Selamat sore, Sobat Cuan! Cuaca mendung yang dialami sebagian wilayah Indonesia juga terpantau di atas langit IHSG dan pasar kripto sore ini. Apa sih penyebabnya? Yuk, simak selengkapnya di Rangkuman Pasar berikut!
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali gigit jari menutup sesi perdagangan Kamis (13/10). Betapa tidak, ia berakhir di level 6.880,62 poin pada hari ini alias melemah 0,41% dibanding sehari sebelumnya.
Sang indeks domestik melalui perjalanan yang berliku pada hari ini. Ia sempat melaju ke zona hijau pada pagi hari, bahkan sempat menyentuh level 6.933,70 poin, sebelum akhirnya menukik tajam ke bawah level psikologis 6.880 poin.
Namun, bukan hanya IHSG saja yang bernasib miris pada sore hari ini. Sebab, bursa lain di kawasan Asia juga mengalami kondisi yang tak kalah mengenaskan.
Lihat saja, nilai indeks Nikkei225 Jepang dan indeks saham Shanghai kompak melemah kurang dari 1% pada hari ini. Kemudian, nilai saham Hang Seng dan STI Singapura juga melorot lebih dari 1% di waktu yang sama.
Oleh karenanya, sentimen negatif eksternal menjadi biang keladi pelemahan IHSG saat ini.
Rupanya, pelaku pasar seantero Asia tengah ketar-ketir menanti perilisan data inflasi AS September yang dirilis malam nanti.
Sebenarnya, pelaku pasar tidak begitu mengkhawatirkan angka inflasi tersebut. Namun, mereka lebih deg-degan dalam mengantisipasi dampak yang ditimbulkan jika harga-harga barang dan jasa di AS melonjak tajam.
Jika inflasi kian meradang, maka bank sentral AS The Fed akan kembali mengerek suku bunga acuannya dengan agresif. Hal itu tentu akan ikut mengerek tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Hanya saja, peristiwa tersebut tentu bisa memicu arus modal keluar dari pasar Asia, termasuk Indonesia. Sehingga, daripada boncos di masa depan, pelaku pasar lebih baik melakukan aksi jual saham domestik saat ini.
Untungnya, pelemahan IHSG tertahan oleh kinerja apik saham batu bara, seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang masing-masing menguat 1,01% dan 0,5%.
Saham batu bara masih terlihat kinclong setelah harganya kembali membaik. Kali ini, perbaikan harga batu bara disebabkan oleh gangguan suplai dari Afrika Selatan menyusul mogok kerja yang dilakukan karyawan perusahaan logistik Transnet SOC.
Baca Juga: Pluang Pagi: 'Hantu' Inflasi Kian Gentayangan, Kripto & Saham AS di Titik Rawan
Setelah bingung menentukan arah sejak pagi hari, kondisi pasar kripto justru semakin tertekan di sore hari. Melansir Coinmarketcap pukul 15.24 WIB, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar sejagat mundur ke zona merah jika diukur dalam kurun 24 jam terakhir.
Sama seperti pagi tadi, pergerakan harga aset kripto di rentang harga sempit disebabkan oleh sikap wait and see investor dalam menanti perilisan data inflasi AS September.
Selama ini, pergerakan harga aset kripto memang cenderung sensitif terhadap inflasi. Maklum, data inflasi bisa memberikan gambaran mengenai arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Adapun hubungan pergerakan aset kripto dan kebijakan moneter The Fed bisa disimak melalui artikel berikut.
Selain itu, kepercayaan diri pelaku pasar juga ternyata semakin pudar menyusul rentetan peristiwa peretasan yang terjadi di kancah kripto selama Oktober. Data firma analisis blockchain Chainalysis mengatakan, terdapat sebanyak 11 peretasan yang terjadi sepanjang bulan ini dan menyebabkan total kerugian US$718 juta.
Baca Juga: Rangkuman Pasar: Investor Lagi 'Wait and See', IHSG & Kripto Pucat Pasi
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta lebih dari 140 aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini