Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Blog

Mau Diversifikasi Reksadana? Simak Tips dan Angka Idealnya di Sini!
shareIcon

Mau Diversifikasi Reksadana? Simak Tips dan Angka Idealnya di Sini!

23 Jun 2021, 7:06 AM·READING_TIME
shareIcon
Kategori
Mau Diversifikasi Reksadana? Simak Tips dan Angka Idealnya di Sini!

Produk investasi reksadana banyak dijadikan alternatif untuk mengembangkan aset keuangan dengan mudah. Maklum, lewat produk tersebut, Sobat Cuan tidak perlu repot memantau harga aset setiap harinya untuk menentukan waktu yang tepat untuk masuk ke pasar aset.

Di samping itu, sudah ada Manajer Investasi (MI) yang mengatur dan mengelola aset keuanganmu. Dan yang penting, lewat reksadana pula kamu pun secara tidak langsung melakukan diversifikasi portofolio investasi.

Meski reksadana sudah bikin kamu “terpapar” diversifikasi secara tidak langsung, terdapat pendapat bahwa kamu juga perlu mendiversifikasikan reksadanamu. Sehingga, Sobat Cuan bisa menyebar risiko yang muncul di investasi reksadana di masa depan.

Nah, seperti apa sih, pentingnya diversifikasi dalam investasi reksadana? Yuk, simak selengkapnya di artikel ini!

Penjelasan Singkat Diversifikasi

Pada dasarnya, diversifikasi adalah tindakan untuk berinvestasi di berbagai macam jenis aset sebagai bagian dari manajemen risiko investasi. Dengan diversifikasi, artinya kamu melindungi portofolio investasimu dari risiko-risiko yang akan menurunkan nilai portofoliomu, yang sangat mungkin terjadi di masa depan.

Sebagai contoh, anggap saja kamu punya uang Rp10 juta untuk berinvestasi dan kamu memiliki dua opsi untuk menggunakan uang tersebut: menaruhnya di satu kelas aset atau di berbagai aset.

Misalnya, kamu memilih opsi untuk menaruh seluruh uang tersebut di saham A. Namun, ternyata nilai saham A turun 50% di pekan berikutnya, sehingga nilai protofoliomu pun ikut amblas menjadi Rp5 juta.

Nah, risiko itu bisa kamu mitigasi jika kamu memilih opsi kedua.

Sebagai contoh, anggaplah kamu menempatkan uang Rp5 juta di saham A dan Rp5 juta sisanya di saham B. Dengan asumsi yang sama seperti opsi pertama, maka penurunan nilai saham A sebesar 50% akan bikin portofolio saham A kamu di angka Rp2,5 juta.

Namun, di waktu yang sama, ternyata nilai saham B malah naik 20%, sehingga portofolio kamu di aset tersebut naik menjadi Rp6 juta. Kalau ditotal, maka total portofolio kamu menggunakan opsi kedua adalah Rp8,5 juta, lebih baik jika kamu berinvestasi di satu aset saja seperto opsi pertama.

Kalau sudah begini, lebih baik kamu melakukan diversifikasi aset dari awal kan?

Mengapa Diversifikasi Penting di Investasi Reksadana?

Nah, jawaban atas pertanyaan tersebut mudah saja, Sobat Cuan. Yakni, diversifikasi akan membantu memaksimalkan cuanmu di investasi reksadana!

Lho, mengapa demikian? Nah, Sobat Cuan mungkin sudah mengerti bahwa reksadana adalah investasi yang terhubung dengan aset dasarnya.

Misalnya, kinerja reksadana saham tentu akan sangat tergantung dengan performa pasar modal. Sementara itu, reksadana pendapatan tetap tentu akan terkait dengan pergerakan imbal hasil di pasar obligasi.

Kalau kamu berinvestasi di, misalnya, reksadana pasar saham saja, artinya kamu hanya akan menikmati cuan dari investasi itu saja. Padahal, di waktu yang sama, bisa jadi reksadana pendapatan tetap malah memiliki return yang lebih moncer dibanding reksadana saham. Kesimpulannya, kamu akan kehilangan kesempatan cuan dari reksadana jenis lainnya kalau kamu juga enggan diversifikasi portofolio reksadanamu.

Hanya saja, selain terdapat investor yang tak paham soal manfaat diversifikasi, ternyata terdapat pula kelompok investor yang cenderung “berlebihan” dalam diversifikasi. Sayangnya, tindakan ini pun akhirnya malah bikin cuan mereka tak bisa maksimal, karena mereka tidak fokus mendulang untung dari reksadana yang punya kinerja mentereng.

Lantas, bagaimana sih, cara diversifikasi reksadana yang tepat? Berikut tips-tipsnya!

Baca juga: Kaum Milenial, Berapa Banyak Investasi yang Mesti Kamu Punya?

Tips Diversifikasi Investasi Reksadana

1. Sesuaikan dengan Tujuan Keuangan

Tujuan finansial adalah hal esensial dalam investasi apapun. Makanya, kamu harus catat dan tentukan hal-hal yang ingin kamu capai dengan membenamkan dana di reksadana.

Jika tujuan finansialmu akan dicapai secara jangka panjang, dalam artian lima hingga 10 tahun mendatang, maka kamu bisa mengombinasikan reksa dana yang memiliki pengembalian hasil tetap secara jangka pendek atau jangka panjang.

Sementara itu, kalau kamu ingin mendulang cuan jangka pendek, kamu bisa mengombinasikan reksadana berbasis ekuitas dengan reksadana pasar uang.

Ingat, Sobat Cuan. Tetap patuh pada tujuan keuanganmu, ya!

2. Sesuaikan dengan Usia dan Profil Risiko

Kamu juga bisa menentukan skema diversifikasi tergantung dengan usia serta profil risikomu.

Biasanya, investor berusia muda cenderung senang “berpetualang” dalam investasi. Sehingga, mereka kerap memilih instrumen-instrumen yang lebih berisiko, seperti reksadana saham. Nah, di sini, investor muda bisa mengalokasikan dananya, misal, 50% di reksadana saham berkapitalisasi pasar menengah dan 50% reksadana saham berkapitalisasi pasar besar.

Namun, bukan berarti mereka harus menempatkan seluruh uangnya di reksadana yang berisiko tinggi. Idealnya, investor muda, atau mereka yang punya profil risiko agresif, bisa menempatkan 80% dananya di reksadana risiko tinggi dan 20% di reksadana lain yang punya risiko rendah.

Sementara itu, mereka yang sudah “berumur” cenderung menginginkan investasi yang adem ayem saja. Makanya, mereka bisa menempatkan sebagian besar investasinya di reksadana risiko rendah, seperti reksadana pendapatan tetap.

Namun, agar cuan mereka maksimal, tentu mereka juga harus menyisihkan sebagian dana mereka di reksadana dengan risiko sedang-tinggi. Angka idealnya pun sama, yakni 80% di reksadana risiko rendah dan 20% di reksadana risiko sedang dan tinggi.

3. Sesuaikan dengan Rentang Waktu Investasi

Memulai diversifikasi pertama kali kadang bisa jadi hal yang membingungkan bagi investor pemula. Nah, kalau kamu puyeng menentukan angka diversifikasi, maka kamu juga bisa melakukan diversifikasi sesuai rentang waktu produk reksadana!

Misalnya, kamu bisa mengombinasikan investasi berjangka waktu pendek, seperti reksadana pasar uang, dengan yang berjangka menengah seperti reksadana pendapatan tetap. Dengan hal ini, kamu bisa mendulang cuan dari instrumen berjangka pendek, namun juga tidak kehilangan peluang dari instrumen jangka panjang!

Nah, untungnya, diversifikasi jenis ini bisa kamu lakukan dengan berinvestasi di aplikasi Pluang!

Di Pluang, kamu bisa berinvestasi reksadana pasar uang dan pendapatan tetap hanya dalam satu aplikasi saja! Investasi reksadana Pluang dijamin aman, praktis, berlisensi OJK, dan juga terjangkau.

Yuk, investasi reksadana di Pluang sekarang!

Baca juga: Kata Siapa Nabung Cuma di Bank? Kamu Bisa Pakai Instrumen Ini Untuk Simpan Uang!

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang.

Sumber: The Balance, Bank Bazaar, Financial Express

Ditulis oleh
channel logo

Adi Putro

Right baner

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait

Artikel Terkait

no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1