CRM akan melaporkan kinerja keuangannya sepanjang 4Q23 pada hari Kamis (29/2) dini hari. Sebagai perusahaan perangkat lunak yang memiliki wilayah operasional utama di Amerika, CRM mampu menancapkan kuku dengan kuat dan mampu bersaing mengalahkan kompetitornya. Simak selengkapnya di sini!
Salesforce Inc adalah pelopor penyedia layanan solusi komputasi awan dengan fokus pada manajemen hubungan pelanggan atau CRM. Saat ini, model perusahaan yang dikenal sebagai perangkat lunak menjadi layanan, atau SaaS. Salesforce adalah pemimpin global dalam perangkat lunak manajemen hubungan pelanggan (CRM) berbasis cloud dengan market share sebesar 23,8% secara global (2021).
Sejak didirikan pada 1999 silam, CRM kini menjelma menjadi salah satu perusahaan software paling bonafide sejagat. Per 8 Februari 2024, nilai kapitalisasi pasarnya sukses menembus US$280,7 miliar.
Saat ini, perusahaan memfokuskan aktivitasnya pada 2 segmen bisnis utama. Keduanya berhasil menyumbang pendapatan US$31,4 miliar bagi perusahaan pada 2022, tumbuh 18,3% dibanding setahun sebelumnya.
Kedua segmen bisnis itu terdiri dari:
1. Subscription & Support. Pendapatan berlangganan menyumbang 92,6% dari total pendapatan. Pendapatan yang diakui adalah berupa biaya berlangganan untuk mengakses layanan cloud perusahaan (SaaS – perangkat lunak sebagai layanan). Selain itu, konsesi lisensi perangkat lunak (SaaP – perangkat lunak sebagai produk) juga termasuk ke dalam recurring revenue. Adapun penawaran layanan berlangganan adalah untuk sales cloud, service cloud, platform cloud dan lainnya, pemasaran dan perdagangan cloud, serta cloud data.
2. Professional Services & Others. Layanan ini terkait dengan penawaran lain oleh perusahaan seperti pemetaan proses, manajemen proyek, layanan implementasi dan sumber pendapatan lainnya. Sedangkan, pendapatan lain-lain terdiri dari biaya pelatihan dan konsultasi. Perusahaan juga menawarkan sejumlah kelas pelatihan tentang menerapkan, menggunakan, dan mengelola layanan mereka yang biasanya ditagih per orang ataupun per kelas. Segmen ini menyumbang 7,4% dari total keseluruhan pendapatan perusahaan sepanjang 2022.
Meski menancapkan kuku kuat di sektor software, CRM masih memiliki pesaing yang siap menjegalnya di kompetisi industri komputasi awan seperti Microsoft, SAP, Oracle dan Adobe.
Ukuran pasar industri CRM secara global bernilai US$76,6 miliar pada 2021 dan diperkirakan menunjukan pertumbuhan sebesar 13,5% per tahun atau compounded annual growth rate (CAGR) dari 2022 sampai 2030. Pertumbuhan ini didorong oleh inovasi AI yang memiliki dampak besar pada spesialisasi industri dan berbagai sektor.
Dengan kemajuan dalam pengumpulan data secara real-time, inter-konektivitas, dan kapasitas pembelajaran mesin, permintaan untuk AI dalam CRM diperkirakan akan mendorong selama tahun-tahun perkiraan. Seiring dengan penggunaan AI dalam teknologi modern menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Dengan demikian, kebutuhan untuk implementasi AI ke dalam perangkat lunak CRM untuk meningkatkan kepuasan klien juga berkembang.
Perusahaan telah menandatangani perjanjian definitif untuk mengakuisisi Spiff. Spiff adalah bisnis yang bergerak dibidang perangkat lunak untuk memetakan komisi penjualan dan pelacak komisi yang mengotomatiskan perhitungan komisi manual. Platform Spiff dapat menyederhanakan sistem manajemen perusahaan yang memudahkan divisi keuangan, operasi, penjualan, dan SDM untuk bekerja secara kolaboratif.
Pasca akuisisi, pendapatan Spiff akan dimasukan kedalam segmen sales cloud (subscription and support). Adapun sinergi yang diberikan adalah peningkatkan solusi manajemen kinerja penjualan CRM (top-line growth) sekaligus menambahkan portofolio subscription app. Adapun diproyeksikan segmen sales cloud dapat bertumbuh sebesar 8,3% CAGR 2023-2028.
Industri perangkat lunak bukanlah industri recehan. Selain digunakan sebagai inti dari seluruh perangkat teknologi di dunia, software services juga memiliki ukuran pasar yang jumbo. Nah, ukuran pasar yang menggiurkan tersebut tentu tidak akan disia-siakan oleh CRM. Untungnya, perusahaan sejauh ini telah menunjukkan komitmennya untuk menciptakan inovasi-inovasi baru di jagat perangkat lunak.
Sebagai buktinya, CRM menganggarkan dana research and development senilai US$5,1 miliar pada 2022, yang menunjukan pertumbuhan pesat sebesar 28% CAGR 2018-2022.
Selain itu, Salesforce juga meluncurkan data baru dan alat bertenaga AI untuk pemasar ritel, merchandiser ritel, dan pembeli. Inovasi untuk pemasar ritel termasuk wawasan prediktif tentang potensi pendapatan promosi di masa depan, pembuatan segmen berdasarkan petunjuk AI generatif, dan alat pembuatan konten (konten visual, baris subjek email, dan salinan tubuh).
Bicara soal raihan pendapatan, CRM boleh saja berbangga diri. Pasalnya, perusahaan selalu mencatat pertumbuhan pendapatan yang positif dalam beberapa tahun terakhir.
CRM berhasil menghimpun pendapatan US$31,4 miliar atau tumbuh 18,3% secara tahunan pada 2022, dan 24,0% jika dihitung secara CAGR sejak 2018, di mana segmen subscription and support yang selalu memiliki proporsi diatas 92% terhadap total pendapatan perusahaan.
Menurut ramalan analis, secara short-term, CRM diharapkan bisa membukukan pendapatan sebesar US$34,8 miliar pada Kamis (29/2) dini hari. Sedangkan secara long-run, CRM diproyeksikan akan memiliki pendapatan senilai US$48,2 miliar pada 2026 atau dengan pertumbuhan sebesar 11,4% CAGR dari 2022 sampai 2026.
Saat ini, platform Salesforce Commerce Cloud menampung 5.401 toko online aktif dengan total pertumbuhan positif dan berkembang cepat. Pada kuartal kedua 2023, terjadi peningkatan toko sebesar 9,9% dibandingkan kuartal sebelumnya. Selain itu, dari tahun ke tahun, berhasil membukukan pertumbuhan yang lebih mengesankan yakni dengan kenaikan 51%.
Salesforce Commerce Cloud telah digunakan diberbagai belahan dunia dengan penyumbang terbesar berasal dari Amerika Serikat. AS sebagai pemimpin paket, hosting pangsa tertinggi yakni sebesar 23,5% yang menunjukan popularitas dengan mengadopsi platform cloud milik CRM.
Selain di AS, wilayah seperti Inggris turut menyumbang pendapatan sebesar 5,7%. Kemudian juga ada Denmark dan Prancis yang juga berkontribusi secara substansial, masing-masing menampung 4,7% dan 4,0% dari toko Salesforce Commerce Cloud.
Sebagian besar toko yang menggunakan Salesforce Commerce Cloud melayani industri pakaian, terhitung sekitar 34,3% dari basis pengguna platform. Sekitar 10,5% dari toko-toko ini menawarkan produk kecantikan & kebugaran, sementara tambahan 8,6% fokus pada penyediaan barang-barang yang berhubungan dengan rumah & taman.
Bisnis model CRM tidak membutuhkan harga pokok penjualan (HPP) atau cost of goods sold (COGS) yang besar karena proses bisnisnya yang berbasis teknologi. Namun perusahaan memiliki operating expenses yang besar terutama untuk biaya research and development (R&D) serta marketing and sales expenses. Dalam lima tahun terakhir, CRM sukses mencetak tingkat pertumbuhan gross margin di atas 73%.
Selanjutnya dari sisi operating expenses, pada 2022, CRM memiliki OPEX sebesar US$21,1 miliar. Adapun 59,7% dari OPEX berasal dari selling and marketing expenses yang disusul 23,9% berasal dari research and development expenses. Hal ini turut menyebabkan net income margin (NIM) perusahaan berada di level single digit. Walaupun demikian, NIM CRM pun meningkat dari 1,8% pada 2022 menjadi 3,5% pada 2023.
Ke depannya dari sisi earning per share (EPS) pada 2024, analis memproyeksikan EPS perusahaan berada di level US$9,67 secara annual.
Berdasarkan harga penutupan 16 Februari 2024, konsensus menilai harga wajar saham Salesforce Inc ($CRM) berada di US$295,05. Lebih lanjut, apabila ditilik dari rasio harga saham terhadap labanya (rasio P/E), valuasi CRM saat ini berada di angka 29,8x PE atau lebih “murah” dibandingkan rata-rata kompetitornya sebesar 33,9x P/E.
Sebagai pelopor bisnis di bidang komputasi awan, terus melakukan inovasi, akuisisi dan tetap memiliki neraca keuangan stabil di tengah kondisi ekonomi yang tak tentu, CRM sudah sewajarnya dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan kompetitornya.
Kehadiran Marc Benioff sebagai CEO telah menjadi alasan penting bagi kesuksesan Salesforce. Dia memiliki rentetan inovatif yang tangguh dan telah membuktikan kemampuannya untuk memimpin perusahaan dalam pelaksanaan yang kuat. Jika dia meninggalkan Salesforce karena alasan apa pun, dikhawatirkan bahwa inovasi dalam produk CRM akan mundur.
Namun perlu diketahui bahwa CEO CRM juga memiliki 3,46% dari total saham beredar yang membuatkan akan terus bekerja keras untuk meningkatkan shareholder dan stakeholder value.
Karena sifat bisnis Salesforce yang menangani banyak data sensitif milik pelanggan, ditambah dengan sifat bisnisnya yang menghasilkan pendapatan berulang dari langganan, pelanggaran data pelanggan dapat menyebabkan kehilangan kepercayaan dan merusak prospek pertumbuhan di masa depan.
CRM harus terus berinovasi dalam mengembangkan teknologi AI yang terintegrasi dengan produk-produk CRM agar tidak kalah bersaing dengan kompetitornya seperti Microsoft, SAP, Oracle, dan Adobe.
Sebagai perusahaan software, perusahaan harus berani mengalokasikan biaya R&D yang semakin besar untuk menciptakan terobosan baru agar tidak tertinggal dengan kompetitornya, yang berisiko membuat CRM kehilangan pangsa pasarnya.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini