Investasi

down-icon
item
Investasi di pasar terbesar dunia dengan Saham AS

Fitur

down-icon
support-icon
Fitur Pro untuk Trader Pro
Temukan fitur untuk menjadi trader terampil

Fitur Proarrow-icon

support-icon
Dirancang untuk Investor
Berbagai fitur untuk investasi dengan mudah

Biaya

Keamanan

Akademi

down-icon

Lainnya

down-icon
item
Temukan peluang eksklusif untuk meningkatkan investasi kamu
support-icon
Bantuan

Hubungi Kami

arrow-icon

Pluang+

Berita & Analisis

Rangkuman Kabar: Inflasi AS Kian Garang, Investasi UAE di RI Cemerlang
shareIcon

Rangkuman Kabar: Inflasi AS Kian Garang, Investasi UAE di RI Cemerlang

11 Nov 2021, 11:10 AM·Waktu baca: 3 menit
shareIcon
Kategori
Rangkuman Kabar: Inflasi AS Kian Garang, Investasi UAE di RI Cemerlang

Rangkuman kabar Kamis (11/11) mengungkap fenomena  baru dalam dunia cryptocurrency, yakni saat inflasi sedang tak terkendali justru investor beralih pada aset kripto. Dua jawaranya yakni Bitcoin dan Ethereum kembali menembus rekor tertinggi siang tadi, tak lama setelah inflasi Amerika Serikat kembali memecahkan rekor.

Rangkuman Kabar Dalam Negeri

1. Komitmen Investasi UAE Cair Sebelum 2024

Buah tangan lawatan para petinggi negeri ke Uni Emirat Arab berupa komitmen investasi senilai US$44,6 miliar (setara Rp642,2 triliun) ditargetkan dapat terealisasi sebelum 2024.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan, realisasi akan dikebut sebelum akhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Investasi tersebut terbagi dalam beberapa sektor, yakni, infrastruktur, pertanian, alat kesehatan, sentra data, hilirisasi tambang hingga energi terbarukan.

Apa Implikasinya?

Realisasi investasi langsung seperti sebagian besar komitmen investasi yang baru saja dibuat dengan pengusaha di Uni Emirat Arab akan memperkuat sektor riil dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Efek berganda juga terjadi pada harga keekonomian komoditas yang dihilirisasi maupun energi terbarukan seperti batu bara low calorie. Selain itu, peningkatan produksi juga akan menekan kebutuhan impor sehingga akan menghemat cadangan devisa negara.

2. Pemerintah Targetkan Rasio Pajak 9,22% Tahun Depan

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkap pemerintah ingin meningkatkan rasio pajak menjadi Rp 1.649,3 triliun atau 9,22% dari pendapatan domestik bruto (PDB) tahun depan. Adapun saat ini rasio pajak hanya sekitar Rp 1.969,8 triliun, setara 8,6% terhadap PDB.

Selain meningkatkan rasio pajak lewat segudang jurus intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, tahun depan pemerintah juga berencana menghapus insetif pajak. Menurut Suahasil, tiap tahunnya rata-rata penerimaan pajak yang terbuang lantaran adanya insentif pajak mencapai Rp270 triliun.

Pemerintah juga memproyeksikan rasio pajak dapat mencapai 10,12% PDB di tahun 2025.

Apa Implikasinya?

Basis pajak yang besar dapat menopang ekspansi anggaran yang masif untuk menstimulus pemulihan ekonomi lewat sumber yang tidak membebani neraca keuangan. Jika basis pajak terlalu kecil, pemerintah harus mengambil porsi pembiayaan utang lebih besar yang membuat beban pembayaran utang dan bunga utang mengurangi porsi anggaran di tahun-tahun berikutnya.

Rangkuman Kabar Mancanegara

1. Saking Ngamuknya, Inflasi AS Malah Cetak Rekor

Amerika Serikat menctata Indeks harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) bulan Oktober mengalami inflasi sebesar 6,2% secara tahunan. Lonjakan harga energi mendorong laju inflasi tertinggi dalam 31 tahun dengan rata-rata kenaikan mencapai 30% dari harga energi Oktober tahun lalu.

Inflasi Oktober menandai bulan kelima Amerika Serikat mencatatkan inflasi tahunan di atas 5%. Berkat lonjakan yang masif, inflasi inti naik menjadi 4,6% di bulan Oktober dari 4% di September.

Apa Implikasinya?

Laju inflasi yang tidak terkendali mungkin akan memengaruhi keputusan bank sentral AS The Fed dalam mengambil langkah kebijakan moneter selanjutnya. Apalagi, rekor ini dicapai menjelang realisasi tapering yang akan membuat porsi stimulus perekonomian berkurang secara gradual saat suplai belum dapat memenuhi permintaan.

2. Produk ETF Bitcoin Laris Manis!

Ada yang laku di pasaran, tapi bukan barang diskonan. Ya, produk Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin masih terlihat laris di pasaran meski hampir sebulan setelah peluncurannya. Bahkan, produk ini terpantau paling laku di pasar derivatif dibanding produk ETF lainnya.

Cointelegraph melaporkan, produk ETF besutan Proshares, Proshares Bitcoin Strategy ETF (BITO), berhasil menghimpun dana US$112,79 juta dalam sembilan hari terakhir. Nilai tersebut lebih tinggi 2% dibanding rata-rata seluruh himpunan dana ETF yang terdapat di pasar derivatif.

Hanya saja, angka tersebut masih lebih rendah ketimbang arus modal yang dihimpun BITO sebesar US$489,51 juta selama dua hari pasca peluncurannya 19 Oktober silam.

Apa Implikasinya?

Peristiwa ini menunjukkan bahwa investor kian serius melirik Bitcoin sebagai instrumen investasi yang valid, bersanding dengan kelas . Sehingga, ada kemungkinan investor akan terus memburu Bitcoin sebagai aset investasi. Apalagi, Bitcoin tengah menemukan momentum untuk bersinar, mengingat pelaku pasar kini tengah memburu aset kripto tersebut sebagai aset pelindung nilai.

Nikmati Keuntungan dengan Investasi Aman di Pluang!

Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emasS&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!

Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!

Sumber: CNBC Indonesia, Investing, Bureau Labor of Statistics, Kontan

Ditulis oleh
channel logo

Fathia Nurul Haq

Right baner

Fathia Nurul Haq

Bagikan artikel ini

Artikel Terkait
weekly news
Pasar Sepekan: Rusia Tabuh Genderang 'Perang', Market Ikut Bergelombang
news card image
no_content

Trading dan Investasi dengan Super App Investasi  #1