma
Marcella Kusuma
Bagikan artikel ini