Rangkuman kabar Pluang kembali lagi. Hari ini, Selasa (14/9), ada berita tentang aksi pemerintah Indonesia buyback surat utang yang akan jatuh tempo tahun depan. Selain itu, pemerintah El Salvador mau mengeluarkan kebijakan anti mainstream, lho. Yuk simak selengkapnya!
Indonesia membuka penawaran pembelian kembali (buyback) surat utang dalam mata uang Dolar AS senilai US$ 1,25 miliar hingga Jumat nanti. Ada delapan seri surat utang valas dalam Dolar AS yang akan di-buyback, semuanya akan jatuh tempo pada 2022 hingga 2026 nanti.
Untuk membiayai aksi tersebut, pemerintah Indonesia dikabarkan akan menerbitkan surat utang dalam dolar AS dengan tenor 10 tahun dan 40 tahun dengan initial price guidance masing-masing 2,5% dan 3,6%. Indonesia merupakan negara pertama di Asia Tenggara uang melakukan aksi buyback surat utang.
Baca juga: Rangkuman Kabar: UMKM Jadi Primadona, Cardano Punya Smart Contract
Buyback surat utang adalah aksi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan akan investor asing. Semakin tinggi porsi investor asing yang menggenggam instrumen utang pemerintah, maka kondisi pasar finansial kemungkinan akan semakin berisiko. Sebab, investor asing bisa sewaktu-waktu menarik dananya dari obligasi pemerintah jika terjadi guncangan ekonomi eksternal, dan ujungnya bisa membuat kondisi pasar finansial tidak stabil.
Langkah pemerintah untuk buyback terbilang cerdas mengingat surat utang yang akan dibeli kembali jatuh tempo pada 2022 hingga 2026, bertepatan dengan langkah bank sentral Amerika Serikat yang kemungkinan besar akan mengetatkan kebijakan moneternya.
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat pertumbuhan penempatan dana investasi asuransi sebesar 14,7% secara tahunan menjadi Rp 510,5 triliun pada semester pertama 2021. Dana tersebut diinvestasikan di seluruh instrumen, baik saham, reksa dana, Surat Berharga Negara (SBN) dan deposito.
Kondisi ini terbilang membaik mengingat investasi asuransi jiwa terkoreksi 12,6% secara tahunan pada semester I tahun lalu.
Pada paruh pertama tahun lalu, investasi asuransi jiwa tekoreksi 12,6% menjadi Rp 445,2 triliun.
Baca juga: Rangkuman Kabar: Kripto Makin Dilirik, Bitcoin Bikin El Salvador Chaos
Meningkatnya penempatan dana investasi asuransi jiwa merupakan indikasi bahwa dana domestik memberikan “amunisi” bagi pasar finansial di Indonesia. Hal ini akan membantu meningkatkan ketahanan pasar investasi Indonesia dan “memperdalam” pasar keuangan Indonesia. Sehingga, kondisi pasar modal Indonesia akan tahan dari gejolak global, yang biasanya berujung pada keluarnya modal asing dari Indonesia (capital outflow).
Penasihat Hukum Presiden El Salvador, Javier Argueta mengungkapkan rencana pemerintah negara tersebut untuk membebaskan pajak pada keuntungan yang didapatkan dalam denominasi Bitcoin.
Langkah ini merupakan serangkaian stimulus yang dilancarkan guna menarik investasi asing. Sebelumnya, Presiden El Salvador Nayib Bukele juga menawarkan kewarganegaraan permanen bagi siapa saja yang bersedia menginvestasikan minimal 3 keping Bitcoin di El Salvador.
Baca juga: Rangkuman Kabar: Indonesia Mau Pajaki Kripto, Biden-Xi Jinping Baikan
Rencana tersebut merupakan salah satu upaya El Salvador dalam mengadopsi penggunaan Bitcoin untuk transaksi sehari-hari. Semakin banyak orang bertransaksi menggunakan Bitcoin, maka permintaannya pun akan semakin deras. Kondisi tersebut, tentu saja, bisa ikut mengerek harga sang raja aset kripto tersebut.
Pasar tenaga kerja Inggris berhasil menambahkan 241.000 posisi pekerjaan baru sepanjang Agustus. Berkat capaian tersebut, angka pengangguran Inggris pada bulan tersebut juga turun jadi 4,6%. Ini mencatatkan momentum di mana jumlah pekerja di Inggris sudah melampaui level sebelum pandemi Covid 19 dimulai.
Peningkatan kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pulihnya kegiatan ekonomi Inggris. Penambahan tenaga kerja akan meningkatkan pendapatan dan konsumsi masyarakat, sehingga pertumbuhan ekonomi Inggris bisa kembali mumpuni.
Data ekonomi Inggris ini tentu akan jadi salah satu pertimbangan Bank Sentral Eropa dalam mengetatkan keputusan moneternya lebih jauh lagi. Saat ini, investor seluruh dunia khawatir bahwa pengetatan kebijakan moneter Bank Sentral Eropa akan memicu The Fed untuk mengikuti jejak serupa.
Bagikan artikel ini