Setelah beredar dan didistribusikannya vaksin untuk mencegah virus corona, yang merupakan biang keladi penyakit COVID-19, banyak sekali stigma atau mitos yang beredar. Sayangnya, hal ini menghambat program vaksinasi nasional, baik di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia.
Namun, beberapa pakar kesehatan sudah membantah mitos-mitos yang beredar. Apa sajakah mitos-mitos tersebut?
Vaksin yang telah didistribusikan saat ini telah melalui serangkaian tes dan uji klinis yang melibatkan ribuan orang relawan. Perusahaan pengembang vaksin menegaskan bahwa tidak ada jalan pintas dalam mengembangkan vaksin corona. Dan hasil uji klinis telah menunjukkan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif.
Di Amerika Serikat, contohnya, vaksin buatan Pfizer-BioNTech, Moderna, dan Universitas Oxford-AstraZeneca, telah diteliti oleh Food and Drug Adminsitration (FDA). The European Medicines Agency dan Medicines and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA) Inggris juga sudah menguji vaksin sebelum diberikan ke masyarakat di wilayahnya masing-masing.
Berdasarkan hasil uji klinis, vaksin Pfizer-BioNTech memiliki efektivitas 95%, Moderna 94,1%, dalam mencegah infeksi Covid-19 parah. Sedangkan vaksin Oxford-AstraZeneca memiliki efikasi 70%.
Direktur MHRA June Raine menegaskan bahwa tidak ada jalan pintas yang diambil ketika Inggris memberikan EUA vaksin Pfizer-BioNTech dan menjadi negara pertama yang memvaksinasi warganya pada Desember 2020.
Baca juga: Pengembangan Vaksin Covid-19, Pertaruhan antara Pandemi dan Ekonomi
Vaksin Corona yang dikembangkan Pfizer-BioNTech dan Moderna dikembangkan menggunakan metode mRNA yang menginstruksikan sel dalam tubuh manusia dalam menciptakan protein yang dapat memicu kekebalan. mRNA tidak dapat menembus inti sel di mana DNA berada. Ini artinya, mRNA tidak dapat mempengaruhi atau berinteraksi dengan DNA kita.
Sebaliknya, vaksin corona mRNA bekerja memperkuat sistem imun tubuh dengan menciptakan kekebalan terhadap penyakit. Setelah itu, mRNA akan disingkirkan oleh sistem imun yang sudah terbentuk.
Faktanya, seseorang yang telah divaksinasi masih dapat menularkan virus kepada orang lain. Belum diketahui dampak vaksin terhadap transmisi virus Corona seiring masih banyaknya orang yang belum menerima vaksinasi. Sehingga, protokol kesehatan tetap harus dijalankan dengan disiplin melalui gerakan 3M: Menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker untuk mencegah penularan Covid-19.
Baca juga: Vaksin dan Stimulus Fiskal AS Cerahkan Prediksi Saham S&P 500 Tahun Ini
Vaksin mengajarkan sistem kekebalanmu untuk mengenali dan melawan ancaman tertentu. Mereka tidak membebani sistem kekebalan secara berlebihan atau melemahkannya.
Maka dari itu, dibutuhkan uji coba vaksin ada untuk menghilangkan keraguan tentang efeknya pada fungsi kekebalan atau penyakit lainnya.
Bagian dari proses penelitian melibatkan pengujian vaksin untuk memastikan bahwa vaksin tersebut tidak memiliki efek samping yang tidak diinginkan, seperti menyebabkan penyakit lain atau menempatkanmu pada risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit lain.
Efek samping ini biasanya diuji dan dicari jalan keluarnya melalui uji klinis vaksin fase III. Jika vaksin menyebabkan efek samping yang ekstrim yang membuatnya terlalu berisiko, vaksin itu tidak masuk ke pasar.
Sebagian besar, efek samping dari vaksin Corona tidak mengancam jiwa, juga tidak menyebabkan segala bentuk ketidaknyamanan sama sekali.
Namun, bagi mereka yang memiliki riwayat alergi, seperti anafilaksis, para ahli menegaskan kamu tidak boleh mengambil vaksin sama sekali.
Tapi tentu saja, kamu mungkin merasa sedikit lelah setelah mendapatkan vaksin. Selain itu, kamu mungkin juga mengalami nyeri otot, sakit kepala, dan demam. Namun, ini adalah kasus dengan semua vaksin. Ini bukan hal baru, dan jelas bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.
Bahkan, itu adalah tanda bahwa vaksin bekerja seperti yang dimaksudkan karena sistem kekebalan tubuhmu merespons!
Baca juga: 5 Alasan Pentingnya Jaga Kesehatan Finansial
Download aplikasi Pluang di sini untuk investasi emas, S&P 500 index futures, serta aset kripto Bitcoin dan Ethereum! Harga kompetitif di pasaran, selisih harga jual-beli terendah, dan tanpa biaya tersembunyi!
Untuk investasi emas, kamu bisa melakukan tarik fisik dalam bentuk emas Antam mulai dari 1 gram hingga 100 gram. Sementara dengan Pluang S&P 500, kamu bisa berinvestasi di kontrak berjangka saham perusahaan besar di AS! Mulai dari Apple, Facebook, Google, Netflix, Nike, dan lainnya! Segera download aplikasi Pluang!
Sumber: CNBC
Bagikan artikel ini