Rangkuman pasar dalam sepekan terakhir terbilang cukup bikin investor tersenyum lebar. Harga Bitcoin mencetak rekor tertingginya sepanjang masa yang kemudian diikuti oleh indeks saham AS.
Penasaran dengan kinerja pasar selama sepekan? Simak selengkapnya di ringkasan berikut!
Bitcoin tengah bernasib mujur pada pekan ini. Pada Rabu malam (20/10), nilai sang raja aset kripto akhirnya menembus rekor tertingginya sepanjang masa di US$67.277 per keping.
Harga Bitcoin nampak semringah setelah produk Exchange-Traded Fund (ETF) berbasis Bitcoin pertama di dunia kini telah beredar di Amerika Serikat. Ya, produk ETF besutan Proshares yakni Proshares Bitcoin Strategy ETF (BITO) resmi debut di bursa New York 19 Oktober silam. Peristiwa bersejarah ini membuat investor yakin bahwa Bitcoin kini sudah dipandang sebagai salah satu instrumen yang “sah” dan mampu bersanding dengan kelas aset lainnya.
Produk ETF ini pun sukses menarik perhatian investor. Beberapa hari setelah peluncurannya, BITO berhasil menjual 1.900 kontrak berjangka alias 95% dari total kuota kontrak Oktober sebanyak 2.000. Saking larisnya, ProShares kini malah sudah mulai menawarkan kontrak November.
Kinerja Bitcoin yang gemilang juga didorong kabar bahwa Digital Currency Group, perusahaan induk dana amanah Bitcoin Grayscale, kini memiliki wewenang untuk menyerok produk dana amanah Grayscale (GBTC) hingga US$1 miliar.
Produk GBTC sendiri sudah wara-wiri di pasar trading AS sejak 2015 silam dan kini sudah mengelola dana sekitar US$40,5 miliar. Baru-baru ini, Grayscale juga telah mengajukan permintaan resmi ke regulator pasar modal AS, The Securities and Exchange Commission, untuk mengubah produk GBTC ke ETF.
Meski demikian penguatan tersebut tak bertahan lama. Harga Bitcoin pada Sabtu (23/10) pukul 08.00 WIB bertengger di kisaran US$61.200 per keping. Maklum, harga Bitcoin yang melesat bak roket bikin investor nafsu melakukan aksi ambil untung (profit taking).
Seolah tak mau ketinggalan, harga altcoin pun ikut ngebut mengejar harga Bitcoin yang melaju kencang pekan ini. Salah satunya adalah koin native Ethereum, Ether (ETH).
Melansir Coingecko, ETH berhasil menyentuh rekor terbarunya US$4.361,18 pada Kamis (21/10) meski kini harga ETH sudah bertengger kembali di kisaran US$4.000 per keping pada Sabtu pukul 08.30 WIB.
Kendati demikian, terdapat ekspektasi bahwa ETH masih akan mengekor Bitcoin dengan menembus rekor tertingginya pada akhir pekan ini. Bahkan, nilai anggota grup altcoin lainnya pun diramal akan berkilau sepanjang weekend.
Selain ETH, pelaku pasar nampaknya juga perlu memantau gerak-gerik Solana (SOL) mengingat koin tersebut punya kemungkinan kuat untuk breakout jika ditinjau dari sisi teknikal. Harga SOL sendiri bertengger di level US$196,05 per keping pada Sabtu pukul 08.30 WIB, atau melesat 22,86% dalam sepekan terakhir.
Kabar lain datang dari platform exchange kripto Binance. Blockchain andalannya, Binance Smart Chain, berencana untuk memperkenalkan mekanisme pembakaran koin yang digunakan sebagai ongkos transaksi (gas fees). Melalui rencana yang termuat di dalam proposal Binance Evolution Protocol (BEP-95) tersebut, Binance bisa membakar koin native-nya Binance Coin (BNB) sehingga nilainya tetap terjaga.
Peristiwa ini digadang bisa mengerek harga BNB kembali ke rekor tertingginya yakni US$690 per keping. Pada Sabtu pukul 08.30 WIB, harga BNB nangkring di level US$479,71 per keping atau tumbuh 1,93% dalam sepekan.
Baca juga: Pasar Sepekan: Aset Kripto Makin Gagah, IHSG Ogah Goyah
Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan ini dengan bertengger di posisi 6.643,74 poin, menguat 0,16% dibanding penutupan pekan sebelumnya 6.633,34.
Meski tetap finish di zona hijau, gerak IHSG pada pekan ini terbilang cukup terjal. Salah satu biang keladinya adalah pergerakan harga batu bara yang cukup labil.
Ya, harga batu bara di awal pekan terbilang masih tokcer, namun kondisi tersebut berubah drastis di pertengahan pekan setelah pemerintah China berniat mengintervensi harga batu bara di negara tirai bambu tersebut.
Selain itu, laju IHSG juga tersandung penurunan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) yang membuat saham emiten perkebunan gigit jari. Tak ketinggalan, investor terlihat doyan melakukan aksi ambil untung (profit taking) di pekan ini setelah nilai IHSG tampak subur sejak pertengahan pekan lalu.
Meski demikian, pelemahan Dolar AS bikin investor getol merangsek pasar modal Asia, sehingga kinerja IHSG masih bisa melaju menuju akhir pekan. Kemudian, indeks domestik sepertinya juga ketiban berkah dari performa indeks saham AS yang tokcer akibat kinclongnya laporan keuangan emiten-emitennya pada kuartal III 2021.
Baca juga: Kenapa Kamu Harus Menabung Emas Online? Cari Tahu Jawabannya di Sini!
Trio indeks saham Wall Street kompak mencetak kinerja kinclong sepanjang pekan lalu. Nilai indeks Dow Jones Industrial Average lompat 1,1%, sementara Nasdaq Composite dan S&P 500 melaju lebih kencang dengan pertumbuhan nilai masing-masing sebesar 1,3% dan 1,6%.
Nilai indeks S&P 500 bahkan sempat mencetak rekor tertingginya 4.549,78 di sesi perdagangan Kamis (22/10) akibat kinerja mantap saham raksasa teknologi dan saham barang-barang konsumen.
Hanya saja, kinerja mumpuni S&P 500 tertahan oleh performa memble saham-saham sektor energi seiring ambrolnya harga minyak dunia. Ya, harga minyak dunia lemas setelah National Oceanic and Atmospheric Administration memperkirakan bahwa musim dingin AS tahun ini akan lebih hangat dari biasanya.
Laju indeks Nasdaq dan S&P 500 juga tersandung pada Jumat (22/10) setelah laporan pendapatan kuartal III Snap Inc dan Intel terbilang mengecewakan. Hal itu kian menekan performa sektor teknologi dan komunikasi yang memang sudah oleng akibat rencana bank sentral AS The Fed untuk melancarkan tapering.
Pekan depan, investor nampaknya perlu memantau ketiga indeks saham AS lebih seksama. Sebab, raksasa teknologi seperti Apple Inc, Microsoft, Alphabet, Amazon.com, dan Facebook akan silih berganti melaporkan kinerja keuangannya di triwulan III. Investor memang memantau ketat kinerja korporasi tersebut lantaran lima serangkai tersebut membentuk 22% dari indeks S&P 500.
Harga emas mengakhiri pekan ini dengan bercokol di level US$1,792.59 per ons, atau bertumbuh 0,54% dibanding sehari sebelumnya. Sementara itu, harga emas berjangka AS kukuh di level US$1.796,3 per ons, atau naik 0,8% dalam 24 jam terakhir.
Nilai sang logam mulia melesat kencang pada Jumat (22/10) dan bahkan sempat menembus US$1.815,5 per ons. Namun, harga emas kemudian mundur perlahan setelah bos The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral AS tersebut ngotot melancarkan tapering sesegera mungkin.
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto dan reksa dana! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Bagikan artikel ini