Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Rabu (15/9) bertengger di titik 6.110,22 poin, atau melorot 0,31% dibanding pembukaan perdagangan. Lantas, apa yang terjadi di pasar modal hari ini? Mengapa IHSG bisa melorot kembali ke zona merah setelah dua hari berada di zona hijau?
Pelemahan nilai IHSG hari ini nampaknya disebabkan oleh sikap investor yang marak melakukan aksi ambil untung (profit taking). Di samping itu, pelaku pasar nampak ragu-ragu menginjakkan kaki di pasar modal lantaran waswas dengan kelangsungan ekonomi dunia ke depan.
Kemarin, Biro Statistik AS merilis data bahwa tingkat inflasi AS Agustus tercatat di 5,3% secara tahunan, atau melemah dibanding 5,4% sebulan sebelumnya. Kondisi ini bikin pelaku pasar kembali menerka-nerka terkait apakah bank sentral AS The Fed benar-benar jadi mengurangi pembelian instrumen surat utangnya (tapering).
Ketidakpastian tentang ekonomi ke depan tak hanya melanda pasar modal domestik. Di AS sendiri, tiga indeks saham utama Wall Street pun tumbang pada Selasa (14/9) karena antisipasi tersebut. Nilai indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) bertengger di 34.577,57 atau turun 0,84% dibanding pembukaan perdagangan. Sementara itu, nilai indeks S&P 500 dan Nasdaq juga masing-masing melorot 0,57% dan 0,45% di waktu yang sama.
Kekhawatiran investor tersebut, sayangnya, mengalahkan sentimen positif dari dalam negeri. Adapun, sentimen positif itu datang dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis bahwa Indonesia mencatat surplus perdagangan US$4,74 miliar sepanjang Agustus, yang merupakan surplus dagang terbesar sepanjang masa.
Dalam perdagangan hari ini, investor asing banyak melego saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dengan nilai Rp40,9 miliar, saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) senilai Rp29,8 miliar, dan saham perusahaan kertas milik Sinarmas Grup, PT Indah Kiat Pulp and Paper Tabk (INKP) sebanyak Rp25,6 miliar.
Sedangkan untuk saham yang laris diburu investor asing adalah saham PT Bukalapak Tbk (BUKA) sebesar Rp116,1 miliar, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar Rp117,4 miliar, dan saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang diborong Rp77,7 miliar.
Bukalapak akhirnya masuk ke dalam 20 perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia dengan menggenggam Rp88,7 triliun, berada di atas PT United Tractor Tbk (UNTR) dan juga PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).
Saat ini, jumlah mitra Bukalapak sudah mencapai 8,5 juta mitra. Perubahan pola transaksi dan juga aktivitas masyarakat ke arah digital dipercaya mampu membuat bisnis Bukalapak semakin moncer ke depannya.
Baca juga: Rangkuman Pasar : IHSG Raup Berkah dari Pelonggaran PPKM
Ketika kondisi IHSG sedang berdarah, saham-saham sektor konstruksi, terutama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor konstruksi, malah terus melanjutkan reli kenaikan harga.
Contohnya adlaah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Saham perusahaan konstruksi pelat merah pada perdagangan hari ini ditutup menguat 7,25% ke level Rp1.110 per saham. Terdapat pula saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yang juga melesat naik 7,19% ke level Rp895 per saham.
Seakan tidak mau kalah, saham PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) dan saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) juga ikut manggung dengan kenaikan harga saham masing-masing sebesar 4,95% dan 5,42%.
Penguatan saham-saham konstruksi masih didorong oleh pernyataan Lembaga Pengelola Investasi, atau Indonesia Investment Authority (INA), bahwa ada beberapa investor asing yang tertarik untuk berinvestasi di Indonesia.
INA sendiri memiliki dua metode pendanaan bagi investor yang tertarik masuk ke Indonesia, yakni thematic fund untuk mendanai proyek infrastruktur jalan tol senilai US$3,75 miliar dan master fund.
Hampir semua BUMN karya menggarap proyek tol sebagai portofolio bisnisnya. Sehingga, kabar tersebut langsung disambut pasar dengan gegap gempita.
Baca juga: Selain Rich Dad Poor Dad, Baca 3 Rekomendasi Buku Finansial Ini!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini