Selamat sore, Sobat Cuan! Investor pasar saham domestik boleh semringah karena mandi cuan. Sayangnya investor kripto kembali garuk-garuk kepala karena beberapa aset kripto mulai balik arah. Apa yang terjadi? Simak selengkapnya di sini!
Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi perdagangan Selasa (19/7) dengan bertengger di 6.736,09 poin alias menguat 1,15% dibanding kemarin.
Sang indeks domestik memang sudah terlihat bertenaga sejak awal. Tengok saja, nilainya tak pernah sedikit pun melipir ke zona merah dalam kurun satu jam setelah pembukaan perdagangan.
Kali ini, kinerja saham apik sektor pertambangan menjadi bahan bakar yang memicu ngebutnya laju IHSG hari ini.
Di kelompok saham sektor pertambangan batu bara, misalnya, Sobat Cuan bisa melihat nilai saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) tumbuh fantastis 11,03% pada hari ini.
Tak ketinggalan, nasib mujur juga menghampiri saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) setelah masing-masing membukukan kenaikan nilai saham 5,73% dan 2,6% di waktu yang sama.
Saham emiten batu bara tampil memukau setelah pelaku pasar menaksir harga komoditas tersebut bakal meroket, seiring permintaannya yang juga diramal bakal terdongkrak di masa depan.
Namun pertanyaannya, apa pangkal ramalan pelaku pasar tersebut?
Asal tahu saja, harga minyak dunia telah tumbuh 5% dalam sehari terakhir. Jika harga minyak dunia terus meroket, maka beberapa negara yang menggantungkan sumber energinya ke minyak atau gas bumi mau tak mau akan mencari alternatif sumber energi lain. Nah, salah satu sumber energi tersebut adalah batu bara.
Lebih lanjut, tak cuma saham emiten batu bara saja yang kecipratan cuan. Sebab, saham emiten pertambangan secara umum memang membukukan pertumbuhan nilai signifikan sepanjang hari ini.
Lihat saja, nilai saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) sukses tumbuh 10,89% pada sesi perdagangan kali ini. Selain itu, terdapat pula PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang nilainya masing-masing loncat 7,41%, 6,09%, dan 5,53% di waktu yang sama.
Pelaku pasar berbondong-bondong menyerbu saham emiten yang dimaksud menyusul kenaikan harga nikel yang terjadi dalam dua hari terakhir.
Baca Juga: Pluang Pagi: Kripto Masih Melesat Kencang Kala Saham AS Mendadak Tumbang!
Pergerakan aset kripto di Selasa sore mulai terlihat "putar balik" setelah sebelumnya membukukan pertumbuhan fantastis di pagi hari.
Melansir Coinmarketcap pukul 15.37 WIB, hanya sisa enam dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar sejagat yang masih betah mendiami zona hijau dalam 24 jam terakhir.
Sore hari ini, faktor teknikal diyakini sebagai biang kerok utama lesunya pergerakan aset kripto.
Di satu sisi, pelaku pasar menangkap sinyal bahwa aksi akumulasi sudah berhenti setelah harga BTC gagal menembus tingkatan Moving Average (MA) selama 200 minggunya yakni US$22.600 per keping.
Nah, pada kondisi ini, pelaku pasar menganggap bahwa sesama pelaku pasar lainnya tak ingin kelewat bullish terhadap BTC. Akhirnya, rentetan aksi beli pelaku pasar pun berubah menjadi aksi jual. Pelaku pasar pun akhirnya tergoda untuk segera merealisasikan cuannya (profit taking).
Hanya saja, analis kemudian menemukan bahwa aksi profit taking ini memang sudah terdeteksi sejak siang tadi. Sobat Cuan bisa melihat contohnya di grafik ETH/USDT di bawah ini.
Biasanya, menjelang selloff, volume perdagangan akan menanjak mengikuti kenaikan harganya.
Tapi, volume perdagangan ETH tadi siang malah sempat terus bertambah meski harga ETH sudah terkoreksi. Sampai akhirnya, harga ETH pun jatuh mengikuti penurunan volume perdagangannya. Nah, hal ini mengindikasikan bahwa pelaku pasar sejatinya memang sudah mempersiapkan aksi profit taking sejak harga ETH mulai terkoreksi siang tadi.
Bagikan artikel ini