Rangkuman Kabar Rabu (3/11) mengulas sejumlah berita dari dalam dan luar negeri, diantaranya proyek ambisi Menkeu Sri Mulyani untuk menekan emisi.
Selain itu, kendala dalam rantai pasok jelang keputusan FOMC dini hari nanti bikin hantu inflasi makin ngeri! Yuk, simak selengkapnya di rangkuman kabar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuat target ambisius yakni “mempensiunkan dini” Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang bertenaga batu bara pada 2040. Tenggat ini lebih cepat dari rencana semula yakni tahun 2060 lantaran Indonesia ingin buru-buru menekan emisi karbon.
Hanya saja, Sri Mulyani bilang kalau aksi ini butuh investasi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang cukup besar. Ia menyebut Indonesia butuh investasi EBT senilai US$25 -30 miliar dalam delapan tahun ke depan. Ia juga mengklaim pemerintah telah mengidentifikasi PLTU dengan total kapasitas 5,5 Gigawatt yang dapat segera dialihkan kepada energi terbarukan.
Investasi EBT yang masuk ke Indonesia tentu akan memperkuat nilai Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB), yang merupakan salah satu komponen penting pertumbuhan ekonomi. Selain itu, niatan Indonesia untuk beralih ke energi hijau pun diharapkan dapat membuka sektor investasi baru selain sektor-sektor tradisional seperti manufaktur.
Hanya saja, peralihan dari energi batu bara ke energi hijau pun tak boleh tergesa-gesa. Sebab, hal tersebut kemungkinan bisa menimbulkan inflasi dan krisis listrik jika tidak dipersiapkan dengan matang. Mengapa demikian?
Tenaga listrik batu bara dikenal sebagai tenaga listrik berkapasitas besar dan efisien. Jika energi baru terbarukan tidak bisa menghasilkan tarif listrik dan kapasitas yang tidak lebih baik dari batu bara, maka masyarakat Indonesia akan terkena mudharatnya.
Bank Indonesia mengatakan infrastruktur pembayaran anyar miliknya, BI-FAST, mampu mengeksekusi 2.000 transaksi per detik. Artinya, sistem itu dapat menyelesaikan hingga 30 juta transaksi dalam sehari
Sistem yang rencananya akan efektif beroperasi pada pertengahan Desember mendatang itu menyediakan layanan back-end. Sehingga, bank dan lembaga keuangan yang menggunakannya dapat beroperasi dengan sistem ini tanpa meninggalkan identitas lembaganya.
Adapun transaksi yang dapat dilakukan antara lain nota debit atau kredit, uang elektronik, danalat pembayaran menggunakan kartu. Nantinya, bank dan lembaga keuangan dapat mengenakan tarif maksimal Rp2.500 per transaksi kepada nasabah.
Jika BI-Fast bisa memproses transaksi lebih cepat, maka hal itu dapat mendukung transaksi elektronik yang saat ini tengah berkembang di Indonesia.
Selain itu, tarif transaksi antar bank yang lebih murah akan mendorong kenaikan nilai transaksi digital dan inklusi keuangan. Jika kenaikan nilai transaksinya terbilang signifikan, maka ukuran transaksi digital di Indonesia akan meroket. Pertumbuhan tersebut tentu bisa menjadi daya tarik bagi investor asing yang ingin menggarap sektor ekonomi digital di Indonesia.
Baca juga: Rangkuman Kabar: SHIB Makin Laris, Harga Minyak Naik Fantastis
Bank sentral Amerika Serikat The Fed digadang akan mengumumkan hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini. Berdasarkan risalah rapat terakhir, The Fed diyakini akan mengurangi pembelian surat utang sebagai bentuk stimulus moneter, atau lebih dikenal sebagai tapering.
Namun, keputusan itu dibayangi oleh persoalan rantai pasok yang terus mengerek inflasi saat perekonomian stagnan alias ‘stagflasi’. Merespons persoalan rantai pasok, Gedung Putih pun meluncurkan dashboard khusus memantau rantai pasok pada laman resminya. Dashboard itu akan memperbaharui kendala rantai pasok tiap dua minggu untuk mencegah penumpukan pasokan di pelabuhan-pelabuhan sibuk.
Secara terpisah, Chief Executif Mandarin Shipping, Tom Huxley menyebut gangguan rantai pasok dipastikan akan berlangsung lama. Pasalnya, segala upaya mengurai kusutnya persoalan ini membutuhkan waktu setidaknya hingga 2023, yakni ketika ekosistem logistik telah sepenuhnya menyesuaikan kenaikan permintaan pasar dunia.
Gangguan rantai pasok yang berkepanjangan akan mengerek naik harga keekonomian komoditas saat tiba di tangan konsumen. Artinya, fenomena ini secara alami akan menciptakan inflasi sampai biaya logistik dapat kembali normal.
Selain berdampak pada inflasi, gangguan rantai pasok juga akan memengaruhi produktivitas perusahaan consumer goods. Jika produktivitasnya melambat, maka hal itu akan berpengaruh ke segala lini, mulai dari penyerapan tenaga kerja hingga melambatnya kinerja keuangan perseroan terkait.
Pemerintah China mengeluarkan imbauan kepada warganya untuk menyetok kebutuhan dasar. Imbauan tersebut didasari oleh berkembangnya bebagai isu di China seperti meningkatnya kasus COVID-19 dan juga meningkatnya tensi politik dengan Taiwan.
Tak lama setelah imbauan tersebut diumumkan, warga China berbondong memborong kebutuhan pokok seperti beras, minyak dan garam. Sayur-mayur khas musim dingin seperti timun dan kubis pun mengalami kelangkaan dan kenaikan harga fantastis hingga melampaui harga sepotong daging babi.
Meski begitu, pemerintah memastikan bahwa pasokan bahan pokok tetap terjaga. Imbauan untuk menyetok bukan didasari oleh kelangkaan melainkan kewaspadaan terhadap situsi terkini.
Imbauan tersebut akan berefek pada kenaikan harga pangan. Akibatnya, inflasi bahan pokok bulan ini di China mungkin akan lebih tinggi. Dengan demikian, maka China bisa saja terjebak stagflasi seperti negara-negara lain. Yakni, kondisi di mana inflasi melambung namun pertumbuhan ekonomi masih terlihat loyo.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini