Rangkuman kabar di akhir pekan, Jumat (17/9) mengulas sejumlah berita dari dalam negeri maupun manca negara. Ada kabar mengenai keberlanjutan nasib diskon pajak barang mewah hingga 200 smart contract yang sudah siap meluncur di blockchain Cardano.
Yuk, simak selengkapnya di rangkuman kabar.
Pemerintah resmi melanjutkan insentif Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) hingga Desember 2021. Semula, insentif ini hanya berlaku pada periode Maret hingga Agustus lalu.
Berlanjutnya relaksasi pajak merupakan hasil evaluasi pemerintah terkait efektifnya kebijakan tersebut dalam mengungkit penjualan ritel mobil hingga 36,5% secara tahunan.
Baca juga: Rangkuman Kabar: Industri Nasional Bergeliat, Kripto Dilirik Baby Boomers
Pengurangan diskon pajak penjualan kendaraan yang tergolong barang mewah tentu akan mengurangi penerimaan perpajakan pemerintah. Berkurangnya penerimaan pajak tentu akan bikin seret kantong pemerintah yang memang butuh uang untuk membiayai anggaran negara yang memiliki postur defisit.
Namun, pengurangan pajak adalah kebijakan countercyclical pemerintah untuk mengungkit ekonomi. Pengurangan pajak bisa menjadi insentif masyarakat untuk menambah konsumsi dan menjadi motivasi industri untuk menambah produksi. Hal tersebut tentu bisa mengerek pertumbuhan ekonomi.
Buktinya, produksi mobil secara kumulatif berhasil tumbuh 49,4% secara tahunan pada kuartal II. Produk Domestik Bruto (PDB) industri dan perdagangan alat angkut pun tumbuh 25,7% dan 37,9% pada periode yang sama.
Bank Indonesia melakukan surveI pemantauan harga minggu III September 2021. Hasilnya, inflasi September diperkirakan hanya mencapai 0,01%.
Dengan perkembangan tersebut, inflasi September secara tahun kalender sebesar 0,85% dan 1,65% secara tahunan.
Baca juga: Rangkuman Kabar: Surplus Dagang RI Tertinggi Sepanjang Masa!
Inflasi merupakan cerminan konsumsi masyarakat. Sehingga, jika inflasi belum terkerek, artinya daya beli masyarakat belum pulih. Terlebih, inflasi secara tahunan masih belum setengah dari target inflasi BI yakni 3% di 2021.
Hal ini akan membuat BI kemungkinan besar mempertahankan suku bunga acuan rendah, yang saat ini dipatok 3,5%.
Dalam tiga hari sejak upgrade Alonzo diluncurkan, kini telah ada 200 smart contracts baru yang siap meluncur di blockchain Cardano. Bahkan, aplikasi vercel menyebutkan bahwa saat ini jumlah smart contracts yang akan diluncurkan lewat aplikasinya mencapai 2.271.
Menurut pendirinya, Charles Hoskinson, Cardano akan jadi gelombang kedua dalam dunia decentralized finance. Yakni, alternatif dari blockchain Ethereum yang memungkinkan operasi dan transaksi dengan ongkos yang lebih rendah.
Baca juga: Rangkuman Kabar: RI Mau Buyback Utang, El Salvador Lepas Pajak BTC
Meski harga Cardano minggu ini terus mengalami koreksi, banyak pakar menyarankan investor untuk membeli ADA lantaran prospeknya di masa depan yang dapat menyaingi Ethereum.
Jika operasional smart contracts di jaringan ini terbukti berjalan baik dan efisien dari segi biaya, aset kripto yang satu ini mungkin akan mengalami lonjakan harga yang fantastis sebagaimana Bitcoin dan Ethereum.
World Bank memutuskan untuk menghentikan publikasi Doing Business. Yakni, sebuah presentasi kuantitatif terkait regulasi bisnis pada 190 negara seluruh dunia.
Penghentian tersebut terkait skandal yang menimpa kepala International Monetary Funds (IMF) Kristalina Georgieva saat masih menjabat direktur World Bank. Sebuah laporan audit mengungkap Georgieva terbukti menekan stafnya untuk menaikkan peringkat China.
World Bank beralasan, penghentian sementara tersebut bermaksud untuk memulai rangkaian dan tinjauan audit atas laporan dan metodologinya. Selain China, ada 4 negara lain yang terpengaruh dalam skandal tersebut. Yakni, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Azerbaijan.
Skandal tersebut dapat memengaruhi sentimen dunia usaha juga kepercayaan publik terhadap dua lembaga bretton woods tersebut.
Indeks doing business selama ini kerap jadi acuan pemerintah Indonesia saat akan membuat kebijakan terkait dunia usaha dan investasi. Skandal ini bisa memengaruhi perspektif para pengambil keputusan dalam melihat peringkat kemudahan berusaha yang selama ini jadi acuan.
Data penjualan ritel AS naik 0,7% secara bulanan pada Agustus. Menariknya, angka ini mematahkan ramalan analis yang yakin bahwa penjualan ritel negara adidaya tersebut luntur 0,8%.
Kenaikan penjualan ritel AS yang mengejutkan adalah pertanda bahwa ekonomi AS ternyata masih mampu bertumbuh meski diterjang badai COVID-19 Delta. Data ini bisa bikin The Fed mempercepat pengetatan kebijakan moneternya dalam bentuk pengurangan pembelian instrumen berharga, alias tapering.
Sumber: Coin Telegraph, Hindustan Times, Tempo, Bisnis Indonesia
Bagikan artikel ini