Cloud Mining memungkinkan semua orang untuk bisa menambang kripto. Namun, apa risiko dan keunggulannya? Simak di sini!
Cloud Mining adalah sebuah proses di mana setiap orang bisa berpartisipasi di dalam penambangan aset kripto tanpa perlu memiliki perangkat keras khusus yang terkait dengan aktivitas tersebut.
Dalam kegiatan ini, penambang individu bisa menambang aset kripto dengan menyewa daya komputasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki dan mengelola perangkat keras tersebut. Hal ini bisa terjadi berkat kehadiran teknologi komputasi awan (cloud computing), di mana beberapa server disimpan dan diproses di internet alih-alih di server lokal. Akibatnya, seluruh orang di dunia pun bisa melakukan penambangan aset kripto asal terhubung ke jaringan internet.
Jika penambangan berhasil, maka bonus penambangan tersebut (rewards) akan dibagi antara penambang dan perusahaan pemilik perangkat keras.
Untungnya, penambang yang ingin berpartisipasi di dalam Cloud Mining tidak perlu repot-repot mencari tempat penyewaan daya komputasi. Pasalnya, kini terdapat sejumlah platform yang menghubungkan penambang dengan perusahaan pemilik perangkat keras, seperti Youhodler.com, Binance cloud mining, Hashfrog.com, Nicehash.com, Ecos.am, dan Go.stormgain.app.
Baca Juga: Chainlist: Mengenal Platform Integrasi Wallet Kripto ke Blockchain
Cloud Mining adalah sebuah inovasi yang memudahkan penambangan aset kripto. Namun, bagaimana cara kerja kegiatan ini sehingga setiap orang kini bisa menambang aset kripto?
Ketika ingin berpartisipasi di Cloud Mining, penambang wajib memiliki akses terhadap mining farm milik penyedia jasa. Adapun mining farm sendiri adalah sebuah pusat data yang terletak di lokasi terpencil yang khusus dimanfaatkan untuk penambangan kripto.
Untuk bisa berkegiatan di mining farm, penambang wajib membeli sebagian porsi dari hash power yang dimiliki oleh penyedia jasa. Asal tahu saja, hash power adalah jumlah daya komputasi yang dimiliki perangkat keras untuk menjalankan dan memecahkan beberapa algoritma kriptografi untuk menambang aset kripto.
Setelah menemukan sejumlah akses ke mining farm, penambang pun kemudian bisa memilih satu dari sekian banyak perusahaan penyedia jasa yang dirasa cocok dengan kebutuhannya.
Adapun salah satu faktor yang bisa dipertimbangkan ketika memilih penyedia jasa adalah klausul kontrak penambangan.
Dalam hal ini, sejumlah penyedia jasa menawarkan hash power dari 500 hingga 1.000 Giga hashes per detik dengan masa kontrak satu tahun. Namun, ada pula yang menawarkan durasi kontrak lebih singkat, misalnya enam bulan saja. Masa kontrak dan jumlah hash power sangat berpengaruh terhadap tarif yang perlu dibayar penambang ke perusahaan penyedia jasa di awal.
Jika pembayaran selesai, maka perusahaan penyedia jasa akan mempersiapkan sumber daya yang dibutuhkan penambang untuk melakukan Cloud Mining.
Aktivitas penambangan yang sukses akan membuahkan profit dan reward. Mereka yang melakukan penambangan aset kripto secara mandiri tentu akan menguasai seluruh profit dan reward tersebut. Hanya saja, hal itu tidak berlaku di kegiatan Cloud Mining.
Jika penambangan berhasil, maka penambang akan mendapatkan profit dan reward sesuai dengan jumlah hash power yang telah dibeli sebelumnya.
Baca Juga: Apa Itu Konsep Mineable dan Unminable Coin dalam Jagat Kripto?
Selain praktis, Cloud Mining juga memberikan keleluasaan bagi penambang untuk menambang aset kripto melalui dua model penambangan sesuai seleranya masing-masing. Kedua model itu terdiri dari:
Dalam model satu ini, penambang bisa menyewa sejumlah porsi dari hash power yang dihasilkan oleh sebuah mining farm. Penambang yang ingin melakukan model penambangan ini bisa berlangganan ke salah satu paket yang disediakan penyedia jasa, sehingga mereka bisa mendapatkan porsi reward berdasarkan hash power-nya.
Di samping itu, model ini tidak mewajibkan penambang untuk membayar biaya pemeliharaan perangkat keras milik si penyedia jasa.
Selain itu, terdapat pula tipe penambangan lain bernama Host Mining, yakni sebuah model di mana penambang akan membeli atau menyewa perangkat keras yang dimiliki oleh penyedia jasa. Sehingga, berbeda dengan model Hash Power Leasing, Host Mining mewajibkan penambang untuk ikut membayar biaya pemeliharaan perangkat-perangkat tersebut.
Kendati begitu, cuan yang dihasilkan dari model satu ini dianggap lebih baik ketimbang Hash Power Leasing. Sebab, penambang juga memiliki kendali atas perangkat-perangkat penambangan, sehingga ia pun bisa lebih mudah mengalokasikan hash power ke mining pool lainnya.
Aktivitas penambangan melalui Cloud Mining memiliki berbagai keunggulan sebagai berikut:
Agar bisa berpartisipasi di kegiatan ini, penambang hanya perlu membayar biaya sewa ke penyedia jasa. Implikasinya, semua orang, bahkan yang minim pengetahuan tentang aset kripto dan teknologi sekali pun, bisa menambang aset kripto dengan leluasa.
Penambangan aset kripto tradisional membutuhkan daya komputasi yang kuat. Hanya saja, penggunaan daya yang jor-joran juga akan berimbas ke peningkatan tagihan listrik.
Untungnya, bengkaknya biaya listrik bisa dicegah jika sang penambang berkecimpung di Cloud Mining.
Dalam kegiatan ini, penambangan terjadi di dalam cloud alih-alih di perangkat keras milik penambang. Sehingga, penambang pun bisa menghemat tagihan listriknya atas kegiatan penambangan kripto.
Penambang hanya memerlukan komputernya saja untuk melakukan Cloud Mining. Akibatnya, ia pun tak perlu membeli peralatan baru hanya demi "menggali" aset-aset kripto.
Karena penambang tak perlu membeli peralatan baru, maka ia pun bisa terbebas dari biaya-biaya pemeliharaan perangkat keras yang kerap menguras kantong penambang.
Masyarakat mungkin hanya mengenal trading sebagai sarana mendapatkan cuan di jagat kripto. Namun, mereka rupanya bisa meraih pendapatan pasif hanya dengan berpartisipasi di Cloud Mining.
Di dalam kegiatan ini, sebagian besar proses penambangan sejatinya diurus oleh perusahaan penyedia jasa. Sehingga, penambang pun bisa meraih pendapatan pasif tanpa harus melakukan apapun.
Meski memudahkan akses penambangan kripto, Cloud Mining sejatinya juga menyimpan risiko yang bisa mengganggu kenyamanan penambang.
Penambang perlu berhati-hati dan melakukan riset mendalam dalam memilih perusahaan penyedia jasa Cloud Mining. Pasalnya, kini terdapat oknum tidak bertanggung jawab yang melakukan penipuan berkedok Cloud Mining di jagat kripto.
Jika terjerat modus kejahatan tersebut, maka penambang bisa didera kerugian yang amat parah.
Potensi profit dari Cloud Mining terbilang lebih rendah dari penambangan mandiri. Pasalnya, dalam kegiatan tersebut, penambang dibebani biaya sewa ke penyedia jasa.
Bahkan, ada kalanya profit dari Cloud Mining lebih rendah dari trading atau menahan (hodling) aset kripto.
Ketika memutuskan berpartisipasi di kegiatan ini, penambang perlu sadar bahwa ia menyerahkan seluruh kendali dan proses penambangan aset kripto ke perusahaan penyedia jasa. Dalam hal ini, penyedia jasa menentukan jenis aset kripto yang ingin ditambang dan kapan waktu yang tepat untuk menjualnya.
Akibatnya, jika perusahaan penyedia jasa tiba-tiba gulung tikar, maka potensi cuan sang penambang berada dalam bahaya.
Sejumlah perusahaan penyedia jasa kadang enggan membeberkan detail mengenai biaya yang dikenakannya, operasinya, atau informasi lainnya. Samarnya data-data tersebut membuat penambang kesulitan dalam menakar potensi cuan dari kegiatan Cloud Mining.
Pasar kripto dikenal memiliki tingkat volatilitas yang tinggi. Sehingga, nilai aset kripto yang sukses ditambang bisa terjun bebas jika situasi pasar sedang tidak kondusif.
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Sumber: Binance, Investopedia, 101blockchains
Bagikan artikel ini