Baidu segera merilis laporan keuangannya pada Selasa (16/5). Lantas, seperti apa ulasannya? Simak di sini!
Baidu adalah perusahaan yang berfokus mengelola mesin pencari di Internet, layaknya raksasa teknologi Google, yang didirikan pada 2000. Lima tahun kemudian, perusahaan melantai di bursa Nasdaq dan melakukan listing berganda di bursa saham Hong Kong (Stock Exchange of Hong Kong Limited/SEHK) pada Maret 2021.
Kemudian, perusahaan pun mengadopsi kecerdasan rekayasa (artificial intelligence/AI) sejak 2010 dengan tujuan untuk memudahkan pelanggannya melakukan pencarian di internet. Inovasi tersebut pun mengantar Baidu sebagai mesin pencari dengan pengguna terbanyak di China hingga saat ini. Salah satu produk mesin pencarian Baidu, search-plus-feed app, misalnya, memiliki 622 juta pelanggan aktir per bulan pada Desember 2021.
Lebih lanjut, selama dua dekade terakhir, Baidu telah membuat portofolio produk yang terdiversifikasi dengan total pengguna lebih dari 1 miliar perangkat keras secara bulanan.
Tahun 2022 tampaknya menjadi periode yang berat bagi Baidu. Betapa tidak, perusahaan hanya membukukan pendapatan 123,7 miliar Yuan China atau melemah tipis 0,7% dari periode yang sama tahun lalu.
Lesunya pertumbuhan pendapatan perusahaan rupanya didorong oleh lesunya pendapatan di divisi pemasaran daring gara-gara kebijakan China yang berulang kali menerapkan kebijakan lockdown sepanjang tahun lalu. Kebijakan ini membuat pengiklan pikir-pikir ulang untuk memasarkan produknya secara agresif, sehingga mereka pun mengerem nafsu untuk memasang iklan di mesin pencari Baidu.
Pendapatan yang melempem pun mengantar Baidu untuk membukukan perolehan laba yang mengecewakan. Di tahun lalu, Baidu menorehkan laba bersih 7,5 miliar Yuan China atau anjlok 26% dibanding tahun sebelumnya.
Hanya saja, biang keladi atas lesunya laba perusahaan bukan saja disebabkan oleh lesunya pertumbuhan pendapatan perusahaan. Ternyata, di saat yang sama, perusahaan mengalami kenaikan biaya non-operasional dalam bentuk fair value loss dan impairment loss terhadap investasi jangka panjangnya. Namun, Pluang menganggap hal ini wajar terjadi lantaran nilai perusahaan teknologi seluruh dunia memang menurun sepanjang 2022.
Baca Juga: Pluang Insight: Menaksir Prestasi Keuangan Meta di Tengah Ancaman TikTok
Kendati terombang-ambing di tengah badai hebat sepanjang tahun lalu, Baidu untungnya diramal menemui laut tenang di kuartal I 2023. Sebab, sejumlah analis memprediksi bahwa Baidu akan mengantongi pendapatan sekitar 30 miliar Yuan China, tumbuh 5,6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski masih terlihat tertatih-tatih, divisi periklanan daring perusahaan semestinya akan menjadi sumber utama pundi-pundi pendapatan Baidu di periode tersebut. Pembukaan kembali "gembok" ekonomi China pascapandemi dan perayaan tahun baru Imlek diharapkan menjadi dua motor utama yang menggugah pengiklan untuk kembali memasang iklannya di mesin pencari Baidu.
Sayangnya, laju pertumbuhan pendapatan perusahaan diramal bakal terjegal oleh pendapatan lini bisnis komputasi awan yang tiarap. Prediksi ini pun dapat dimaklumi mengingat pertumbuhan permintaan bisnis komputasi awan global di China, utamanya dari permintaan pemerintah, tengah melambat. Apalagi, teknologi chatbot AI milik Baidu, Ernie Bot, diharapkan tidak akan berkontribusi terlalu banyak bagi pendapatan perusahaan di kuartal I 2023.
Meski diramal akan mencetak pertumbuhan pendapatan yang "suam-suam kuku", Baidu ternyata diharapkan bisa mencetak pertumbuhan laba yang sangat mentereng.
Sampai sejauh ini, sejumlah analis memperkirakan laba per saham Baidu di angka 12,93 Yuan China di kuartal I 2023, melesat 64% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Aksi efisiensi plus perbaikan margin usaha perusahaan diharapkan dapat mendorong raihan laba perusahaan di periode tersebut.
Nilai saham Baidu per Senin (15/5) memang telah turun 19% secara tahun kalender (year-to-date). Kendati begitu, kinerja saham Baidu ini masih lebih "mendingan" dibanding rata-rata pelemahan saham di sektornya yakni -26%.
Harga saham Baidu masih bertahan berkat rentetan kabar positif mengenai Ernie Bot. Hanya saja, analis menganggap bahwa berita tersebut hanyalah euforia sesaat. Buktinya, harga saham Baidu saja bergerak sideways dalam sebulan belakangan.
Bahkan, analis juga tidak meramal akan kehadiran berita positif atau keterbukaan informasi lebih lanjut terhadap Ernie bot sampai paling cepat di kuartal III 2023. Sehingga, mereka pun menaksir harga saham Baidu tetap bergerak sideways pada jangka pendek.
Meski tak berharap banyak dari Ernie Bot di jangka pendek, analis tetap optimistis terhadap potensinya di jangka panjang. Pasalnya, inovasi tersebut diharapkan dapat menumbuhkan jumlah pengguna aktif bulanan Baidu sehingga perusahaan dapat memaksimalkan monetisasi di segmen bisnis periklanan daring.
Selain Ernie Bot, katalis positif lain untuk kinerja saham Baidu ke depan adalah sikap manajemen yang telah mengotorisasi pembelian kembali (buyback) saham baidu hingga US$5 miliar sampai 31 Desember 2025. Aksi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepemilikan perusahaan di sahamnya sendiri sehingga Baidu dapat mengantongi laba ditahan (retained earnings) yang lebih besar.
Berdasarkan katalis tersebut, sejumlah analis menargetkan harga saham Baidu di level US$179 di akhir 2023 atau 49,1% lebih tinggi dari penutupan Jumat (12/5). Adapun valuasi Baidu jika ditinjau dari rasio laba per saham (price-to-earning ratio/PER) mencapai 19,9x P/E atau di bawah rerata lima tahun terakhir.
Transaksi Saham Baidu di Sini!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, Saham AS, serta ratusan aset kripto dan belasan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini