Berinvestasi di reksadana kini sudah menjadi pilihan banyak investor pemula. Sebab, seiring perkembangan zaman, kian marak berbagai platform daring yang menawarkan nilai minimum investasi yang rendah dan menjanjikan keuntungan yang wah.
Selain itu, investor pemula pun tak memerlukan pengetahuan dahsyat mengenai pasar modal untuk melakukannya. Sehingga, bisa dibilang bahwa investasi reksadana adalah pilihan yang aman.
Meski begitu, bukan berarti kamu bisa melakukan kesalahan nihil dalam berinvestasi reksadana. Tentu saja, ada rambu-rambu yang perlu dihindari agar kamu tidak tekor berinvestasi di sana.
Berikut adalah sembilan kesalahan berinvestasi reksadana yang perlu kamu hindari demi mendulang cuan yang maksimal!
Baca juga: Atur Risiko Investasi Melalui Reksadana, Ini 5 Hal Dasar yang Wajib Kamu Pahami!
Kamu tentu saja harus menetapkan tujuan finansial kamu dalam berinvestasi reksadana. Misalnya, apakah kamu membutuhkan uang sesegera mungkin? Atau justru untuk menunjang hari tua kamu?
Menetapkan tujuan tersebut akan membantu kamu memilih produk reksadana yang tepat. Sebagai contoh, jika kamu berencana untuk menggunakan imbal hasil reksadana untuk menopang masa setelah pensiun, maka lebih baik kamu berinvestasi di reksadana berpendapatan tetap.
Tak kenal maka tak sayang. Ungkapan itu nampaknya juga berlaku dalam investasi reksadana. Sebab, jika kamu langsung nyemplung berinvestasi tanpa bekal mumpuni, nantinya kamu akan kesulitan mengukur risiko produk reksadana yang kamu pilih.
Makanya, kamu perlu mencari tahu tentang jenis reksadana yang kamu pilih, ukuran asetnya, rasio bebannya, tren nilai imbal hasilnya, dan lain-lain.
Banyak investor di luar sana yang langsung keringat dingin melihat anjloknya indeks harga saham atau obligasi. Tapi, di dalam berinvestasi reksadana, kamu sejatinya tak perlu bersikap demikian.
Kamu harus paham bahwa berinvestasi di reksadana artinya mengumpulkan kekayaan dalam jangka panjang. Sehingga, kamu tidak perlu khawatir dengan koreksi di pasar modal yang terjadi di jangka pendek.
Bahkan, kamu seharusnya menahan diri untuk tidak terus memantau tren pasar modal agar kamu konsisten berinvestasi reksadana. Kalau iman kamu tidak kuat, kesempatan kamu dapat cuan juga bakal terlewat!
Terdapat dua macam investor di dalam lingkup investasi reksadana.
Tipe pertama adalah mereka yang menempatkan dananya di reksadana menginginkan kekayaan di jangka panjang. Sementara itu, tipe kedua adalah mereka yang tidak sabar dan memutuskan keluar dari investasi reksadana karena dianggap tak memberikan keuntungan dengan cepat, bosan, atau mungkin mengalami kerugian jangka pendek.
Kembali lagi, kamu perlu paham bahwa reksadana adalah wadah investasi jangka panjang, sehingga kamu tidak boleh memiliki pola pikir seperti tipe investor kedua tersebut.
Baca juga: 7 Kesalahan Finansial di Masa Muda
Pasti terdapat banyak orang yang menjawab “Nanti aja, deh!” ketika ditanya ihwal “Kapan mau memulai investasi reksadana?”.
Nah, sebenarnya, setiap waktu adalah saat yang tepat untuk berinvestasi reksadana! Kalau kamu menunggu waktu yang “tepat”, artinya tujuan kamu bukanlah berinvestasi, namun bermotif transaksional belaka.
Investasi reksadana memang menggiurkan di jangka panjang. Saking menjanjikannya, banyak kasus di mana investor menguras tabungannya sekaligus untuk berinvestasi reksadana.
Hal tersebut tentu tidak disarankan, Sobat Cuan. Sebab, artinya kamu nanti tidak akan memiliki dana darurat, misalnya untuk biaya kesehatan atau biaya tak terduga lainnya. Tetap harus hati-hati dan realistis ketika berinvestasi, ya!
Banyak sekali investor yang tidak menambah setoran reksadananya meski penghasilannya bertambah. Namun, kondisi tersebut sebaiknya dihindari. Sebab, nantinya imbal hasil kamu tak akan maksimal di jangka panjang.
Perlu diingat bahwa kamu perlu menaikkan setoran reksadana kamu setiap tahun. Kalau bisa, tingkat kenaikannya harus lebih besar dari inflasi. Tips ini cukup krusial lantaran banyak investor reksadana yang buntung gara-gara tak sadar hal ini.
Sobat Cuan pasti pernah mendengar istilah “Don’t put your eggs in one basket”, kan? Hal ini pun berlaku di investasi reksadana.
Diversifikasi adalah kunci demi mendapat keuntungan yang mantap dari reksadana. Sebab, setiap jenis reksadana memiliki aset dasar tersendiri, di mana pergerakan nilainya pun tidak berbarengan satu sama lain.
Untuk permulaan, cobalah untuk mendiversifikasikan asetmu ke dua atau tiga jenis reksadana. Kemudian, tentukan mana yang paling bikin kamu nyaman.
Kamu tentu tidak boleh malas mengecek kinerja reksadana kamu dalam jangka waktu tertentu, misalnya sebulan sekali atau setahun sekali.
Mengapa pengawasan ini penting? Karena kinerja ini diperlukan sebagai bahan evaluasi dan menentukan langkah investasi kamu ke depan.
Berinvestasi di reksadana memang mudah. Tapi, bukan berarti kita mengesampingkan sikap disiplin dan konsisten ya, Sobat Cuan!
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: TradeBrains
Bagikan artikel ini