Rangkuman kabar, Kamis (20/1) mengulas serangkaian perkembangan domestik dan mancanegara diantaranya keputusan BI untuk meningkatkan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan demi mencegah dampak tapering The Fed!
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mengerek nilai Giro Wajib Minimum (GWM) bank umum dua kali pada Maret dan September mendatang. Keputusan itu diambil selepas pemangku kebijakan moneter merampungkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI hari ini D
Rencananya, kenaikan GWM pertama akan berlaku mulai 1 Maret 2022 dari 3,5% menjadi 5%. Kemudian, BI akan kembali mengerek GWM menjadi 6,5% pada 1 September 2022.
Di saat yang sama, BI juga kembali menahan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) di level 3,5%.
Kenaikan GWM merupakan salah satu bentuk pengetatan kebijakan moneter untuk menekan jumlah uang beredar dengan mengurangi likuiditas perbankan. Langkah ini tentu akan menghambat penyaluran kredit perbankan dan bisa mengerem laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun, di saat yang sama, kebijakan ini bisa menghambat laju inflasi serta menjaga stabilitas pasar keuangan dalam negeri ketika bank sentral AS The Fed mengerek suku bunga acuannya tahun ini. Kenaikan suku bunga acuan The Fed akan membuat instrumen surat berharga AS menjadi lebih menarik dan berpotensi menyebabkan capital outflow dari Indonesia.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan tidak akan memperpanjang diskon biaya pencatatan awal dan pencatatan saham tambahan sebesar 50% untuk calon emiten baru. Sebagaimana diketahui, sejak tahun 2020 BEI memberikan diskon biaya pencatatan awal dan pencatatan saham sebagai bentuk stimulus terhadap calon emiten yang ingin melantai bursa selama masa pandemi.
Selama kebijakan tersebut berlangsung, tercatat 25 perusahaan telah memanfaatkan fasilitas diskon dan 39 aksi korporasi yang mengeluarkan saham kembali.
Keputusan untuk menghentikan stimulus berupa diskon IPO akan berimplikasi pada turunnya minat perusahaan untuk melantai di BEI. Namun di sisi lain, kebijakan ini bisa memberi sinyal bagi investor pasar modal bahwa pemulihan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di jalur yang tepat, sehingga investor diharapkan bisa terus menggelontorkan dana di pasar modal domestik.
Baca juga: Rangkuman Kabar: Ibu Kota Baru Jadi Polemik, Yield Obligasi AS Bikin Panik
Microsoft memecahkan rekor akuisisi terbesar lewat transaksi pembelian perusahaan penerbit video game Activision Blizzard seharga US$68,7 atau sekitar Rp986 triliun. Namun, transaksi yang diperkirakan rampung 2023 mendatang ini menuai kritik pedas dari World Bank.
Presiden World Bank David Malpass menyayangkan langkah Microsoft tersebut karena dianggap "tak sensitif" dengan upaya pemulihan ekonomi negara-negara dunia selepas dihantam pandemi COVID-19.
"Anda harus heran, 'tunggu sebentar, apakah ini alokasi dana yang tepat? Dana sebanyak itu akan masuk ke pasar surat utang'," ujar Malpass.
Menurutnya, saat ini kapital yang ada sebaiknya diarahkkan kepada negara miskin dan berkembang yang tengah berjuang menghadapi restrukturisasi utang dan menangani pandemi. Masyarakat dari negara miskin dan berkembang, ujarnya, juga tidak memiliki akses yang baik kepada pasar surat utang, di mana kapital senilai hampir Rp1.000 triliun tersebut parkir hingga proses akuisisi selesai.
Kapital yang timpang antara negara maju dan negara berkembang akan melebarkan gap rasio gini dan pembangunan. Di sisi lain, aksi korporasi jumbo Microsoft membuktikan bahwa sektor teknologi akan cemerlang ke depan. Sehingga, investor perlu mempertimbangkan untuk mendiversifikasi asetnya ke instrumen aset yang berkaitan dengan sektor tersebut.
Presiden AS Joe Biden mengancam akan memberlakukan sanksi ekonomi kepada Rusia jika nekat menginvasi Ukraina. Komentar ini ia sampaikan dalam merespons ketegangan politik antara Rusia dan Ukraina, di mana 100.000 personil tentara Rusia sudah ditempatkan di sepanjang wilayah perbatasan antara kedua negara tersebut.
Hubungan Rusia dan Ukraina telah memanas sejak 2014 lalu, ketika Rusia menganeksasi semenanjung Krimea dari Ukraina melalui proses yang diduga tidak sah. Pengamat dan ahli politik berpendapat bahwa Konflik ini bakal terus tereskalasi hingga membuka peluang terjadinya perang dunia ketiga.
Memanasnya situasi geopolitik dunia tentu akan bikin stabilitas ekonomi global terganggu. Pada masa-masa tersebut, tentu investor jadi malas untuk berinvestasi dan memilih menggenggam aset aman (safe haven).
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 dan Nasdaq index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: CNN, Bisnis, CNBC Indonesia, Reuters
Bagikan artikel ini