Tesla dikenal sebagai salah satu penggawa mobil listrik di dunia. Apakah nasib Tesla bakal tergerus oleh pesaing-pesaingnya?
Tesla (TSLA) adalah salah satu produsen kendaraan listrik yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Awalnya, perusahaan hanya memproduksi kendaraan listrik semata. Namun, Tesla lambat laun melebarkan sayap bisnisnya ke sektor energi terbarukan dan penyimpanan energi.
Kini, Tesla sudah menjelma menjadi salah satu produsen kendaraan listrik terbesar dan terpopuler sejagat. Sebagai buktinya, kini sejumlah kendaraan Tesla, mulai dari tipe sedan hingga SUV, terlihat hilir-mudik di jalanan Indonesia.
Perusahaan ini didirikan oleh Martin Ebenhard dan Marc Tarpenning pada 2003. Kemudian, pentolan Tesla yang populer saat ini, Elon Musk, berinvestasi di Tesla dan menduduki kursi komando perusahaan setahun kemudian. N
amun, posisi Musk saat itu dianggap kontroversial lantaran ia dianggap "menendang" Ebenhard dari kursi CEO Tesla dengan sengaja. Hasilnya, Musk beserta Ebenhard dan Tarpenning pun terlibat dalam sengketa hukum berlarut-larut setelahnya.
Kendati demikian, polemik tersebut tak menyurutkan niat perusahaan untuk terus berkembang. Akhirnya, pada 2010, perusahaan pun memutuskan untuk melantai di bursa saham AS dan menawarkan sahamnya di harga US$17 per lembar.
Saat ini, saham Tesla dikelompokkan sebagai saham sektor konsumsi sekunder (consumer discretionary). Adapun kompetitor Tesla yang berada di kategori yang sama adalah Ford Motors, General Motors, dan Nio Inc.
Hanya saja pertanyaannya, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kendaraan listrik?
Kendaraan listrik, atau disebut dengan Electric Vehicles (EV), adalah kendaraan yang ditenagai oleh listrik. Jenis kendaraan ini berbeda dari kendaraan konvensional yang disokong oleh bahan bakar fosil.
Hanya saja, kendaraan listrik pun terbagi lagi ke dalam beberapa jenis yang didasarkan pada porsi penggunaan tenaga listrik di dalam operasinya.
Baca Juga: Pluang Insight: Kebijakan 'Banting Harga' Bikin Laba Tesla Merana
Per 2022, perusahaan asal China menjadi juara pada penjualan kendaraan listrik. Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini, penjualan mobil listrik global dipimpin oleh produsen asal China, BYD Co. Ltd.
Namun, perlu diingat bahwa mobil-mobil keluaran BYD tidaklah “murni” kendaraan listrik lantaran merupakan gabungan dari produk BEV dan PHEV. Sehingga, jika melihat tabel di atas, maka bisa dibilang bahwa Tesla adalah jawara produsen mobil listrik “murni” di pasar.
Hal itu sepatutnya menjadi faktor positif bagi citra perusahaan. Akibatnya, Tesla pun bisa menjadi pilihan utama masyarakat untuk membeli kendaraan listrik karena dianggap punya reputasi cukup baik.
Kondisi ini sejatinya sudah tercermin di 2022 lalu, ketika Tesla berhasil mencatat pertumbuhan penjualan tahunan sebesar 40%. Di samping itu, Tesla juga masih satu-satunya produsen yang memproduksi dan menjual kendaraan listrik jenis BEV di antara kompetitornya yang lain.
Untuk menaikkan pangsa pasar sekaligus melibas pesaing-pesaingnya dari China, perusahaan pun memutuskan untuk menerapkan kebijakan “banting harga” per awal kuartal II 2023. Memang, kebijakan ini bisa menjadi mimpi buruk bagi margin profit Tesla, namun justru bisa menjadi mimpi manis bagi pangsa pasar perusahaan.
Untungnya, Tesla pun akhirnya bisa memetik buah manis dari upaya tersebut. Pada kuartal II 2023, Tesla berhasil menjual 466.140 unit mobil listrik atau tumbuh 83% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan, angka penjualan tersebut merupakan rekor penjualan triwulanan tertinggi perusahaan sepanjang sejarah.
Penjualan mobil listrik memang terbilang moncer setiap tahun dalam satu dekade terakhir. Bahkan, pertumbuhan penjualan mobil listrik global terbilang paling cemerlang pada 2022 dengan angka mencapai 13% secara tahunan.
Menariknya, jika ditilik secara geografis, maka pertumbuhan penjualan mobil listrik terbesar dari China dengan kontribusi sebesar 59% dari pasar mobil listrik global. Hal itu ternyata didorong oleh kebijakan pemerintah negara tirai bambu tersebut dalam memberikan insentif sebesar 11.000 hingga 12.000 Yuan China bagi setiap pembelian kendaraan listrik di negara tersebut.
Namun, “aksi kedermawanan” pemerintah China terhadap mobil listrik tak berhenti sampai situ saja. Pasalnya, pemerintah China juga memberikan potongan pajak, kontrak, dan jenis potongan lainnya agar masyarakat tergugah untuk membeli kendaraan listrik.
Sebagai contoh, di tahun 2022, pemerintah China memberikan tambahan potongan 60.000 Yuan China dan bebas pajak untuk setiap pembelian mobil listrik. Seluruh insentif ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi tingkat polusi udara di China yang dianggap sudah kelewat kronis.
Bagi Tesla, tentu saja dorongan permintaan dari China ini bisa menjadi katalis positif bagi pertumbuhan penjualannya ke depan.
Penggunaan kendaraan listrik tidak dipungkiri terus menjadi tren dan menggugah pemain sektor otomotif veteran AS seperti Ford Motors dan General Motors (GM) untuk merambah ke segmen ini.
Namun, kendala terbesar yang dihadapi produsen otomotif tersebut adalah minimnya ketersediaan stasiun pengisian daya listrik independen yang dimiliki masing-masing perusahaan. Sehingga, mereka pun mau tak mau harus menebeng ke pemain utama segmen ini, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Tesla.
Saat ini, Tesla diketahui memiliki kurang lebih 17.000 pom listrik, di mana sekitar 12.000 di antaranya berlokasi di Amerika Utara. Karena jumlah fasilitas pengisian daya listriknya cukup signifikan, tak heran jika kemudian Ford dan GM pun mendekati Tesla untuk “meminjam” ribuan pom listriknya pada awal 2024 mendatang. Harapannya, pengguna kendaraan listrik Ford dan GM nantinya bisa mengisi daya mobilnya melalui pom listrik Tesla.
Kolaborasi ini menunjukan bahwa Tesla adalah pentolan dan menjadi penggawa atas infrastruktur pom listrik di AS. Bahkan, sebagai bukti atas pengaruh Tesla di bidang infrastruktur mobil listrik, Ford dan GM juga berencana untuk menyesuaikan desain colokan pengisian dayanya agar sesuai dengan desain standar Tesla.
Tentu kerja sama ini menjadi angin segar bagi Tesla lantaran perusahaan bisa menggaet ekstra pendapatan dari penyewaan pom listrik. Analisis Piper Sandler menaksir, kemitraan ini diharapkan dapat membantu Tesla untuk meraup pendapatan tambahan sebesar US$3 miliar di 2030 atau setara dengan 4% dari total pendapatan Tesla di 2022.
Meski menghasilkan nilai pendapatan yang terbilang “mini”, penyewaan ini bisa dibilang langkah strategis lantaran perusahaan tak perlu menggelontorkan tambahan investasi untuk meraih tambahan pendapatan tersebut. Selain itu, angka tersebut juga terbilang signifikan jika dibanding dengan laba bersih Tesla sebesar US$12,6 miliar di 2022.
Tak bisa dipungkiri, penyebab meroketnya penjualan kendaraan listrik di 2020-2023 ini dipicu oleh sikap masyarakat yang perlahan mulai meninggalkan mobil berbahan bakar bensin. Hal ini pun tak lepas dari kenaikan harga bensin, yang merupakan imbas dari kenaikan harga minyak dunia.
Harga minyak dunia diketahui sempat meredup ke level US$30 hingga US$40 per barel pada saat pandemi COVID-19 menyerang dunia. Namun, seiring meredanya penyebaran wabah tersebut, harga minyak dunia pun kembali merangkak ke US$70-US$80 per barel akibat beragam faktor, mulai dari kenaikan permintaan global dan pemangkasan produksi dari negara-negara tajir minyak.
Kenaikan harga minyak dunia, yang berujung pada kenaikan harga bensin, akhirnya mendorong masyarakat untuk ramai-ramai hijrah dari mobil konvensional ke mobil listrik. Apalagi, penggunaan kendaraan listrik dinilai dapat menghemat sekitar 70% biaya bahan bakar jika dibandingkan dengan kendaraan biasa.
Bahkan, tak hanya dari sisi biaya operasional harian, pemilik kendaraan listrik pun dapat berhemat sebesar 50% dari sisi biaya pemeliharaan.
Perubahan pola penggunaan kendaraan ini diharapkan dapat ikut mendorong penjualan mobil Tesla di masa depan.
Pluang sendiri beranggapan bahwa katalis positif dari perubahan perilaku ini akan menjadi “durian runtuh” bagi Tesla ketika perusahaan meluncurkan produk teranyarnya, Cyber Truck dan the Semi, mengingat jenis kendaraan truk sangat populer di AS.
Pemerintah sejumlah negara juga sepertinya sedang kesengsem dengan penggunaan mobil listrik karena alasan lingkungan. Bahkan, mereka pun tak segan-segan menghujani masyarakat dengan insentif agar mereka tergugah untuk membeli mobil listrik.
Di Amerika Serikat, contohnya, mereka yang membeli mobil listrik bisa memperoleh diskon pajak hingga US$7.500 per unitnya, seperti yang diatur di dalam UU Pengurangan Inflasi AS. Untungnya, dua jenis mobil Tesla yakni Model 3 dan Model Y termasuk ke dalam daftar mobil yang berhak memperoleh insentif tersebut.
Tak hanya AS, Uni Eropa juga kedapatan memberikan insentif mobil listrik dalam bentuk pembebasan pajak pembelian dan pajak impor. Upaya pemerintah tersebut tentunya akan mendongkrak adopsi mobil listrik dan pada akhirnya ikut mengerek penjualan Tesla.
Baca Juga: Pluang Insight: Meramal Nasib Tesla di Tengah Gencarnya Aksi 'Banting Harga'
Secara historis, Tesla tak pernah absen dalam mencatatkan pertumbuhan penjualan setiap tahunnya.
Apabila menengok selama sembilan tahun terakhir, angka penjualan Tesla bertumbuh 40 kali lipat berkat inovasi-inovasi yang ditelurkan perusahaan.
Namun, akhir-akhir ini, sumber pendapatan Tesla pun tak hanya berasal dari penjualan mobil semata. Perusahaan mampu meraup pendapatan dari segmen bisnis lain, seperti energi baru terbarukan dan jasa.
Dengan adanya tambahan arus pendapatan dari pom listrik dan juga model terbaru dari Tesla, pasar pun berekspektasi bahwa pendapatan perseroan akan tumbuh 23% di 2023. Menurut Pluang, pertumbuhan itu pun sudah mempertimbangkan pemangkasan harga yang terus dilakukan Tesla di tahun ini.
Meskipun pendapatan Tesla bertumbuh pesat, laba bersih perseroan tampak tidak berjalan searah.
Sejatinya, Tesla baru saja meraup keuntungan di tahun 2020, sebuah peristiwa yang membuat perusahaan dapat menyulap harga sahamnya dari rentang US$50 sampai ke US$300 di 2021.
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan Tesla akhirnya bisa meraih laba di tahun tersebut. Salah satunya adalah peluncuran mobil jenis mid-SUV, Model Y, dan ekspansi agresif perusahaan di China setelah membuka tiga pabrik di negara tersebut demi “menutup” kekalahan pangsa pasar Tesla dari Volkswagen di Uni Eropa.
Kali ini, Tesla juga melancarkan strategi pangsa pasar yang sama melalui kebijakan banting harga. Sayangnya, hal tersebut sepertinya akan menekan laba Tesla di tahun ini. Buktinya, sejumlah analis berekspektasi bahwa Tesla sepertinya akan mencatatkan laba bersih US$10,4 miliar di 2023 atau turun 17% secara tahunan.
Namun, di 2024 dan 2025 mendatang, laba bersih perseroan diharapkan dapat tumbuh 52%-31% secara tahunan.
Meski punya potensi dan prospek menjanjikan, saham Tesla tetap dianggap kemahalan oleh analis. Per 6 Juli 2023, pasar menilai harga wajar saham Tesla seharusnya berada di US$218,9 atau 22,5% lebih rendah dibandingkan harga saat ini.
Bahkan, jika dibandingkan dengan perusahaan serupa di industri yang sama, maka harga saham Tesla saat ini terbilang tiga kali cukup mahal. Kondisi ini tercermin dari valuasi perusahaan yang diukur berdasarkan rasio harga saham per laba (rasio P/E) di angka 67,9x, jauh di atas rerata industri 16,2x.
Selain melalui rasio P/E, valuasi berdasarkan nilai perusahaan per pendapatan (EV/Revenue), juga menunjukkan bahwa valuasi TSLA berada di 7,7x atau jauh lebih tinggi dari rata-rata industri di 1,9x.
Menurut Pluang, Tesla bukanlah perusahaan yang cocok bagi investor yang ingin berinvestasi secara value. Hal ini dikarenakan valuasi yang relatif premium jika dibandingkan dengan perusahaan serupa.
Namun, Sobat Cuan dapat mempertimbangkan untuk mengoleksi Tesla ketika saham perusahaan berada di rata-rata harga wajarnya secara historis, yakni di US$196-247 per saham.
Transaksi Saham Tesla di Sini!
Download aplikasi Pluang untuk investasi Saham AS, emas, ratusan aset kripto dan puluhan produk reksa dana mulai dari Rp5.000 dan hanya tiga kali klik saja!
Dengan Pluang, kamu bisa melakukan diversifikasi aset dengan mudah dan aman karena seluruh aset di Pluang sudah terlisensi dan teregulasi. Ayo, download dan investasi di aplikasi Pluang sekarang!
Bagikan artikel ini