Tahukah kamu, generasi sandwich sebagai generasi orang dewasa saat ini yang harus menanggung hidup orang tua dan juga anak mereka? Yup! Studi demografis menyatakan bahwa ada sekitar 47% orang dewasa berusia 40-50 tahun yang terjebak generasi sandwich.
Di satu sisi, ia berkewajiban memberi nafkah bagi generasi di bawahnya (anak), tapi di sisi lain ia juga harus membantu generasi di atasnya (orang tua) karena mereka sudah tidak berada di usia produktf lagi. Jadi, ia ada di tengah-tengah terhimpit beban tanggungan di atas dan di bawah, layaknya sandwich.
Tekanan psikologis yang dialami oleh generasi ini bisa terjadi karena orang tua atau generasi tua tidak menyiapkan masa tuanya dengan baik. Dalam hal ini, bukan hanya kehidupan finansial yang perlu dipersiapkan, tetapi juga menjaga kehidupan kesehatan.
Fakta kemudian membuktikan bahwa kebiasaan ini sebenarnya juga sudah menjadi turunan di Indonesia. Seperti apa contoh tersebut terjadi di Indonesia? Contoh klasik yang sering terjadi adalah sebagai berikut: Orang tua akan mengikuti anaknya untuk “nebeng” biaya hidup. Kemungkinan besar, lantaran uang pensiunannya sudah habis atau bahkan tidak mempersiapkan uang pensiun sama sekali.
Sementara itu sebaliknya, alasan anak menanggung orang tua adalah karena anak ingin berbakti kepada orang tua dan memang tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Hanya yang jadi permasalahan adalah ketika anak tidak mempunyai kemampuan finansial untuk membiayai kehidupan orang tua dan juga keluarganya sendiri.
Well, dalam memenuhi kebutuhan orangtua dan keluarga bukanlah perkara yang mudah bagi para generasi sandwich, apalagi jika penghasilan kamu terbatas.
Makanya simak tips berikut ini yuk, sobat generasi sandwich! Sebelum keuangan kamu tekor!
Baca juga: 5 Cara Memutus Mata Rantai Sandwich Generation
Untuk mencari solusi atas keadaan sandwich generation seharusnya kita berpijak dari sebab-sebabnya terlebih dahulu. Nah, menurut beberapa praktisi keuangan salah satu sebab munculnya fenomena generasi sandwich ini adalah karena generasi sebelumnya kurang memiliki persiapan untuk dirinya sendiri di masa pensiun.
Ada yang kelupaan memikirkan masa pensiun karena tidak melek finansial. Atau mungkin, mereka tidak menyangka bahwa kondisi kesehatan dan ekonominya menurun drastis.
Kadang pula, para orang tua zaman dulu terlalu fokus memenuhi kebutuhan anak, yakni generasi kita dengan membiayai pendidikan kita, mendaftarkan kita ke kursus, dan lain sebagainya. Niatnya sih mulia, yakni memberikan terbaik untuk anaknya, harapannya agar kelak memiliki kondisi yang lebih baik dari mereka. Tapi, pada akhirnya, mereka malah tidak memikirkan diri sendiri dan anak mau tak mau harus mendukung kehidupan tua mereka.
Untuk itu, kita perlu belajar tentang prioritas dan kadar pengeluaran supaya keuangan keluarga kita tetap lancar, tapi juga tetap bisa membantu orangtua.
Tips pertama adalah dengan mengetahui tujuan keuangan kita terlebih dahulu. Sebaiknya, kita membuat anggaran untuk kebutuhan bulanan yang sifatnya wajib seperti makan, membayar listrik, air, susu, popok anak (bagi yang memiliki bayi) dan lainnya dengan porsi maksimal 50% dari pendapatan.
Setelah itu, kita bisa menyisihkan anggaran lainnya untuk memenuhi gaya hidup, berdonasi, berinvestas dan menabung untuk berbagai kebutuhan. Misalnya, untuk dana darurat, dana pensiun, membeli rumah, pendidikan anak, dan lain sebagainya.
Bantuan untuk orang tua bisa masuk pos donasi jika sifatnya tidak rutin. Tetapi, jika dibutuhkan secara rutin, maka bantuan kepada orang tua dimasukan pada kebutuhan pokok yang wajib.
Baca juga: S.O.S Tanggal Tua? Ini 7 Trik Hemat yang Menyelamatkanmu dari Sikap Boros
Tidak ada salahnya untuk membuat anggaran yang realistis dalam membantu orangtua kita. Hal ini bukan karena kita terlalu perhitungan dalam arti yang negatif, tapi justru sebaliknya. Kita mencoba proporsional dalam mengelola keuangan dengan memberikan bantuan sesuai kemampuan yang kita miliki untuk mencegah sandwich generation ini menular ke anak cucu kita nantinya.
Ingatlah, bahwa salah satu penyebab fenomena sandwich generation ini adalah pembagian proporsi keuangan yang tidak seimbang dimasa produktif.
Selain itu, kurangnya melek finansial juga akhirnya menyebabkan pengelolaan keuangan generasi sebelumnya dilakukan secara alamiah saja. Mungkin, saat itu akses informasi juga tidak semudah saat ini. Saat in, kita diuntungkan dengan kemudahan akses berbagai literasi keuangan untuk mengusahakan pengelolaan keuangan yang lebih baik.
Mengenai besarannya sendiri, tentu tergantung pada kemampuan masing-masing individu, karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda.
Tapi, sebagai tips utama, jangan sampai pengeluaran tersebut mengganggu kebutuhan primer kita, terutama kewajiban kepada anak. Karena saat kita memutuskan untuk memiliki anak, kita bertanggung jawab atas kesehatan jiwa dan raga mereka. Sementara kepada orangtua, sifatnya adalah berbakti dengan membantu semampu kita.
Perlu diketahui bahwa membalas jasa-jasa orang tua kita bukan hanya dengan cara membantu dari sisi materil, tapi juga dukungan psikologis seperti perhatian dan kasih sayang jangan sampai dilupakan.
Baca juga: Gaya Hidup Mempengaruhi Rencana Keuangan, Pelajaran dari Generasi Z
Tips selanjutnya yang perlu diperhatikan sandwich generation adalah soal kesehatan orangtua. Nah, karena faktor usia menjadi salah satu aspek yang cukup berpengaruh bagi kesehatan seseorang, maka cobalah mendaftarkan mereka di program asuransi kesehatan.
Pilih asuransi kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan juga kemampuanmu dalam membayar premi tiap bulannya. Salah satu asuransi yang bisa kamu manfaatkan adalah BPJS Kesehatan.
Dengan begitu, kekhawatiranmu bisa sedikit berkurang jika sewaktu-waktu orangtua memerlukan biaya pengobatan yang besar dan kamu tidak memiliki dana. Tips ini wajib kamu lakukan sebagai sobat generasi sandwich!
Masih ingat dengan salah satu penyebab fenomena generasi sandwich ini? Ya, betul, karena generasi sebelumnya tidak sempat menyiapkan diri untuk masa pensiunnya dan tidak menyangka usia harapan hidupnya akan lama.
Walaupun kita tidak pernah tahu usia setiap orang, namun kita patut bersiap untuk tidak mengestafetkan generasi sandwich ini pada generasi berikutnya. Sehingga, kamu perlu melakukan tips keempat, yakni menyiapkan dana pensiun kita sendiri sejak dini.
Dana pensiun itu persiapannya jangka panjang. Tujuannya, agar bisa digunakan saat pensiun dan kita tidak perlu lagi mencari uang untuk memenuhi kebutuhan pokok. Makanya, yuk siapkan dana pensiun dari sekarang!
Baca juga: 4 Target Finansial para Millennial, Apa Saja?
Generasi sandwich memang hal yang sebaiknya kita hindari. Tetapi bagi kita yang sudah terlanjur masuk menjadi bagian darinya, kondisi ini tak boleh membuat kita stagnan dan patah arang.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini