Amazon selama ini dikenal sebagai raksasa belanja daring yang mulai melakukan diversifikasi usaha ke segmen awan. Namun, apakah hal itu bakal jadi katalis positif bagi sahamnya ke depan?
Amazon.com Inc. adalah sebuah perusahaan e-commerce yang menyediakan berbagai macam produk, meliputi buku, musik, produk elektronik, dan berbagai produk lainnya. Namun, perusahaan ini lambat laun melebarkan sayap ke lini bisnis lain seperti hiburan digital dan jasa penyimpanan awan.
Perusahaan yang didirikan oleh konglomerat Jeff Bezos pada 1994 ini menawarkan ratusan juta produk unik yang bisa didapatkan melalui situs resmi, aplikasi ponsel pintar, perangkat Alexa, dan toko-toko fisik. Tak ketinggalan, perusahaan juga menyediakan program berlangganan yang memungkinkan pelanggannya untuk bisa berbelanja secara mudah tanpa harus mengisi detail pembayaran dan pengiriman.
Seluruh inovasi tersebut sukses mengantarkan Amazon sebagai salah satu perusahaan belanja daring terdepan sejagat. Hingga awal Agustus 2023, Amazon sukses mencetak nilai kapitalisasi pasar sebesar US$1,32 triliun. Bahkan, Bezos kini juga didapuk sebagai orang ketiga terkaya di dunia versi majalah Forbes di waktu yang sama.
Pada 2022, Amazon mengakuisisi iRobot, sebuah perusahaan yang berbasis di negara bagian Massachusetts, AS yang mengembangkan dan memproduksi robot pintar untuk pekerjaan rumah, seperti robot pembersih debu dan pel lantai otomatis. Akuisisi ini dilakukan dengan nilai sekitar US$1,7 miliar ini diharapkan akan membantu Amazon dalam menciptakan produk inovatif dan praktis yang dapat mempermudah kehidupan para pelanggan.
Di tahun yang sama, Amazon juga mengakuisisi 1Life Healthcare, Inc. (One Medical), sebuah perusahaan perawatan kesehatan utama di AS yang berfokus pada teknologi dan layanan dengan nilai US$3,9 miliar. Dengan akuisisi ini, Amazon berharap bisa memberikan pelayanan kesehatan yang berfokus pada kebutuhan manusia dan didukung oleh teknologi, yang akan membantu lebih banyak orang memperoleh perawatan kesehatan yang lebih baik.
Amerika Serikat (AS) adalah pasar e-commerce terbesar kedua di dunia dengan perkiraan penjualan mencapai US$915,35 miliar pada tahun 2023.
Adapun penjualan e-commerce di AS terbagi menjadi lima segmen, yakni hobi dan mainan, makanan dan perawatan pribadi, furnitur dan perangkat elektronik, fesyen, serta media dan elektronik. Dari seluruh segmen tersebut, segmen hobi dan mainan menyumbang penjualan terbesar yakni 28% dari total nilai penjualan e-commerce AS dan diikuti oleh segmen makanan dan perawatan pribadi dengan porsi 27,5%.
Menariknya, ukuran pasar e-commerce di AS diharapkan akan tumbuh 14,4% di 2023 dan akan menyumbang 9,6% terhadap pertumbuhan penjualan e-commerce global. Di samping itu, pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) penjualan e-commerce AS diramal akan sebesar 11,3% antara 2023 hingga 2027, sehingga nilai penjualan belanja daring AS diperkirakan mencapai US$1,40 triliun di 2027.
Amazon tentu akan kecipratan berkah dari kondisi tersebut, mengingat perusahaan saat ini adalah penguasa pangsa pasar e-commerce AS dengan penjualan mencapai US$130,26 miliar sepanjang 2022, mengungguli pesaing terdekatnya Walmart dan BestBuy.
Demi menancapkan kuku lebih dalam di pasar e-commerce, perusahaan juga telah meluncurkan paket berlangganan Amazon Prime di tahun lalu, yang memungkinkan pelanggannya untuk mendapatkan barang belanjaan lebih cepat.
Banyak pihak mengatakan bahwa peluncuran program Prime adalah langkah Amazon untuk bersaing dengan layanan jasa logistik seperti FedEx dan UPS. Dengan demikian, jika proyeksi pertumbuhan penjualan e-commerce AS benar-benar terjadi, maka Amazon tidak hanya ketiban untung dari perilaku konsumtif masyarakat namun juga dari pendapatan jasa logistik.
Baca Juga: Pluang Insight: Dihujani Segudang Tantangan, Mampukah Keuangan Amazon Bertahan?
Amazon memang dikenal sebagai raksasa belanja daring AS. Namun, siapa sangka jika perseroan rupanya juga memiliki dominasi kuat di segmen komputasi awan melalui anak usahanya, Amazon Web Service (AWS).
Per 2022, AWS menjadi jawara di sektor ini dengan pangsa pasar sebesar 32% di seluruh dunia. Posisi AWS diikuti oleh Microsoft Azure dengan pangsa pasar sebesar 23%.
Hanya saja, Microsoft Azure tampaknya akan mengancam dominasi AWS di segmen komputasi awan. Pasalnya, tren pangsa pasarnya terus meningkat signifikan ketika kondisi pangsa pasar AWS terlihat stagnan.
Sobat Cuan bisa menengok kondisi kompetisi bisnis komputasi awan melalui grafik berikut.
Tak hanya perkara pangsa pasar, Microsoft Azure juga rupanya berhasil membukukan margin laba operasi sebesar 44,2%, jauh mengalahkan AWS yang “cuma” sebesar 26,3%.
Dengan demikian, Amazon sebenarnya punya dua pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Pertama, memastikan bahwa dominasinya di segmen bisnis komputasi awan tetap terjaga. Kedua, meningkatkan margin laba agar segmen ini benar-benar bisa berkontribusi positif bagi kinerja keuangan perusahaan.
Untung bagi Amazon, prospek bisnis komputasi awan sepertinya masih akan menjanjikan dalam beberapa tahun mendatang meski diadang kompetisi yang sengit.
Pada 2022, ukuran pasar bisnis komputasi awan global bernilai US$669,31 miliar dan diperkirakan akan tumbuh menjadi US$677,95 miliar di 2023 dan US$2,42 triliun pada 2030 mendatang, Dengan demikian, maka pertumbuhan bisnis komputasi awan, jika dihitung secara CAGR, akan sebesar 20% per tahunnya.
Ada banyak faktor yang membuat permintaan jasa komputasi awan terlihat berprospek cerah di masa depan. Di antaranya adalah sikap pelaku bisnis yang ramai-ramai mulai melakukan transformasi digital serta adopsi teknologi baru yang memanfaatkan teknologi awan, seperti Big Data, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), dan mesin pembelajaran (Machine Learning).
Kondisi tersebut tentu akan berdampak positif pada kontribusi segmen komputasi awan terhadap total pendapatan perusahaan secara keseluruhan.
Jika menengok data historisnya, maka segmen komputasi awan Amazon berhasil tumbuh 30% secara CAGR dalam lima tahun terakhir. Kemudian, apabila proyeksi pertumbuhan bisnis komputasi awan berjalan sesuai estimasi, maka Amazon diperkirakan akan membukukan pertumbuhan pendapatan cloud computing sebesar 20%.
Amazon sepertinya menyadari potensi besar dari segmen bisnis komputasi awan. Sebagai buktinya, Amazon telah melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan pangsa pasarnya dengan memperluas akses pasar terhadap chip canggih milik AWS dan meluncurkan ragam solusi khusus seperti AWS CleanRooms, AWS IoT Twinmaker, Amazon Bedrock, dan AWS Supply Chain untuk membantu pelanggan mengatasi tantangan bisnis.
Di samping itu, Amazon juga mengumumkan rencana penambahan 15 zona bisnis baru dari sebelumnya 96 zona yang dapat mengakses AWS di seluruh dunia.Sehingga, Amazon diharapkan akan memiliki 111 zona bisnis baru pada akhir 2023 mendatang.
Seluruh upaya tersebut diharapkan tidak hanya membantu menumbuhkan penjualan jasa komputasi awan Amazon namun juga bisa menopang laba bersihnya di masa depan.
Dari segi keuangan, Amazon sendiri sudah berkomitmen untuk memperbaiki kondisi arus kas bebasnya (free cash flow) sepanjang 2023. Untungnya, upaya tersebut sudah membuahkan hasil yang lumayan positif.
Per kuartal II 2023, Amazon mencatat arus kas masuk sebesar US$7,9 miliar jika dihitung dalam 12 bulan terakhir. Angka tersebut tentu merupakan perbaikan signifikan dibanding arus kas keluar sebesar US$23,5 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Asal tahu saja, arus kas bebas adalah indikator utama kesehatan keuangan sebuah perusahaan. Ini menunjukkan seberapa banyak uang tunai yang tersisa dari operasi perusahaan yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti mengurangi utang, membayar dividen kepada pemegang saham, pembiayaan ekspansi, atau berinvestasi dalam peluang-peluang baru.
Oleh karena itu, arus kas bebas yang positif sangat penting untuk pertumbuhan yang berkelanjutan bagi perusahaan
Para investor menggunakan arus kas bebas untuk menilai kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan return atas investasi. Arus kas bebas yang positif menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kapasitas keuangan untuk mencapai investasi yang menguntungkan dan berpotensi menghasilkan return yang lebih tinggi bagi para pemegang saham.
Baca Juga: Pluang Insight: Bisnis Kian Menggurita, Laba Amazon Terbang 350%!
Pada 2022, Amazon melaporkan pendapatan US$514 miliar atau meningkat 9% dari US$469,8 miliar setahun sebelumnya. Dengan demikian, perusahaan berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 121% antara 2018 hingga 2022, atau mencerminkan 17,15% secara tahunan secara CAGR.
Jika dilihat secara segmen bisnis, maka belanja daring menyumbang penjualan terbesar di 2022 dengan porsi 45%. Segmen itu disusul oleh layanan penjualan untuk pihak ketiga dan AWS dengan porsi masing-masing 25% dan 15%.
Sementara itu, jika dilihat secara geografis, maka perusahaan paling banyak mendapatkan pendapatan dari Amerika Utara, yakni sekitar 60% dari total penjualan, dan diikuti oleh segmen internasional sebesar 25%.
Kendati mencetak pertumbuhan pendapatan yang masih positif, perusahaan rupanya mencetak rugi dari operasi berjalan (income/loss from continuing operation) sebesar US$2,7 miliar di 2022. Angka tersebut terbilang menurun 108% dibanding raihan laba yang terjadi tahun sebelumnya US$33,4 miliar.
Hal ini terjadi setelah perusahaan terbebani oleh biaya non-operasional yang lebih tinggi sepanjang tahun tersebut akibat kenaikan suku bunga acuan AS dan depresiasi Dolar AS. Biaya-biaya tersebut mencakup peningkatan pembayaran bunga utang, kerugian selisih kurs karena fluktuasi mata uang, dan biaya terkait akuisisi atau divestasi.
Kondisi tersebut seolah-olah membalikkan “masa bulan madu” yang dialami perusahaan sepanjang 2020-2021.
Kala itu, perusahaan mampu mencetak rekor pertumbuhan laba bersih hampir dua kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya akibat kebijakan quantitative easing sehingga suku bunga acuan The Fed sangat rendah, yakni di kisaran 0%-0,25% dalam waktu yang cukup lama. Implikasinya, Amazon menikmati bunga pinjaman yang sangat rendah sehingga perusahaan dapat berekspansi dengan leluasa.
Sayang, rezim suku bunga rendah itu berakhir di 2022 ketika The Fed mulai mengerek suku bunga acuannya dengan sangat agresif. Bahkan, The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di level 5% di tahun ini, yang diperkirakan masih akan membebani kinerja laba perusahaan.
Hanya saja, analis beranggapan bahwa kondisi tersebut mungkin akan kembali membaik pada 2024 seiring inflasi yang lebih terkendali dan tensi geopolitik yang diharapkan bakal mereda.
Konsensus analis meramal bahwa harga saham Amazon akan berada di US$145,7, atau menunjukkan potensi apresiasi 12% dari harga penutupan 23 Juli 2023 sebesar US$130.
Namun, jika dibandingkan dengan kompetitornya, maka valuasi saham Amazon relatif lebih mahal, yakni dengan rasio harga saham per laba (rasio P/E) sebesar 14.3x P/E. Sementara itu, rata-rata valuasi sektornya berada di 9.2x P/E.
Hanya saja, valuasi saham Amazon memang selalu melebihi industri dalam lima tahun terakhir. Hal ini karena Amazon telah menjadi jenama top of mind di pasar serta munculnya optimisme masyarakat bahwa perusahaan ini memiliki prospek cerah sehingga sahamnya pun memiliki permintaan atau likuiditas yang tinggi.
Menurut Pluang, berinvestasi pada saham teknologi dan e-commerce di tengah tensi geopolitik yang memanas, suku bunga yang tinggi, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia memang bukan keputusan yang bijak. Pluang menganggap, rasio risk to reward sektor tersebut sedang kurang menarik sehingga Sobat Cuan disarankan untuk terus memperbarui informasi terkini terkait saham ini, terutama terkait dampaknya terhadap profitabilitas emiten.
Setiap jenis investasi tentunya memiliki risiko, tak terkecuali berinvestasi pada saham Amazon. Berikut beberapa risiko yang wajib diketahui sebelum berinvestasi di saham Amazon:
Transaksi Saham Amazon di Sini!
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini