Pergerakan nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melorot selama sebulan terakhir. Contohnya pada Kamis (28/4). Pada pembukaan perdagangan, IHSG dibuka pada level 5.975,86, atau terjungkal dari posisi 6.166,82 tepat sebulan yang lalu. Tentunya, di saat seperti ini, investor sudah mulai kelimpungan mencar investasi alternatif dari saham.
Nah, dalam kondisi seperti ini, instrumen investasi reksadana biasanya menjadi primadona. Ya, reksadana, khususnya reksadana pendapatan tetap, sudah teruji memliki daya cuan yang kuat terhadap kondisi ekonomi yang tidak menentu.
Berdasarkan data Infovesta, ketika IHSG mencatatkan pertumbuhan imbal hasil -5,09%, dan diikuti oleh pelemahan return produk reksadana saham sebesar -10,29% di tahun lalu, reksadana pendapatan tetap justru berkibar memberikan cuan maksimal dengan tingkat imbal hasil 8,99%.
Angka tersebut bahkan mengalahkan imbal hasil reksadana pasar uang yang hanya menghasilkan cuan 4,61% serta reksadana campuran dengan imbal hasil hanya 0,36%.
Namun, cuan reksadana pendapatan tetap tak akan maksimal jika tidak disertai dengan tips-tips investasi reksadana yang juga ampuh. Nah, lantas apa saja tips investasi yang bisa dilakukan demi mendulang cuan reksadana pendapatan tetap yang mumpuni?
Baca juga: Kaum Milenial, Berapa Banyak Investasi yang Mesti Kamu Punya?
Membeli unit penyertaan (UP) reksadana, khususnya pendapatan tetap, tidaklah semahal jika sobat cuan membeli logam mulia atau instrumen investasi lainnya. Kamu bisa membelinya dengan dana mulai dari Rp100 ribu saja.
Hanya saja, supaya lebih maksimal cuannya, coba membeli UP reksadana pendapatan tetap dengan nilai 20% dari penghasilan di setiap bulannya.
Misalnya, Sobat Cuan memilki penghasilan Rp6 juta per bulan. Artinya, kamu bisa menyisihkan sekitar Rp1,2 juta per bulan untuk membeli produk reksadana pendapatan tetap. Pastinya, nilai tersebut tidaklah besar jika dibandingkan dengan jumlah cicilan rumah ataupun mobil yang Sobat Cuan perlu tanggung setiap bulan.
Hanya saja, imbal hasil reksadana jenis ini bisa dirasakan maksimal dalam jangka waktu satu sampai tiga tahun. Sesuai dengan karakteristik portofolionya, 80% dana dalam reksadana pendapatan tetap dibenamkan pada instrumen utang ataupun obligasi yang umumnya memiliki tenor satu sampai lima tahun.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa investasi tidak bisa dipaksakan. Sehingga, Sobat Cuan juga harus bisa menemukan landasan untuk berinvestasi reksadana pendapatan tetap dulu sebelum melakukannya. Dengan kata lain, kamu perlu menentukan tujuan finansialmu terlebih dulu.
Hal tersebut perlu dilakukan agar kamu tetap termotivasi dan juga konsisten untuk membeli reksadana pendapatan tetap setiap bulannya. Jika sudah begitu, maka mendapatkan keuntungan hanyalah masalah waktu.
Selain itu, memahami tujuan investasi juga dimaksudkan agar kamu bisa memilih produk investasi yang sesuai dengan profil dan kebutuhan keuanganmu. Misalnya, jika kamu ingin mendapatkan dana kurang dari satu tahun, maka reksa dana saham bisa dijadikan pilihan.
Dan yang paling penting, jangan juga lupa untuk memahami risiko dari setiap produk reksadana. Baik itu pendapatan tetap, saham, campuran ataupun pasar uang.
Ada dua jenis reksadana pendapatan tetap (RDPT), yakni RDPT yang tidak membagikan dividen kepada setiap pemegang UP dan RDPT yang memiliki kebijakan membagikan dividen secara berkala.
Dalam hal ini, reksadana pendapatan tetap yang tidak membagikan dividen, alias memilki tujuan untuk reinvestasi, cocok untuk investor yang memiliki tujuan jangka pendek, yakni satu sampai tiga tahun.
Namun, mereka yang punya profil risiko konservatif bisa memilih reksadana pendapatan tetap yang membagikan dividen. Di sini, investor akan mendapatkan imbal hasil secara berkala dari dividen dan bisa digunakan untuk berinvestasi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Baca juga: Apa Itu Reksadana?
Namanya investasi tidak ada yang bebas risiko, termasuk reksadana pendapatan tetap. Dalam perkara ini, momok utamanya terletak dari jenis obligasi yang dijadikan sebagai underlying asset.
Perlu diketahui bahwa kualitas obligasi yang dijadikan underlying asset bisa menimbulkan risiko likuiditas. Artinya, obligasi atau surat utang yang susah untuk diperjualbelikan. Hal ini biasanya disebabkan oleh hasil pemeringkatan efek lembaga rating. Semakin rendah rating yang diberikan, maka semakin sulit perusahaan untuk membayar obligasi yang sudah diterbitkan.
Namun, kalau Sobat Cuan mau tetap aman, tentu underlying asset berupa obligasi pemerintah bisa dijadikan pilihan yang jitu. Obligasi pemerintah cenderung menawarkan harga yang fluktuatif, namun relatif lebih mudah dijual. Hal ini merupakan kebalikan dari obligasi korporasi yang memilki harga stabil namun lebiih sulit dijual.
Selain itu, pelaku pasar juga mengenal obligasi pemerintah sebagai aset utang yang anti gagal bayar. Sebuah keunggulan yang lebih oke dibanding obligasi korporasi.
Jadi, bagaimana Sobat Cuan? Tertarik berinvestasi di reksadana pendapatan tetap?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Bareksa, Reksadana Untuk Pemula
Bagikan artikel ini