Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di level 6.536,9 poin pada penutupan perdagangan Rabu (13/10), atau melesat 0,78% dibanding sesi perdagangan sebelumnya. Peristiwa ini sekaligus menandai titik tertinggi IHSG dalam 16 bulan terakhir.
Pelaku pasar nampaknya masih optimistis terhadap IHSG di tengah gonjang-ganjing sentimen eksternal. Salah satunya muncul dari proyeksi International Monetary Fund (IMF) yang meramal bahwa pertumbuhan ekonomi global hingga akhir tahun hanya 5,9%, susut dari prediksi sebelumnya 6%.
Selain itu, cuaca bursa saham global juga terpantau mendung. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terkoreksi 0,34% diikuti indeks FTSE di London yang luntur 0,45% dan Nikkei yang melorot 0,32%.
Aroma tak sedap sejatinya juga terpancar dari dalam negeri. Pada hari ini, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa Prompt Manufacturing Index (PMI) pada triwulan III 2021 susut ke level 48,75% dari triwulan sebelumnya yang bertengger di angka 51,45%.
Namun, pasar sepertinya tidak goyah atas sentimen buruk tersebut. Pada hari ini, total net foreign buy tetap luber dengan mencatat Rp1,24 triliun. Adapun penyebab tokcernya IHSG hari ini adalah sikap investor yang mulai demen menyerok saham-saham sektor old economy.
Ya, investor nampaknya telah kembali ke saham-saham sektor tradisional, seperti manufaktur dan perbankan berkapitalisasi pasar jumbo, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diramal makin kinclong jelang tutup tahun 2021. Makanya, tak heran jika saham seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan saham PT Astra International Tbk (ASII) laris diborong investor dengan nilai beli masing-masing Rp506,3 miliar dan Rp431,2 miliar.
Baca juga: Rangkuman Pasar: IHSG Kembali Merangsek Zona Hijau
Masih membincang sektor perbankan, pergerakan IHSG hari ini juga didorong oleh aksi korporasi berupa pemecahan nilai nominal saham yang dilakukan emiten perbankan raksasa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Sesi perdagangan hari ini menandakan pertama kalinya saham yang dikuasai Grup Djarum itu diperdagangkan di kisaran harga Rp7.320 per saham dari sebelumnya di kisaran Rp36.000 per saham.
Atas aksi korporasi itu, kapitalisasi pasar BBCA makin menempel dengan DBS Group Holdings Ltd Singapore. Berdasarkan data Bloomberg, kapitalisasi pasar BBCA saat ini berada di level Rp921,48 triliun sementara kapitalisasi pasar DBS Group Holdings tercatat US$78,46 miliar atau sekitar Rp1.115,57 triliun.
Nah, peristiwa tersebut lantas bikin saham BBCA juga masuk sebagai saham yang paling banyak ditransaksikan dengan frekuensi transaksi mencapai 103.101 kali transaksi. Harga saham BBCA pun sempat melesat ke Rp8.250 per saham, meski pada penutupan perdagangan saham BBCA harus puas ditutup di level Rp7.525. Kendati begitu, nilai saham BBCA tetap berhasil membukukan kenaikan 2,73% sepanjang hari ini.
Tokcernya kinerja BBCA juga menular ke sektor perbankan lainnya, utamanya bank pelat merah.
Nilai saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), misalnya, naik 1,42% pada perdagangan hari ini. Seolah tak mau ketinggalan, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ikutan nyosor 1,43%.
Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga ikut nongol 3,72%. Sementara itu, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terbang 4,30% ke level Rp6.675 per saham.
Ketika performa saham perbankan bak ketiban durian runtuh, kinerja saham sektor teknologi ternyata malah terlihat lusuh. Beberapa saham yang selama ini banyak diburu asing justru terus mengalami koreksi yang cukup dalam.
Saham PT Bukalapak Tbk (BUKA), misalnya, nyungsep 5,44% ke level Rp695 per saham. Saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) juga mengekor BUKA dengan amblas 6,83% ke level Rp1.160 per saham. Nilai sero PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) juga ikutan terjun 6,98% ke level Rp240 per saham.
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) selaku holding dari BUKA juga ikut terkena koreksi 1,97% ke level Rp1.490 per saham.
Baca juga: Rangkuman Pasar: Saham Batu Bara Pimpin IHSG di Awal Pekan
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini