Investor saat ini tengah dalam kondisi harap-harap cemas menunggu keputusan The Fed dalam Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar pada 15 dan 16 Juni di Amerika Serikat (AS). Isu yang beredar adalah, The Fed bakal melakukan tapering yang pada akhirnya akan berdampak pada kinerja investasi emas ke depan.
Hal itu terlihat pada kinerja emas pada perdagangan kemarin (14/6) yang merosot ke level US$1.864,58. Capaian itu merupakan level terendah yang pernah dicapai emas sejak 4 juni silam.
Ya, investor tampaknya sudah mulai mengambil ancang-ancang untuk kemungkinan terburuk jika The Fed jadi melakukan tapering dalam kebijakan moneternya.
Namun pertanyaannya, apakah memang harga emas akan terjerembab jika The Fed benar-benar melakukan tapering nantinya? Jika ya, bagaimana tingkat keparahannya?
Baca juga: Arah Indeks Saham AS Pekan Ini Menanti Harap-Harap Cemas Sikap The Fed
Sobat Cuan mungkin sering mempertanyakan hal tersebut ketika wara-wiri membaca pemberitaan tentang kebijakan moneter satu ini terhadap harga emas.
Sekadar informasi, tapering adalah kebalikan dari kebijakan pelonggaran kuantitatif, atau yang dikenal dengan istilah quantitative easing (QE). Nah, sebelum beranjak lebih jauh mengenai tapering, Sobat Cuan juga harus mengerti dulu apa itu QE.
QE merupakan kebijakan The Fed untuk mendorong pemulihan ekonomi terjadi lebih cepat dengan cara menginjeksi banyak uang tunai ke masyarakat. Skema yang dilakukan adalah dengan membeli surat utang jangka panjang secara rutin setiap bulannya.
Kebijakan ini pun dilakukan The Fed di kala pandemi. Sampai saat ini, The Fed melakukan QE sebanyak US$120 miliar setiap bulannya.
Namun, sesuai dengan prinsip ekonomi, jika suplai uang semakin kencang, maka inflasi bisa meradang dan menurunkan nilai tukar dolar AS sendiri. Akibatnya, The Fed merasa perlu mengurangi pembelian surat utang demi mempersiapkan pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil. Nah, pengurangan itulah yang dikenal dengan nama tapering.
Hanya saja, kebijakan tapering yang dilakukan tidaklah bersifat sekaligus, melainkan secara bertahap. Dengan kata lain, The Fed akan mengurangi nilai pembelian obligasinya secara berkala.
Tapering juga bakal berpengaruh terhadap suku bunga. Sebab, selama QE berlangsung, suku bunga bisa tetap rendah karena jumlah uang beredar di masyarakat tinggi. Namun ketika kebijakan itu mulai dimodifikasi, maka suku bunga acuan juga berpotensi terkerek naik.
Bagi para pecinta logam mulia, tentu pertanyaan yang muncul adalah apakah kebijakan tersebut akan berpengaruh ke harga emas.
Perlu Sobat Cuan ketahui, The Fed juga pernah melakukan kebijakan tapering pada 2013 lalu. Tapering ini dilakukan dalam rangka mengurangi stimulus The Fed dalam memulihkan ekonomi AS pasca diserang krisis keuangan pada 2008 silam.
Saat kebijakan tersebut secara resmi diumumkan, pasar bergejolak. Imbal hasil obligasi AS untuk tenor 10 tahun melonjak dan indeks dolar AS terapresiasi kuat.
Ketua The Fed pada masa itu, Ben Bernanke, mengumumkan secara resmi bahwa The Fed akan mengurangi laju pembelian obligasi dalam langkah yang terukur sampai paruh pertama tahun depan dan mengakhiri pembelian di pertengahan tahun.
Alhasil terjadi kepanikan global. Banyak investor yang ragu bahwa ekonomi sudah bisa berdiri sendiri tanpa ada sokongan dari bank sentral. Kondisi tersebut dinamakan sebagai taper tantrum, yakni gejolak pasar akibat kebijakan tapering.
Nah di saat yang sama, harga emas ambruk saat tapering resmi diumumkan. Yakni, dari kisaran US$1.400 per ons di bulan Mei, atau sebulan sebelum pengumuman tapering, menjadi sedikit di bawah US$1.200 per ons di bulan berikutnya. Hal itu merupakan imbas dari naiknya suku bunga AS yang pada akhirnya menarik turun harga emas.
Peristiwa tersebut digambarkan pada grafik di bawah ini yang mencerminkan pertumbuhan harga emas (garis biru tua) versus nilai dolar AS (garis oranye) dan imbal hasil surat utang AS bertenor 10 tahun pada 2013 silam.
Meski demikian, pelaku pasar memandang bahwa tapering yang dilakukan oleh The Fed merupakan hal positif dalam pemulihan ekonomi.
Baca juga: Nasib Harga Emas Pekan Ini Berada di Tangan The Fed
Jika memang tapering mengancam harga emas delapan tahun lalu, apakah kondisinya akan berulang di tahun ini? Jika ya, akan separah apa dampaknya ke investasi emas?
Menurut beberapa analis, investor nampaknya tak perlu khawatir soal dampak tapering terhadap investasi emas. Pasalnya, saat ini harga emas mulai bergerak kembali menuju harga US$1.900. Ditambah, yang perlu dicermati investor justru adalah data Indeks Harga Konsumen (IHK) setiap bulan, yang merupakan cerminan inflasi.
Beberapa perusahaan juga sudah melaporkan adanya kenaikan biaya input dan gangguan di rantai pasokan. Sehingga diproyeksikan, angka inflasi akan terus naik dan akan berada di tingkat yang sangat tinggi hingga kuartal ketiga sebelum kemudian melandai.
Hal itu merupakan hal yang positif bagi harga emas. Sebab, sebagaimana diketahui, emas adalah aset lindung nilai yang sangat baik terhadap inflasi. Lagipula, sejauh ini The Fed sudah berjanji untuk terus mengambil kebijakan moneter longgar sampai sinyal-sinyal pertumbuhan ekonomi menyala sempurna.
Maka dari itu, investor emas tak perlu khawatir. Bahkan, kini adalah saat yang tepat bagi mereka untuk mendulang cuan dari emas! Sebab, menurut artikel berikut, kuartal II adalah momen terbaik untuk membeli emas sebelum mendulang cuan di kuartal berikutnya.
Makanya, yuk segera investasi emas di Pluang sekarang! Nikmati investasi emas bebas biaya admin, spread transaksi rendah hanya 1,75%, serta minimal investasi rendah mulai dari Rp10.000!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang.
Sumber: Cleartax, Sunshine Profits, Kitco
Bagikan artikel ini