Hash rate adalah salah satu istilah populer yang terdapat di aset kripto. Istilah ini menggambarkan tingkat kecepatan penambang dalam menambang aset kripto.
Hash rate sendiri diturunkan dari kata hash, yakni satu komputasi atau “tebak-tebakan” dalam menyelesaikan satu blok transaksi di sistem blockchain aset kripto. Adapun nilai hash rate bisa naik atau turun, tergantung kesulitan tebak-tebakan tersebut.
Besaran hash rate tergantung dengan hash function. Ini adalah istilah yang menggambarkan kemampuan mesin milik penambang dalam mengompresi informasi yang diperoleh dalam memproses transaksi atau penambangan blok baru aset kripto.
Baca juga: Apa Itu Proof of Work?
Kecepatan merupakan kunci kesuksesan dari penambangan aset kripto. Sebab, masing-masing penambang harus buru-buru memecahkan masalah dan menambah blok transaksi ke sistem blockchain agar bisa mendulang cuan (dalam bentuk mining rewards) lebih dulu sebelum lainnya.
Dengan kata lain, kecepatan tingkat menambang merupakan representasi dari tingkat profitabilitas yang dimiliki sang penambang.
Tapi, memecahkan “tebak-tebakan” dalam pertambangan aset kripto bukanlah hal yang mudah, Setiap mesin perlu menjawab jutaan pertanyaan per detik, sehingga membutuhkan tenaga listrik yang cukup banyak. Sebagai gambaran, penambang Bitcoin rata-rata mengonsumsi listrik 129 Terawat-hour (TWh) atau 0,6% dari total konsumsi listrik dunia.
Selain itu, penambang pun tidak bisa serta merta menambang aset kripto dengan menggunakan komputer standar. Alasannya, apalagi kalau bukan tingkat pemrosesannya yang sulit. Sehingga, dalam menentukan hash rate, tingkat Graphics Processing Unit (GPU) komputer adalah hal yang esensial.
Di kancah aset kripto, hash rate adalah hal yang penting dan diperhatikan semua orang. Mengapa demikian?
Bagi penambang mandiri, menghitung hash rate bisa membantu mereka memprediksi tingkat profatibilitas dalam menambang Bitcoin. Selain itu, mengetahui hash rate bisa membantu mereka dalam menentukan mesin andalan saat menambang Bitcoin.
Sekadar informasi, jenis mesin pertambangan aset kripto di dunia ini terbilang banyak. Setiap aset kripto ditambang dengan mesin berbeda, sehingga masing-masing memiliki tingkat kemampuan komputasi dan kebutuhan energi yang berbeda pula. Dan tentunya, menghasilkan hash rate yang berbeda.
Selain itu, tingkat hash rate juga bisa memberi sinyal bagi penambang aset kripto tentang kehadiran kompetitor lainnya di sistem blockchain.
Biasanya, jumlah tebak-tebakan di sistem blockchain semakin sulit jika banyak pemain berkecimpung di dalamnya. Artinya, tingkat hash rate pun akan semakin rendah. Melihat kondisi demikian, penambang perlu pasang kuda-kuda karena ada kemungkinan banyak penambang lain ikut mendulang cuan di kegiatan yang sama.
Kemudian, mengetahui tingkat hash rate tak hanya berguna bagi penambang, tetapi juga bagi pecinta aset kripto, khususnya Bitcoin.
Tingkat hash rate biasanya merepresentasikan tingkat kesehatan jaringan Bitcoin. Semakin tinggi hash rate maka artinya penambang menginvestasikan uangnya ke peralatan tambang yang lebih mumpuni. Sehingga, jaringan blockchain dianggap lebih aman.
Hal tersebut bisa bikin investor semakin pede dengan jaringan blockchain Bitcoin dan mengalirkan lebih banyak uang ke dalamnya. Sesuai hukum ekonomi, maka permintaan akan Bitcoin yang tinggi akan mengerek harga sang raja aset kripto tersebut.
Baca juga: Apa Itu Interest Rate Swap?
Karena setiap penambang perlu menebak tebak-tebakan yang cukup rumit dalam menambang satu blok aset kripto, makanya tak heran jika ukuran hash rate pun terbilang cukup besar.
Berikut ini adalah jenis-jenis ukuran hash rate yang sering digunakan di dalam pertambangan aset kripto.
Seiring perkembangan mesin pertambangan, harusnya tingkat hash rate bisa semakin lebih tinggi. Namun demikian, hal ini juga akan diikuti dengan semakin susahnya menebak tebak-tebakan di dalam jaringan blockchain. Seperti yang saat ini terjadi di dalam jaringan Bitcoin.
Tetapi, hal ini memang sengaja dilakukan demi menjaga kesinambungan produksi Bitcoin.
Jika tingkat “tebak-tebakan” di sistem blockchain Bitcoin tidak diperumit, maka semakin banyak penambang yang tergerak masuk ke dalamnya. Hanya saja, semakin banyak penambang tentu menyebabkan sirkulasi Bitcoin bertambah.
Namun, hal itu nantinya akan bikin Bitcoin semakin langka mengingat suplai Bitcoin hanya 21 juta keping saja di dunia ini.
Baca juga: Apa Itu Fixed Exchange Rate?
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Coinrivet, Sofi Learn
Bagikan artikel ini