Reksadana merupakan salah satu opsi instrumen investasi yang relatif aman serta mudah. Hanya tinggal ongkang-ongkang kaki, kamu sudah bisa mendapatkan cuan yang oke.
Namun tentunya, keamanan bukan satu-satunya yang harus dipertimbangkan dalam berinvestasi. Sebab, cuan reksadanamu mungkin bisa berkembang asal kamu punya strategi serta memilih produk reksadana yang tepat. Namun, bagaimana cara tips memilih produk reksadana tersebut?
Tak usah bingung, Sobat Cuan! Berikut adalah tips bagimu dalam memilih reksadana agar cuanmu maksimal!
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan, hingga Juli 2020 terdapat 3926 produk reksadana di Indonesia. Dari produk sebanyak itu, bagaimana memilihnya? Nah, langkah awal sebelum memutuskan produk reksadana yang akan kamu pilih adalah dengan menentukan dulu tujuan investasimu!
Biasanya, investor menggunakan reksadana untuk menginvestasikan dana jangka panjangnya seperti simpanan hari tua atau dana pendidikan anak. Jika kamu menginvestasikan dana pendidikan, artinya dana tersebut tidak akan mengendap selama dana simpanan hari tua.
Idealnya, dana yang kamu investasikan di reksadana adalah dana yang baru akan kamu butuhkan setidaknya lima tahun mendatang. Namun, tentu saja, kamu bisa memilih produk reksadana dengan jangka waktu yang lebih singkat kalau memang tujuan investasimu harus dicapai dalam waktu singkat.
Selain itu, kamu juga harus tau selera risikomu sendiri. Misalnya, dengan mengukur seberapa besar kamu bisa mentoleransi fluktuasi harga? Atau jika sewaktu-waktu kinerja reksadanamu stagnan? Nah, memahami selera risiko akan membantumu memilih jenis reksadana mana yang lebih tepat untukmu.
Baca juga: Mau Tekan Nafsu Belanja? Yuk, Coba Tantangan Nabung 30 Days Challenge!
Di Indonesia, reksadana tersedia dalam jenis yang sangat variatif dari segi penempatan dana, risiko, hingga akad jual belinya. Namun di sisi lain, tiap jenis reksadana punya kelebihan dan kekurangannya sendiri bagi dirimu. Makanya, kamu perlu mencocokkan produk reksadana yang kamu sasar dengan profil risikomu.
Jika kamu memiliki selera risiko konvensional, kamu mungkin akan menyukai reksadana pendapatan tetap, di mana kapitalmu akan bertambah dari kupon dan yield yang konsisten. Bukan berarti reksadana ini tanpa risiko, ya, hanya saja reksadana ini relatif lebih stabil dibanding lainnya.
Nah, kalau kamu adalah tipe investor yang senang tantangan, kamu mungkin bisa menempatkan danamu di reksadana saham. Reksadana saham bisa berjaya jika pasar sedang baik lewat capital gain meski volatilitasnya lebih tinggi.
Tapi, kalau sifat kamu berada di antara keduanya, kamu bisa memilih reksadana campuran. Jenis reksadana ini bisa meminimalisasi resiko dari reksadana saham dan pendapatan tetap.
Reksadana ini mengkomparasikan keduanya dalam penempatan dana sehingga kamu tetap bisa cuan saat market loyo ataupun saat bunga surat utang sedang rendah.
Baca juga: Apa Alasan Kamu Perlu Investasi Reksadana? Yuk, Simak di Sini!
Peran Manajer Investasi (MI) dalam pengelolaan reksadana sangat penting sebab mereka akan mewakilimu mengambil keputusan finansial tentang pengelolaan danamu. Jangan ragu untuk memilah-milih dengan cermat MI dari berbagai produk reksadana sebelum mulai berinvestasi.
Caranya, kamu bisa mulai mempelajari MI lewat prospektus tiap produk. Di sana, akan ada rekam jejak kinerja reksadana sebelumnya.
Selain itu, pastikan bahwa MI bisa memenuhi ekspektasimu mengenai kinerja investasi yang tercermin dalam prospektus. Meskipun, belum tentu produk yang prospektusnya merah akan mengulangi rekam jejaknya di masa depan.
Tak hanya itu, mengukur kredibitlitas dan kinerja MI juga bisa dilihat dari nilai aset kelolaan, atau disebut Asset Under Management (AUM). Namun AUM bukan satu-satunya tolok ukur, sebab kamu juga perlu melihat volatilitas produk tersebut.
Meski dikelola oleh MI yang kredibel, jika volatilitasnya tidak sesuai dengan selera risikomu, reksadana yang kamu pilih mungkin akan jadi masalah di masa depan.
MI membiayai perusahannya dari biaya (fee) yang dikenakan kepada kamu sebagai nasabah. Untuk itu, kamu perlu memastikan berapa fee yang akan dikenakan dan kapan akan ditagihkan padamu.
Beberapa MI mengenakan fee di depan. Namun, ada pula yang mengenakannya saat kamu melepaskan unit reksadanamu. Mekanisme fee ini bisa bermacam-macam tergantung produk dan kebijakan MI.
Namun, secara garis besar, kamu perlu memperhatikan berapa rasio pengeluaran manajemen agar kamu bisa membaca seberapa besar biaya yang dibebankan padamu. Biaya ini bisa saja dikenakan dengan metode selain fee berupa biaya tambahan.
Semakin besar rasionya, semakin kecil pula cuan investasimu karena terpotong biaya tersebut. Hanya saja, MI dengan rasio pengeluaran besar tidak selalu identik dengan produk reksadana yang paling bersaing. Jadi, teliti sebelum membeli ya, Sobat Cuan!
Kamu bisa memilih reksadana konvensional yang cukup berisiko namun berpotensi cuan besar seperti reksadana saham. Reksadana ini cocok digunakan jika kamu ingin mengendapkan dana jangka panjang. Danamu akan diinvestasikan sebanyak 80% di pasar modal sehingga kinerjanya sangat terpengaruh pada kinerja pasar modal.
Hanya saja, jika selera resikomu relatif konvensional, kamu bisa memilih reksadana pendapatan tetap dimana danamu diinvestasikan pada surat utang. Reksadana ini sangat minim resiko dengan fluktuasi yang rendah. Selain itu, reksadana ini cocok jika investasimu berjangka menengah.
Ketiga jenis yang disebutkan di atas adalah reksadana dengan strategi investasi aktif. Sementara itu ada pula produk reksadana yang mengelola investasinya secara pasif. Apakah itu?
Nah, imumnya reksadana semacam ini menggunakan strategi dengan menduplikasi kinerja satu kumpulan kinerja aset yang dibobotkan alias indeks. Hal ini berlaku bagi indeks baik di pasar saham maupun obligasi.
Kamu juga bisa memilih reksadana syariah yang dikelola sesuai prinsip syariah. Selain itu, saat ini sudah ada reksadana yang khusus membiayai sektor riil dan infrastruktur seperti Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT) dan Efek Beragun Aset (EBA).
Baca juga: Anti Pompom, Ini Alasan Reksadana Saham Lebih Aman bagi Sobat Cuan!
Nilai Aktiva Bersih (NAB) suatu reksadana tidak selalu mencerminkan kinerjanya di masa depan. Bisa saja, NAB yang kecil tumbuh lebih cepat, atau malah NAB besar lebih menguntungkan.
Namun terkadang, reksadana yang sudah sangat tua dan populer memiliki nilai NAB yang terlalu besar sehingga pertumbuhannya tidak cepat lagi. Akibatnya, cuanmu jadi tipis dan sulit berkembang.
Nah, dalam hal ini, kamu perlu mempelajari dengan baik produk reksadana agar tidak salah pilih, ya!
Namun, kalau kamu bingung mau pilih reksadana, Pluang selalu ada buat kamu, kok! Sebab, kamu bisa berinvestasi reksadana pasar uang dan pendapatan tetap dengan praktis dan mulai dari Rp15.000 saja!
Yuk, investasi reksadana di Pluang sekarang!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini