Lebih dari 400 pekerja di Google dan perusahaan induknya, Alphabet, telah menandatangani kontrak untuk membentuk serikat pekerja Google ‘Alphabet Workers Union’.
Hal ini dilakukan untuk mendorong perusahaan raksasa teknologi tersebut memperhatikan karyawanya. Setelah bertahun-tahun memprotes perubahan di perusahaan ikonik Silicon Valley tersebut.
Langkah ini jarang terjadi dalam industri teknologi, yang secara historis resisten terhadap pengorganisasian tenaga kerja formal.
Tetapi pengumuman itu menggarisbawahi gelombang aktivisme yang berkembang di bidang teknologi.
Alphabet Workers Union ini didukung oleh Communications Workers of America, dan terbuka untuk karyawan tetap dan kontrak.
Grup tersebut akan memiliki anggota yang membayar iuran, dewan direksi terpilih dan staf pengorganisasian yang dibayar, menurut rilis, seperti dikutip dari Cnet, Selasa (5/1).
Akan tetapi, serikat pekerja tersebut dilaporkan tidak mencari ratifikasi federal melalui Dewan Hubungan Perburuhan Nasional. Yang berarti, mereka tidak akan memiliki hak tawar-menawar secara kolektif.
Baca juga: Apa Itu Credit Union (Koperasi)?
“Kami adalah pekerja yang membuat Alphabet. Kami menulis kode, membersihkan kantor, menyajikan makanan, mengemudikan bus, menguji mobil tanpa pengemudi, dan melakukan semua yang diperlukan agar raksasa ini tetap berjalan,” kata Parul Koul dan Chewy Shaw, insinyur di Google dan ketua Alphabet Workers Union.
“Adapun, kami ingin Alphabet menjadi perusahaan tempat para pekerjanya memiliki suara yang bermakna dalam keputusan yang memengaruhi kami dan masyarakat tempat kami tinggal,” lanjutnya
Serikat pekerja Alphabet Workers Union hadir juga untuk memastikan para karyawan dipekerjakan dengan upah yang adil, tanpa dibayang-bayangi rasa khawatir terhadap tindak pelecehan atau diskriminasi. Demikian dinyatakan oleh ketua serikat pekerja itu lebih lanjut.
Baca juga: Mengenal Pasar Saham AS
Google pernah mendapat kecaman dari sejumlah penentu kebijakan ketenagakerjaan AS. Perusahaan teknologi itu dituduh secara tidak sah memecat beberapa pekerja hanya gara-gara menyuarakan protes terhadap kebijakan perusahaan dan dukungan untuk upaya pembentukan serikat pekerja.
Sedangkan Google menyatakan yakin bahwa perusahaan telah mematuhi aturan hukum yang berlaku.
Namun, ini bukan pertama kalinya Google menghadapi tekanan dari serikat pekerja.
Pada tahun 2019, sekelompok kecil kontraktor di Pittsburgh berserikat dengan dukungan United Steelworkers Union.
Pada tahun itu juga, sekelompok pembuat YouTube mengatakan bahwa mereka bergabung dengan IG Metall, serikat pekerja metal Jerman. Untuk menuntut transparansi lebih dari platform video milik Google.
Pada saat itu, YouTube mengatakan akan bertemu dengan kelompok tersebut tetapi tidak akan menegosiasikan tuntutan serikat.
Baca juga: Di Tengah Ketidakpastian Ekonomi, Ini Prediksi Investasi Saham 2021
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: Forbes.com
Bagikan artikel ini