Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 6.632,97 poin, alias melemah 0,35% dibanding sesi perdagangan sebelumnya. Peristiwa ini nampaknya menjadi pertanda bahwa masa bulan madu bagi sang indeks domestik akan berakhir.
Lantas, apa yang menyebabkan laju IHSG kurang bertenaga pada hari ini?
Nilai IHSG terpaksa mundur akibat harga batu bara China yang amblas. Ya, harga batu bara termal di China hari ini amblas 11%. Bahkan, melansir Reuters, harga batu bara termal berjangka di China sempat longsor hampir 20% ke level US$248,28 per ton pada pembukaan perdagangan hari ini.
Robohnya harga batu baca China terjadi setelah pemerintah China berencana mengintervensi harga komoditas emas hitam tersebut. Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (National Development and Reform Commission/NDRC) mengaku tengah menyusun taktik untuk meredam gejolak harga batu bara yang sudah sangat tinggi.
Mengacu pada hukum yang berlaku di China, pemerintah negara tirai bambu itu memang memiliki wewenang untuk membatasi margin laba dan menetapkan batas harga ketika harga barang yang bergolongan esensial melonjak tajam.
Sontak, kabar tersebut langsung memukul performa saham emiten batu bara tanah air. Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), misalnya, hari ini terpaksa keok 5,39% ke level Rp1.755 per saham. Sementara itu, saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) juga ikut longsor 5,12% ke level Rp7.875 per saham.
Produsen batu bara milik negara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), juga ketiban nasib serupa. Harga sahamnya luluh 3,55% ke level Rp2.720 per saham.
Nilai IHSG yang kian melorot berbarengan dengan susutnya selera investor asing. Pada hari ini, nilai beli bersih (net foreign buy) investor asing “hanya” tercatat di angka Rp386,27 miliar. Kondisi ini cukup mengecewakan mengingat transaksi perdagangan saham hari ini cukup ramai, di mana Rp19,24 triliun dana telah berputar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Investor masih memburu saham-saham emiten berkapitalisasi pasar jumbo misalnya saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp218,7 miliar dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp199,4 miliar.
Investor asing juga aktif memburu saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan total Rp135,4 miliar.
Sayangnya, emiten perbankan raksasa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) malah bernasib apes. Sebab, sahamnya mulai banyak dilego oleh pihak asing. Pada hari ini total jual bersih asing di BBCA mencapai Rp177,2 miliar. Alhasil, BBCA harus pasrah melihat harga sahamnya merosot 1,33% ke level Rp7.400 per saham hari ini.
Penurunan harga saham BBCA terbilang cukup ironis. Betapa tidak, sebab peristiwa itu terjadi meski kinerja perseroan terlihat mentereng.
Dalam kurun sembilan bulan terakhir, perusahaan yang terafiliasi Grup Djarum itu sukses mencetak laba bersih Rp23,2 triliun, atau naik 15,8% dari periode yang sama tahun lalu.
Meningkatnya porsi kredit perusahaan menjadi salah satu penyebab moncernya keuntungan BCA di triwulan III tahun ini. Adapun penyaluran kredit baru BCA hingga September tahun ini mencapai Rp605,9 triliun, tumbuh 4,1% dari periode yang sama tahun lalu.
Baca juga: Rangkuman Pasar: BBNI Go Digital, Laju IHSG Makin Maksimal!
Sentimen negatif lain yang mewarnai pergerakan IHSG hari ini adalah gagalnya kesepakatan penjualan saham Evergrande ke Hopson Development senilai US$2,6 miliar, atau sekitar 50,1% saham di unit properti perusahaan.
Hopson diketahui menolak permintaan Evergrande untuk membayar hasil penjualannya secara langsung. Pasalnya, dalam kesepakatan sebelumnya, Hopson mengklaim bahwa kedua belah pihak menyetujui untuk menyerahkan selisih harga jual dan utang Evergrande kepada anak usahanya.
Hal itu menambah kekhawatiran pelaku pasar bertanya-tanya ihwal kecakapan Evergrande dalam melunasi utang jumbonya. Pasalnya, jika dalam waktu 30 hari dari utang jatuh tempo tidak dapat dibayarkan, maka perusahaan akan dinyatakan default alias gagal bayar.
Sementara, ada puluhan atau bahkan ratusan industri turunan yang berada di bawah bisnis Evergrande. Jika itu sampai terjadi, maka banyak analis yang memproyeksikan terjadinya guncangan dalam industri keuangan akibar Evergrande.
Baca juga: Rangkuman Kabar: Gonjang-Ganjing Raksasa Properti Evergrande
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini